Follow dulu dong, gak susah kok hehe
Vote dan komen juga biar makin semangat nulisnya. Kadang pas liat banyak yg baca tpi gak divote jadi kurang semangat 🙃
1700 kata loh ini
***
Hari ini waktunya Dani untuk tinggal bersama Niken. Entah kenapa ada sedikit rasa enggan meninggalkan Sekar. Setelah kejadian Dani yang sempat demam, hubungannya dengan Sekar kian membaik meskipun ia belum mengambil haknya.
Dani menatap ke arah teras tempat Sekar berdiri, wanita itu masih tersenyum lebar ke arahnya. Buru-buru Dani membuang pandangannya. Tanpa kata ia meninggalkan halaman rumahnya dengan Sekar menuju kantor.
Semalam Sekar meminta izin kepadanya untuk bekerja. Katanya ia mendapat tawaran kerja sebagai admin dari salah satu temannya. Namun Dani melarangnya. Ia merasa masih mampu membiayai hidup Sekar. Namun saat wanita itu protes mengatakan kenapa Niken bisa bekerja sementara dirinya tidak? Dani tidak punya alasan kuat. Ia hanya diam dan mengabaikan Sekar hingga wanita itu diam sendiri. Dani pun heran dengan dirinya sendiri.
***
Sepulang dari kantor, Dani tidak mendapati Niken di rumahnya. Hanya pembantunya saja yang mengatakan Niken keluar sejak pagi dan belum pulang padahal jam sudah menunjukkan pukul delapan malam. Setau Dani, butik milik Niken juga ada yang menjaganya sehingga wanita itu tidak pernah pulang larut. Paling lambat jam enam sore Niken sudah ada di rumah.
Dani mengambil ponsel, menghubungi Niken tapi tidak diangkat wanita itu. Chat yang dikirim juga masih centang dua abu-abu. Dani sedikit emosi. Seharusnya wanita itu ada di rumah menyambutnya pulang. Bukan malah berkeliaran tidak jelas seperti ini tanpa mengabarinya terlebih dahulu.
Tepat jam sepuluh malam Niken tiba di rumah. Ia berhenti di depan pintu begitu melihat Dani yang duduk di ruang tamu menatapnya tajam. Dengan perlahan Niken berjalan ke arah Dani.
"Mas udah dari kapan di sini?"
"Dari mana kamu?" Tanya Dani dingin.
"Aku dari butik"
"Aku tanya kamu dari mana!!" Suara Dani sedikit meninggi.
"Dibilang aku dari butik, mas kenapa sih pulang langsung marah-marah?"
"Jangan bohong kamu! aku udah hubungi Indah, dan katanya kamu sudah balik dari jam enam tadi"
Niken gelagapan. Ia tidak menyangka Dani akan menghubungi asistennya.
"Oke, aku emang bohong. Aku abis ketemuan sama Eva. Mas tau Eva kan teman kuliah aku dulu?"
Melihat Dani yang tidak merespon, buru-buru Niken mengeluarkan ponselnya.
"Aku telpon Eva kalo Mas gak percaya"
"Tidak perlu" Dani bangkit dari duduknya lalu masuk ke dalam kamar.
Niken menghela napas lega. Hampir saja ia ketahuan bohong. Entah apa yang harus ia katakan jika Dani benar-benar memintanya menelpon Eva.
Niken menyusul Dani masuk ke kamar. Ia membersihkan diri sebelum menyusul Dani ke tempat tidur. Rupanya Dani masih menunggunya. Saat Dani mendekat ke arahnya, Niken sedikit menjauh.
"Aku lagi capek banget Mas, lain kali aja ya"
Dani menghela napas berat. Selalu seperti ini. Niken selalu saja menolaknya dengan alasan lelah ataupun sedang mens.
"Kamu gak lagi menyembunyikan sesuatu kan?"
"Kenapa mas bilang gitu?"
"Kamu gak pernah mau aku sentuh, selalu saja ada alasan setiap aku mau sentuh kamu"
KAMU SEDANG MEMBACA
The Short Story
NouvellesBerisi kumpulan cerita pendek HAPPY ENDING karena saya anti yang namanya SAD ENDING