Kamalla (2)

10.3K 546 1
                                        

"Hai, maaf ya macet banget tadi. Udah lama?" Sapa Kamalla kepada seorang pria tampan berkulit sawo matang yang tengah duduk.

Pria itu mendongak dan tersenyum memperlihatkan lesung pipinya yang membuatnya tampak lebih manis. "Enggak kok, aku juga baru nyampe"

"Mas udah pesan?"

"Belum, aku nunggu kamu"

Kamalla tersenyum. Hatinya menghangat. Seandainya pria yang di depannya ini Ardhan. Buru-buru Kamalla menggeleng.

"Kamu baik-baik aja?" Tanya pria bernama Aksa itu.

"Ah maaf, cuma sedikit pusing"

"Harusnya kamu gak nolak aku jemput tadi"

"Gak masalah. Lagian juga rumah ku jauh dari sini. Kasian kalo kamu harus mutar jauh"

Aksa mengangguk paham. Ia tidak bisa memaksa wanita cantik di depannya. Mereka baru saja mulai pendekatan, ia harus menahan dirinya.

"Pesan sekarang?" Tanya Aksa.

Melihat Kamalla yang mengangguk, Aksa langsung memanggil waiters dan memesan makanan.

Pertemuan mereka berjalan dengan lancar. Awalnya Aksa mengira Kamalla wanita yang pendiam namun ternyata wanita itu asik diajak ngobrol. Mereka bercerita banyak hal hingga tidak terasa sudah hampir dua jam.

Satu nilai plus yang Kamalla berikan untuk Aksa, pria itu sangat gentle. Saat ia datang tadi, Aksa menarik kursi untuk ia duduki. Dan sekarang pria itu langsung mengeluarkan kartunya untuk membayar makanan mereka. Seharusnya Kamalla tidak heran, Aksa ini pria dewasa yang sudah mapan, pasti sangat pandai menempatkan dirinya dalam sebuah hubungan.

Kamalla berharap langkahnya untuk mengikuti perkataan ayahnya sudah benar. Mencoba menjalin hubungan dengan Aksa yang juga seorang duda cerai hidup. Mereka sama-sama gagal dalam pernikahan, dan semoga di hubungan ini bisa berhasil karena mendapatkan Ardhan sepertinya tidak ada harapan. Bukannya Kamalla menjadikan Aksa pelarian, ia hanya mencari obat untuk luka hatinya.

***

Aksa membantu Kamalla menuruni tangga. Memang restoran yang mereka tempati terdapat beberapa anak tangga. Kamalla yang datang dengan high heels tentu sedikit kesusahan untuk turun. Maka Aksa berinisiatif memegang tangan Kamalla agar tidak terjatuh.

Awalnya Kamalla merasa canggung, namun bantuan Aksa tidak ada salahnya ia sambut. Bisa jadi ini awal yang baik untuk hubungan mereka. Setidaknya itu yang dipikirkan Kamalla sebelum matanya menangkap sosok Ardhan yang berjalan mendekat ke arahnya bersama beberapa pria dengan setelan jas lengkap.

Hatinya yang tadi ia yakini siap untuk menerima Aksa tiba-tiba saja goyah. Apalagi ia melihat tatapan Ardhan yang tajam seakan ingin menusuknya sangat dalam. Kamalla merinding ditatap seperti itu.

"Pak Ardhan, selamat malam Pak"

Dunia sepertinya berkonspirasi menjadikan Kamalla perempuan murahan. Bagaimana tidak, Aksa ternyata mengenal Ardhan. Pria yang sebulan lalu bercinta dengannya.

"Selamat malam Pak Aksa" sapa Ardhan menyambut jabatan tangan Aksa. Tidak lupa juga dua pria lainnya yang ikut menjabat tangan Aksa.

Mereka berbincang-bincang sebentar tanpa melibatkan Kamalla. Percakapan basa basi sesama rekan bisnis. Hingga salah satu dari mereka bercelatuk menyinggung dirinya.

"Calon pak Aksa?"

Aksa mengusap genggaman tangan mereka yang ternyata belum lepas.

"Mohon doanya"

Kamalla tidak bisa lagi mengangkat wajahnya untuk melihat ekspresi mantan suaminya. Saat ini ia tidak punya rasa percaya diri sama sekali. Terakhir ia melihat Ardhan minggu lalu, dan sekarang mereka bertemu di suasana seperti ini.

The Short StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang