Kamalla (1)

14.5K 479 2
                                    

"Aku bawa makan siang buat mas" ucap Kamalla dengan riang.

Ardhan mengangkat wajahnya menatap datar ke arah pintu ruangannya yang baru saja terbuka. Menampilkan sosok wanita mungil sedang menenteng rantang yang berisi makanan. Wanita itu masuk ke ruangannya dan duduk di sofa tanpa dipersilahkan.

"Makan dulu mas, udah siang loh ini. Kerjaannya bisa dilanjut nanti"

Tanpa kata Ardhan bangkit dari tempat duduknya dan berpindah duduk ke samping Kamalla. Tidak terlalu mepet tapi juga tidak jauh. Kalau menurut Ardhan, itu sudah batas aman.

"Ini buat mas" Kamalla menyerahkan satu piring berisi nasi dan lauk pauk ke arah Ardhan.

"Kamu gak makan?"

Kamalla menggeleng. "Aku udah makan tadi"

Ardhan hanya mengangkat bahunya acuh dan mulai menyantap makanan yang dibawa Kamalla. Sementara wanita itu menatap Ardhan tanpa henti. Senyum di wajahnya juga tidak pernah luntur.

Setelah makan, Kamalla langsung membereskan perlengkapan yang ia bawa. Ardhan terus memperhatikan wanita itu. Tidak ada ekspresi yang berarti di wajahnya. Hanya tatapan datar yang membuat Kamalla bingung karena Ardhan tidak menolaknya tapi juga tidak menerimanya.

"Besok temenin aku belanja ya mas. Bahan-bahan makanan udah habis semua"

"Saya sibuk"

Kamalla cemberut. "Besok kan hari sabtu, masa masih kerja juga sih. Papa ngasih kamu banyak pekerjaan ya?"

Ardhan tidak menanggapi. Ia bangkit dan kembali duduk di kursinya tanpa menghiraukan Kamalla. Wanita itu berkaca-kaca. Selalu seperti ini. Sudah hampir dua tahun tapi ia belum bisa mengambil kembali hati mantan suaminya itu.

Ya, mantan suami. Mereka belum memiliki anak. Mereka bercerai karena keegoisan Kamalla. Ardhan adalah pria yang sabar dan baik hati. Saking baiknya, ia membantu siapa saja yang butuh bantuannya termasuk pegawainya yang suka padanya. Kamalla memang selalu cemburu setiap pegawai Ardhan yang bernama Santi itu mendekat. Tapi Ardhan selalu memberi pengertian bahwa mereka tidak ada hubungan apa-apa.

Sampai puncaknya ketika Kamalla datang ke kantor Ardhan karena berniat mengajak suaminya belanja sepulang kerja, ia melihat Santi terserempet mobil. Di waktu yang bersamaan, suaminya Ardhan juga baru saja keluar dari lobby kantor. Ardhan yang melihat insiden itu langsung berlari ke arah Santi. Ia baru saja akan mengangkat santi dan membawanya ke mobilnya namun ditahan oleh Kamalla.

Kamalla berteriak menahan Ardhan untuk tidak menyentuh Santi tapi tidak didengarkan oleh suaminya. Ardhan tetap membawa Santi ke mobilnya dan menarik Kamalla untuk ikut bersamanya membawa Santi ke rumah sakit.

Sebenarnya tidak ada yang aneh dari kejadian itu. Ardhan menolong Santi karena murni rasa kemanusiaan. Namun lain halnya dengan Kamalla. Ia terus meneriaki Ardhan saat sampai di rumah. Menuduh suaminya berselingkuh hingga mereka adu mulut dan berakhir dengan Kamalla yang meminta cerai.

Ardhan yang tersulut emosi juga tanpa sadar mengucap talak saat itu juga. Jantung Kamalla seperti diremas kuat. Ia tidak menyangka, permintaannya untuk berpisah dikabulkan Ardhan saat itu juga. Ia kira pria itu akan tetap bertahan seperti yang sudah-sudah. Seharusnya Kamalla sadar, Ardhan juga manusia biasa yang bisa lelah dengan tingkahnya kapan saja.

Kejadian itu sudah tiga tahun berlalu tapi rasa sesak di dada Kamalla masih belum terobati. Ia sungguh menyesal. Dan setahun setelah perceraian mereka, Kamalla berusaha untuk mendapatkan Ardhan kembali. Hal itu karena Santi, pegawai Ardhan datang menemuinya. Meminta maaf dan menjelaskan bahwa ia dan Ardhan tidak ada hubungan apa-apa.

Semuanya murni karena Santi mengagumi Ardhan yang berwibawa, cerdas dan pekerja keras. Ucapan Santi juga dibuktikan dengan ia memberikan undangan pernikahannya kepada Kamalla. Kamalla semakin menderita karena penyesalan. Tapi semuanya sudah berlalu, saat ini ia hanya fokus untuk menarik hati Ardhan kembali.

The Short StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang