Lembar 6: Ketua Kelas Abadi

29 5 0
                                    

"Callista dari kelas sebelah pernah nembak gue? Ga pernah tuh."

Yak yang saat ini duduk di depan meja Ayyara dan Keyna menjawab pertanyaan dari sang ketua kelas.

Setelah perombakan bangku yang ditentukan oleh undian saat ini bangku Ayyara dan Keyna menjadi bersebelahan. Lebih tepatnya karena kasus perundungan Keyna yang diselesaikan secara tertutup, Pak Guru Bk memberikan saran kepada wali kelas untuk menjadikan bangku kelas menjadi bangku tunggal, sehingga Keyna tidak lagi harus sendirian di kelas dengan jumlah ganjil ini.

"Beneran Sa?" Kali ini Yaksa hanya menjawabnya dengan anggukan.

"Setelah gue telusuri emang bener sih, si Lista emang deketnya sama Kak Aksa. mungkin yang nyebarin salah denger kali. nama Yaksa dan aksa kan mirip, beda 'Y' doang." Zidan menjelaskan temuannya dan Tania setelah mengetahui bahwa Keyna di-bully.

Sedangkan Aden yang tidak tahu apa-apa ikut nimbrung hanya dengan modal senyum. Dirinya tidak masuk selama satu minggu dan semuanya berubah. Kursi-kursi di kelas hingga entah bagaimana sekarang Keyna menjadi teman mereka.

Di antara perdebatan tersebut, Keyna akhirnya ikut membuka suaranya. Dia tidak ingin bermusuhan dengan Aksa saat di sekolah. Lebih baik dia segera menarik diri dari masalah Callista.

"Iya mungkin temen Lista yang lain yang salah." Ucap Keyna.

"Waw, ternyata lo bisa juga ya ngebela, meskipun ngebela orang lain sih." Tania berkomentar sambil menyangga kepalanya dengan sebelah tangannya.

"Ga papa, kan Tan. paling engga Keyna udah bisa mengemukakan pendapatnya."

Zidan, Aden, dan Yaksa mengangguk mendengar pendapat Ayyara.

Perlahan teman-teman Keyna bisa merasakan bahwa Keyna mulai terbuka dengan mereka. Perempuan itu tidak lagi canggung saat dilontarkan pertanyaan atau diajak berdiskusi.

Di sela obrolan mereka, seorang anggota OSIS masuk ke dalam kelas mereka, lebih tepatnya sang ketua OSIS periode ini yang akan pensiun dalam beberapa waktu.

"Ayyaranya ada?" Laki-laki itu bertanya dengan suara lantang namun tetap bernada rendah.

"Ada kak!"

Ayyara segera bangkit dari kursinya dan menghampiri sang ketua OSIS. Mereka berdua kemudian menghilang dari pandangan Keyna dan yang lain.

"Ayyara pasti lagi dibujuk buat nyalonin jadi ketua OSIS ga sih?" Tania bertanya kepada teman yang lain lebih tepatnya bertanya pertanyaan retoris.

Ayyara adalah perempuan yang masuk dengan jalur beasiswa. Bisa dibilang dia berasal dari keluarga yang kurang mampu. Tapi pakaian rapi, tubuh yang tegap, dan senyum yang selalu terpasang membuat perempuan itu mudah bergaul dengan yang lain.

Bahkan orang seperti Keyna juga merasa nyaman dengan Ayyara yang baru dia temui. Ayyara adalah orang pertama di kelas ini yang mendekati Keyna, meskipun pada akhirnya Keyna tetap merasa canggung. Keyna baru bisa merasa dekat dengan Ayyara setelah kasus perundungan.

Bukan hanya saat SMA, Ayyara sudah bersikap itu sejak SMP, setidaknya itu adalah pendapat teman satu SMP-nya.

Ayyara adalah perempuan yang memiliki julukan yang sedikit berat untuk ditanggung seorang siswa.

Ketua Kelas Abadi.

Salah seorang teman SMP-nya pernah berkata bahwa dia pernah mendengar dari Ayyara bahwa dia selalu terpilih menjadi ketua klas sejak kelas satu SD.

Tanggung jawab itu juga yang membuat Ayyara tidak tergabung dalam OSIS saat SMP dan menolak mencalonkan diri menjadi ketua OSIS saat ini meskipun sering dipaksa. Bahkan ketua OSIS saat ini menghampiri langsung Ayyara.

"Ayyara sangat hebat ya..."

Tania yang mendengar gumaman Keyna menjawab, tidak dengan nada tinggi yang bisa dia gunakan saat berbicara dengan Keyna.

"Itu karena dia berusaha lebih keras dari orang lain."

Tania adalah teman Ayyara sejak SMP yang pertama kali mendengar legenda ketua kelas abadi milik Ayyara. Dia tahu lebih dekat perjuangan Ayyara mempertahankan beasiswa sambil tetap bertanggung jawab terhadap kelas yang dia pimpin. Tania terkadang merasa minder karena usaha Ayyara yang sama sekali tidak remeh. Tania hanya perlu belajar, tetapi Ayyara perlu mempertahankan banyak hal. Ayyara perlu mempertahankan hidupnya setiap hari.

Itu yang membuat tidak hanya Tania, tetapi hampir semua orang yang mengenal Ayyara kagum dengan perempuan itu.

.

.

.

Setelah kelas berakhir dan guru jam pelajaran terakhir meninggalkan kelas. Keyna menguatkan tekadnya dna mengangkat tangannya.

"Yang bertugas bawa jurnal kelas minggu ini siapa ya?"

"Ah, gue lupa."

Seruan itu berasal dari seorang perempuan yang duduk di sebelah Keyna.

Ayyara mengobrak-abrik tasnya dan tetap tidak menemukan jurnal kelas. Biasanya jurnal kelas akan tetap berada di kelas, tetapi seseorang membuat kesalahan minggu lalu dan Ayyara membantu membereskan kesalahan itu dengan membawa jurnal pulang ke rumahnya.

Karena kejadian itu, saat ini Keyna akan mengambil jurnal di rumah Ayyara.

Ayyara pulang ke rumahnya bersama dengan Keyna yang diantar jemput oleh sang sopir. Rencananya jurnal akan menginap beberapa malam di rumah Keyna untuk diisi catatan pelajaran hari ini sebelum Hari Senin akan dikembalikan ke meja guru di kelas.

Jarak rumah Ayyara dan sekolah sebenarnya tidak cukup jauh, mungkin sekitar satu setengah kilometer jika berjalan. Tapi butuh waktu hampir dua puluh menit dengan mobil karena banyak gang yang tidak bisa dilewati oleh mobil.

Akhirnya mesin beroda empat itu tetap gagal menurunkan sang pemilik di depan pintu tujuan karena rumah Ayyara berada di sebuah gang sempit.

"Dari sini kita harus jalan Key."

Keyna mengangguk dan mengikuti langkah Ayyara ke dalam gang sempit. Hang yang bahkan seseorang harus memiringkan tubuhnya jika berpapasan dengan orang lain dari arah yang berbeda.

Setelah melewati beberapa rumah, akhirnya mereka berdua sampai ke depan rumah Ayyara.

Rumah petak milik Ayyara itu tertata rapi dengan sedikit barang. Semuanya berada di tempatnya dan tidak ada debu yang mengganggu. Keyna memang ingin tahu beberapa hal, tapi dirinya tidak ingin mencari tahu lebih jauh.

Dia hanya akan memendam pertanyaan tentang dimana orang tua Ayyara akan tidur jika tempat ini hanya bisa di tiduri oleh satu orang.

"Ini ya Key, setelah minggu ini lo yang kerjain, minggu depan bakal dikasih ke orang lain. Sorry ya buat lo harus anterin gue ke rumah karena gue lupa bawa ke sekolah."

"Ga papa Ay, jarang-jarang lihat lo lupa."

Ayyara tersenyum mendengar hal itu. Setelah hampir satu bulan dirinya berteman dengan Keyna, akhirnya perempuan itu mau membuka diri dengannya. Setelah itu, Keyna pamit karena sang sopir memberi pesan untuk bergegas karena tidak bisa menemukan tempat parkir.

Melihat sopir Keyna yang berulang kali meminta maaf karena memblokir gang masuk dan Keyna yang berlari ke arah sang sopir, Ayyara tersenyum.

Dia bersyukur berteman dengan Keyna. Keyna yang mengetahui tentang kehidupan seorang Ayyara tetap melihatnya sebagai seorang Ayyara. Keyna tidak menatapnya dengan rasa kasihan.

"Makasih ya Key, lo udah ga nanya keadaan gue."

Place For MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang