love triangle 3

116 12 3
                                    

"Cantik.."

Satu kata yang menggambarkan sosok gadis yang saat ini berdiri di depan Digo. Dengan dress berwarna ungu muda di tambah dengan polesan make up natural pada wajahnya membuat seorang prillya Matilda terlihat begitu menawan.

Digo tampak tersenyum saat gadis itu juga tersenyum padanya. Sudah dua tahun berlalu semenjak gadis itu resmi menjadi kekasihnya, tidak pernah sedikitpun ia merasa bosan menatap wajah cantik sang pujaan hati.

"Kamu kenapa liatin aku kayak gitu?" Kata prilly yang tampak salah tingkah karena di tatap begitu intens oleh Digo.

Digo pun menggeleng pelan dengan senyum yang masih mengembang "jangan-jangan aku make up-nya ketebalan ya? Aduhh kaca mana kaca.." kata prilly lalu mencoba untuk mencari sesuatu di dalam tasnya. Namun dengan cepat tangan digo menarik dan menggenggam tangan prilly lalu mengecupnya lembut.

"Jangan cari benda itu lagi.. karena dia akan minder saat mantulin kecantikan kamu"

Mendengar itu, pipi chubby milik gadis itu langsung tampak bersemu merah mengalahkan warna perona pipi yang tadi sempat ia oleskan di wajahnya. "Aaa honey.. lama-lama aku bisa pingsan di tempat tau gak.. dasar kang gombal.." kata prilly lalu mencubit pelan pipi tirus pacarnya itu.

"Hahaha... Ya udah kita mau jalan sekarang atau berdiri terus disini sampai pagi.."

"Asalkan sama kamu.. aku rela deh berdiri disini tiga hari tiga malam.." kata prilly membuat Digo tersenyum gemas dan langsung mengapit pipi chubby milik gadis itu dengan satu tangannya "sekarang yang kang gombal siapa hm?

"Aduhhh.. Digo sakiiittt..." Rengek prilly manja setelah laki-laki itu melepaskan tangan dari wajahnya.

"Uluu..uluuu.. mana yang sakit.. sini.." kata Digo seperti membujuk anak lima tahun. Lalu tanpa di duga ia pun mengecup kedua pipi milik gadis itu lembut.. "ini juga kayanya sakit" sambungnya lagi sambil menunjuk bibir gadis itu dan membuatnya sedikit terkekeh..

"Modus.." kata prilly sambil menepis tangan Digo yang berusaha menyentuh bibirnya. "Ya udah yuk jalan.."

Setelah itu Digo pun menggandeng tangan sang kekasih menuju mobil hitam miliknya dan membukakan pintu untuk prilly. Dan ketika mereka berdua sudah di dalam mobil, perlahan keempat roda mobil itupun mulai bergerak dan meninggalkan pelataran rumah mewah milik keluarga prilly.

Namun tanpa di ketahui, rupanya dua pasang mata mengawasi mereka dari balkon rumah. Mereka adalah orang tua prilly. Adrian tampak menatap mobil yang mulai menjauh itu dengan mata yang penuh dengan kilatan emosi, sedangkan Hana ia hanya menunduk cemas akan nasib sang putri.

"Kenapa prilly bisa pergi bersama laki-laki lain?" Kata Adrian tanpa menoleh sedikitpun ke arah sang istri.

"Papa kan tau prilly sama Digo udah lama pacaran.. jadi akan sedikit sulit untuk menyuruh mereka memutuskan hubungan.."

"Tapi putri kita sudah bertunangan.. nama keluarga kita bisa jelek kalau sampai orang tua Ali tau masalah ini ma.."

Hana tampak menggigit bibirnya bingung, ia tidak tau apa yang harus di lakukan. Karena ia begitu hafal sifat sang putri yang begitu keras kepala, jadi akan sangat sulit untuk menyuruhnya memutuskan hubungan dengan Digo.

"Mama akan berbicara pada prilly saat dia pulang nanti. Papa tenang aja.. tidak usah terlalu difikirkan.." kata  Hana sambil mengelus pundak sang suami dengan lembut.
Setelah itu, tanpa mengeluarkan sepatah katapun, Adrian langsung pergi meninggalkan sang istri yang menatapnya dengan tatapan takut.

"Prilly kamu dalam masalah.." gumam Hana sambil menggigit jari dan berjalan mondar mandir di balkon rumah. Ia tidak tau bagaimana menghadapi suami dan anaknya yang sama-sama keras kepala.

LOVE TRIANGLE Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang