(25) Penyesalan

29 9 5
                                    

(Rumah Viona, 23 – 01 – 3028 jam 22.13).
Malam hari kemudian, disaat Leon sudah pulang. Viona keluar dari kamarnya dan melihat ke ruang makan, ia melihat Leon dan mendekat padanya secara perlahan.

“Kakak dari mana?” tanya Viona.

“Rumah teman kakak. Kakak mengambil buku catatan kakak.” Kata Leon, menjawab dengan penuh keyakinan.

“Mengapa perlu waktu 2 jam untuk pergi kesana?” tanya Viona.

“Kakak sudah bilang, bahwa setibanya disana, teman kakak meminta kakak untuk tinggal sejenak sembari berbincang-bincang.” Kata Leon.

“Kak, apakah juga perlu berbohong padaku? Bukan kah sudah cukup kakak berbohong pada ibu?” kata Viona.

Leon menghela nafas, mengetahui bahwa adiknya tahu bahwa ia menyembunyikan sesuatu. 

“Baiklah, baiklah. Kakak akan memberitahumu.” Kata Leon.

Viona tersenyum bahagia setelah berhasil membuat kakaknya mengatakan kebenaran.

“Jadi tadi, aku pergi bersama bibi Teresa. Kami pergi ke alamat yang kamu berikan pada Bibi, namun ternyata, bidan itu sudah tidak tinggal disana. Bidan itu pindah ke tempat lain, untung saja ada tetangganya yang memberitahu kami alamat barunya. Saat kami tiba, kami benar-benar bertemu dengan bidan itu, akhirnya dia memberi tahu kami beberapa hal yang masih di ingatnya.” Kata Leon menjelaskan.

“Tunggu, Kak.” Kata Viona.

“Ada apa?” tanya Leon penasaran.

“Sepertinya tadi Viona melihat gagang pintu kamar kak Leon bergerak.” Kata Viona.

“Kita masuk saja ke kamarmu. Disana lebih aman.” Kata Leon.

“Iya.” Kata Viona menyetujui.

⋆˖⁺‧₊☽ ☾₊‧⁺˖⋆

(Kamar Tidur Viona, 23 – 01 – 3028 jam 22.15).
Saat masuk ke dalam kamar, Viona mengunci pintu dan menatap Leon. 

“Apa yang diberitahu bidan itu?” tanya Viona untuk membuat kakaknya melanjutkan ceritanya.

“Jadi, dia mengatakan bahwa dia dibayar untuk menukar anak itu. Dia tidak tahu apa motif dari orang yang membayarnya, tetapi dia tidak pernah menemui orang itu maupun anak yang ditukarnya.” Kata Leon.

Viona duduk di kasur mendengarkan cerita Leon.

Leon pun duduk di kasur sambil lanjut bercerita, “Satu-satunya informasi yang bisa diberikannya adalah ciri-ciri dari anak itu. Matanya, berwarna cokelat tua, rambutnya hitam pekat. Dia memiliki wajah bulat dengan bulu mata panjang, alis ramping namun tebal.” Kata Leon.

“Tapi kak, bagaimana mungkin itu bisa membantu? seiring berjalannya waktu, anak itu sudah tumbuh dewasa dan perawakannya tentu saja berubah. Yang mungkin tidak berubah hanya warna mata dan rambutnya, tapi banyak orang yang memiliki ciri-ciri yang sama.” kata Viona.

“Tapi kami sudah memaksa dia mengingat atau mengatakan apapun yang bidan itu tahu, tapi hanya itu yang dia ingat.” kata Leon.

Viona menghela nafas.

“Tunggu.” Kata Viona dalam sekejap. ekspresinya berubah menunjukkan dia mengetahui sesuatu yang dapat membantu.

Leon menatap Viona dengan wajah penasaran.

“Kak, kakak tahu. selama kakak sakit beberapa hari yang lalu, aku terus berlatih sepanjang malam bersama kakek.” kata Viona menjelaskan pengalamannya.

“Sungguh?” respon Leon.

“Iya dan kakak tahu, Viona baru saja belajar ilmu sihir baru.” Kata Viona.

Eleven CurseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang