Bukan yang Kedua (4) END

6.7K 180 5
                                    

Follow, vote dan komennya jangan lupa 😌

Oh iya, aku cuma mau bilang, makasih buat yg udah vote dan komen, seneng banget tiap baca komen dari kalian.

Kalo ada kritik dan saran boleh dikomen yaa :)

***

HAPPY READING GUYS


"Kamu masuk duluan, mama mau bawa ini ke rumah teman mama sebentar"

Ucap Amanda begitu mobil yang ia tumpangi tiba di depan rumah Niken dan Dani. Rumah temannya memang dekat dengan rumah Dani jadi sekalian ia menemui temannya itu.

"Baik Mah"

"Buah-buahannya biar nanti mama aja yang bawa biar kamu gak repot"

Sekar mengangguk lalu turun dari mobil bersama bayinya. Begitu mobil meninggalkan rumah Dani. Sekar melihat ada dua mobil di halaman rumah, itu artinya Dani dan Niken sedang berada di rumah. Pintu rumahnya juga ternyata tidak dikunci.

Saat mendekati pintu, terdengar suara saling membentak. Hingga Sekar mendengar namanya disebut-sebut.

"KAMU UDAH PUNYA ANAK SEKARANG, ITU ARTINYA KAMU UDAH GAK BUTUH SEKAR LAGI" terdengar suara keras Niken.

"JANGAN NGOMONG SEMBARANGAN KAMU NIKEN!" Suara Dani pun tidak kalah kerasnya.

Sekar menutup mulutnya.

"MEMANG ITU KAN MAU MU. KAMU PENGEN BANGET PUNYA ANAK, DAN SEKARANG SEMUANYA SUDAH TERWUJUD. RUMAH TANGGA KITA SUDAH LENGKAP MAS. AKU BISA JADI IBU DAN NGURUS ANAK KAMU"

"Niken Please!" Terdengar suara Dani yang putus asa.

"Aku kaya gini juga karena kamu Mas. Aku stress, aku bingung dan tertekan. Kamu selalu ngomongin anak di saat aku gak sanggup kasih kamu anak. Jadi jangan salahin aku kalo aku cari pelampiasan di luar sana. Kalo kamu memang pengen rumah tangga kita tetap utuh, kamu harus ceraikan Sekar"

"Aku gak mungkin ceraiin Sekar, Demi Tuhan, dia baru aja lahirin anak aku"

"Itu artinya kamu lebih milih dia dari aku"

"Niken!"

Sekar melangkah menjauh dari rumah itu. Ia menghapus air matanya. Seharunya ia ikut saja dengan Ibu mertuanya tadi. Untung saja cuaca sedang mendung. Kalau tidak, kasihan anaknya harus panas-panasan.

Sekar berjalan ke arah minimarket yang tepat di depan rumah Dani dan Niken. Ia butuh mendinginkan pikirannya. Mendengar dirinya akan dibuang dan dipisahkan dari anaknya sendiri membuat Sekar makin menangis.

Lima belas menit kemudian, mertuanya sudah kembali ke rumah Dani dan Niken.

"Kok masih di luar? Kenapa gak masuk?" Tanya Amanda dari dalam mobil.

Sekar bangkit dari duduknya lalu mendekat ke arah Amanda.

"Tadi Aidan nangis Mah, jadi aku ajak jalan-jalan dulu sebentar"

"Ya udah, masuk yuk, mendung banget ini"

Sekar mengangguk, ia kembali berjalan menuju rumah Dani. Saat sampai di teras rumah, ia sudah tidak mendengar suara pertengkaran Dani dan Niken. Sekar menunggu mertuanya mengambil barang bawaan untuk Niken, lalu mereka melangkah masuk ke rumah.

"Assalamualaikum..."

Dani yang memang berada di ruang tamu mendongak melihat kedatangan Ibu dan istrinya. Ia langsung bangkit dan menyalami Ibunya. Matanya melirik sekilas ke arah Sekar.

"Mamah kok ke sini gak bilang-bilang? Tau gitu kan bisa Dani jemput"

"Ga perlu, di rumah udah ada Pak Andi yang bisa nganter mama ke manapun. Niken mana?"

The Short StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang