Lembar 9: Kembali Seperti Semula

39 7 0
                                    

Soal seni budaya tentang teknik membatik menjadi soal terakhir dari empat mata pelajaran ujian susulan Keyna. Tiga mata pelajaran lainnya Keyna tidak sendirian karena sang kakak dan ada juga siswa yang melakukan ujian susulan tetapi untuk pelajaran terakhir hanya Keyna yang berada di ruang guru untuk mengerjakan ujian susulan dengan diawasi guru piket.

Meskipun peserta ujian susulan, Keyna yang kembali dar mengerjakan ujian dikerumuni oleh tema-teman sekelasnya. Mereka semua pada dasarnya mengatakan hal yang sama, mereka memberikan Keyna semangat dan turut mengucapkan duka bagi Keyna dan keluarganya.

Meskipun Keyna tidak tahu itu adalah basa-basi atau tulus dari hati mereka, Keyna merasa ada beban dari dirinya yang terangkat. Pandangan Keyna terkunci pada seorang siswa yang dikelilingi dua siswa dan dua siswi, Yaksa.

Orang pertama yang menyadari Keyna adalah Aden. Laki-laki itu tersenyum dan bangkit dari kursi Keyna, mempersilahkan sang empu untuk duduk di kursinya.

"Nih Key, sorry ya tadi numpang."

"Ga papa Den."

Keyna membalas senyum Aden dan ikut melihat meja Yaksa yang dikelilingi teman-temannya.

"Kenapa kalian berkumpul di bangku Yaksa?"

Tania melirik singkat sebelum kembali berfokus ada Yaksa, begitu juga dengan Zidan. Melihat Tania dan Zidan yang sedang tidak mood menjawab Ayyara menjawab pertanyaan Keyna tentang alasan mereka berkumpul di meja Yaksa sambil membawa kitab sakti masing-masing.

"Yaksa bilang dia kemarin cuma bisa dua dari lima soal. Makanya kita jaga-jaga ngajarin Yaksa biar nanti ga ngebut pas remidi."

Keyna mengangguk singkat. Dia paham kenapa Tania dan Zidan menatapnya seperti tadi, mengajari Yaksa memang memiliki kesulitan yang tinggi. Keyna ingat enam bulan yang lalu dirinya hampir saja habis kesabaran dalam membantu Yaksa mengerjakan soal dari Bu Intan.

Keyna duduk dibangkunya dan kembali mengajak Ayyara berbicara, karena hanya perempuan itu yang sedang luang.

"Matematika ya Ay? Matematika dasar atau peminatan?"

Ayyara menggeleng sambil menahan tawanya. Melihat itu Tania dan Zidan menatap tajam sang ketua OSIS. Ayyara yang ditatap menghentikan tawanya dengan deheman. Dia mengkode Keyna untuk mendekat dan berbisik pelan kepada Keyna.

"Semuanya Key, ditambah dia juga ga yakin sama fisika, kimia, dan biologi."

Keyna terkejut mendengar itu. Sekarang dia tahu alasan Ayyara mengeluarkan catatan biologinya dan Aden yang sejak tadi berdiri membawa buku kimia dari tempat bimbelnya.

Mereka sedang antri mengajari Yaksa, mereka tetap berusaha meskipun yakin tidak semua bisa masuk ke dalam otak Yaksa. Guru yang mengajar selama satu semester saja tidak membuat Yaksa paham, apalagi mereka yang hanya punya sedikit waktu.

Keyna yang sibuk dengan pikirannya tersentak saat tiba-tiba Tania bangikit dari kursinya dan disusul oleh Zidan. Tania meninggalkan kelas sambil mengomel diikuti Zidan yang berusaha menenangkan Tania. Keyna ingin tahu apa yang terjadi sehingga membuat Tania kesal dan melihat ke arah depan, ke arah meja Yaksa. Bersamaan dengan itu Yaksa juga menoleh ke belakang dan pandangan mereka bertemu.

"Key, ajarin gue matematika peminatan dong, Tania sama Zidan udah nyerah."

Keyna Sekarang tahu alasannya. Sumbu emosi Tania yang lebih pendek dari miliknya jelas sudah habis terbakar.

"Kapan jadwal remidinya?" Tanya Keyna. Dirinya tidak menghafal jadwal remidi karena Keyna jarang harus remidi meskipun kebanyakan nilainya mepet dengan nilai minimal.

"Nanti jam 2."

"Eh..."

Reaksi Keyna dan percakapannya dengan Yaksa cukup untuk membuat teman-teman mereka yang lainnya menahan tawa. Bagaimana bisa mengajari matematika peminatan pada Yaksa dalam satu jam?

"Sebisanya ya Sa..."

Keyna terkejut dengan kemustahilan itu, tetapi Yaksa sudah banyak membantunya dia akan berusaha membantu menaikkan nilai Yaksa meski tidak terlalu signifikan.

Selama satu jam mengajari Yaksa dan itu menjadi percakapan panjang mereka berdua setelah telepon kemarin malam Keyna menyadari bahwa cara yaksa memanggilnya dalam percakapan kembali seperti semula. Itu membuat Keyna merasa lebih nyaman.

Setelah alarm yang diatur untuk berbunyi pada 13.50 berbunyi Yaksa dan Keyna menghentikan belajar sistem kebut sejam mereka. Yaksa harus pergi ke ruang XI IPA 3 yang digunakan sebagai ruang remidi kali ini. Keyna mengangkat kedua tangannya untuk menyemangati Yaksa, meskipun tidak terlalu paham setidaknya ada peningkatan.

Yaksa yang melihat itu tersenyum dan ikut mengepalkan tangannya untuk membalas Keyna yang menyemangati dirinya. Ayyara yang sejak tadi melihat dari bangkunya mendekat ke arah Keyna.

"Kayaknya besok lo bakal diminta bantuan Yaksa buat ajarin Fisika sama matematika dasar deh. Tadi Tania sempet chat dan tanya kondisi Yaksa. Waktu gue bilang lo yang ngajarin, Tania bilang bakal ngasih muridnya ke lo."

Itu bukan kabar yang baik bagi Keyna.

.

.

.

Hari ini Keyna pulang lebih malam dibanding biasanya. Dirinya menolak untuk mengajari Yaksa ngebut dalam satu jam memilih untuk nongkrong di cafe. Keyna harus menjelaskan semua materi fisika dari awal semester agar Yaksa bisa mengerjakan soal remidi. Remidi fisika cenderung lebih mudah karena soalnya adalah sepuluh soal yang sama seperti ujian. Acara nongkrong mereka dihabiskan dengan memperkuat dasar fisika Yaksa dan mengajarkan laki-laki itu menyelesaikan soal ujian serta memprakirakan soal yang akan muncul saat remidi.

Keyna pikir dirinya akan sendirian malam ini, tetapi layar televisi yang menyala membuktikan dirinya salah. Papanya berkata akan kembali lusa dan mama serta kakaknya akan kembali minggu depan. Keyna tidak ahu jadwal siapa yang berubah.

"Kau baru pulang? Jam segini?"

Suara wanita yang menegurnya tanpa mengalihkan pandangan dari televisi adalah suara mamanya. Selama ini mamanya tidak pernah pulang sebelum waktu yang dikatakan tetapi saat ini mamanya sedang duduk di sofa membelakanginya. Ada perlu apa mamanya dengan dirinya? Tidak mungkin mamanya ada perlu dengan sang papa karena papa belum akan kembali ke rumah.

"Tadi Key belajar sama temen ma."

"Sama siapa? Sama yang namanya Yaksa? Yang buat kamu sama Lista dipanggil BK?"

Keyna tidak terkejut mamanya tahu hal tersebut, tentu saja antara Callista atau Aksa yang akan memberi tahu mama mereka. Karena hari itu Aksa dan Lista jelas pulang terlambat ke rumah.

"Key emang belajar sama Yaksa, dan masalah Key sama Lista cuma salah paham temen Lista ma."

"Makanya lain kali jangan terlalu deket sama anak cowok. Nanti kamu dikira cewek gampangan."

"Iya ma."

Keyna meninggalkan sang mama. Dirinya asal menjawab bukan karena takut durhaka, dia hanya tidak ingin memperkeruh suasana. Dirinya di masa lalu sudah pernah menjelaskan tetapi tetap saja dirinya yang salah, Keyna sudah lelah menjelaskan 'dirinya' kepada sang mama.

Keyna membanting tubuhnya di kasur miliknya, dia lelah hari ini. Dia harus melakukan ujian susulan, mengajari Yaksa, dna yang paling melelahkan adalah bertemu dengan mamanya. Mungkin diluar sana juga ada yang sama sepertinya, bertemu dengan orang tua justru menjadi kegiatan yang melelahkan.

Mungkin mereka sama dengan Keyna, lelah mencari validasi, lelah memberikan klarifikasi, dan lelah dengan tuntutan.

Place For MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang