Nyerah

185 51 33
                                    

Selama 12 hari penuh Hedia berhasil mendapatkan cara untuk mengurus Asta. Sebenci apapun Asta dengan kehadiran Hedia, gadis itu pasti akan memiliki berbagai cara untuk tetap merawat mantan kekasihnya.

"Malam semuanya!" sapa Hedia begitu memasuki ruang rawat inap Asta. 

"Tumben kamu dateng malem, Hedia?" tanya Dian. 

"Iya, aku habis urus beberapa kerjaan dulu. Maaf gak dateng dari pagi."

Membicarakan Dian, wanita itu datang bersama Clara dua hari yang lalu setelah Clara menyelesaikan perlombaan yang diikutinya. 

"Sedih banget, ya, kita harus pisah besok."

Hedia melepaskan pelukan sapaan dengan Dian. "Besok?"

Dian mengangguk. "Bapak mutusin untuk Asta terapi di Indonesia aja."

Hedia tidak memikirkan kemungkinan ini. Di dalam pikirannya hanya merencanakan bagaimana agar Asta menerima kehadirannya saja. Tidak memikirkan rencana agar Asta bisa melakukan perawatan di Amerika. 

"Oh gitu, ... ," balas Hedia dengan otak yang mulai mencari cara. "Yakin gak mau di sini aja?"

"Pengennya sih gitu. Soalnya Tante mikir di sini mungkin bakal lebih baik perawatannya."

"Tau gak sih Tante, di panti jompo Harapan Utama yang di sini, ada pelatihan untuk orang lumpuh gitu. Soalnya tante tau sendiri kan, orang tua ada yang kena struk jadi gak bisa jalan. Nah, di panti aku ada pelatihan supaya bisa jalan. Ahli fisioterapinya udah berpengalaman panjang semua."

"Oh iya? Di Indo ada pelatihannya juga gak?"

"Kalau pantinya sih belum ada, Tante. Soalnya orang tua di sana pada rajin kalau diajak ke rumah sakit. Kalau orang tua di sini maunya dokter yang nyamperin."

"Berarti terjamin gitu, ya. Gak bakal ada terapi yang ketinggalan. Atau kalau lagi gak ada yang nganterin dan rawat, Asta tetep bisa dapet pendampingan untuk terapi."

Hedia mengangguk yakin. "Makan terjaga, terus ada kegiatan sosialnya juga. Marga gak bakal diem di kamar terus setelah terapi. Jadi gak stres."

Dian membulatkan mulutnya, mengerti apa yang dijelaskan Hedia. "Kayanya bagus juga program di panti jompo keluarga kamu. Nanti Tante obrolin dulu deh sama Bapak. Ada kamu juga kan di sini, jadi kalian gak berjauhan lagi."

Hedia hanya tersenyum menanggapi hal tersebut. Agaknya Hedia bisa meyakinkan agar Asta tidak pulang ke Indonesia. Semoga saja Dian bisa meyakinkan Pratama agar Asta di rawat di Panti Jompo Harapan Utama.

"Bu, saya balik ke Indonesia aja. Saya masih muda, bukan tempatnya di situ," ujar Asta. 

"Gak apa-apa," sela Hedia dengan cepat. "Kamu penetap spesial karena kamu orang spesial untuk aku."

Dian tertawa mendengar balasan Hedia. "Kalau gitu Tante ke bawah dulu nyamperin Bapak, ya. Biar bisa ngobrol sama Bapak tentang tinggal di panti yang kamu jelasin tadi."

"Oke!"

Kini Hedia ditinggal berdua saja dengan Asta. Tangannya bersidekap di depan dada saat sudah ditinggal berdua saja. Matanya menatap tepat di mata Asta. 

"Kamu masih sayang sama aku, ya?" tanya Hedia yang berjalan semakin dekat ke arah Asta. "Aku baru kepikiran. Kamu kenapa gak kasih tau keluarga kamu kalau kita udah putus? Masih gak rela kita putus kan sebenernya? Tapi kamu selama lebih dari seminggu kerjaannya mau ngejauh terus dari aku."

"Saya langsung pergi misi pas kita putus. Gak ada waktu kasih tau mereka."

Hedia menaikan sebelah alis dengan tatapan tengil. "Masa?"

Steal The Show   ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang