Lembar 3: Mantan Teman Sebangku

39 6 0
                                    

Keyna saat ini berada di situasi yang bisa dibilang tidak terduga.

Dirinya yang biasa tidak terlihat saat ini sedang menjadi pusat perhatian seluruh kelas, itu karena nilai tugas matematika yang dikumpulkan minggu lalu berbeda dari ekspektasi seluruh siswa.

Bisa dibilang sangat jarang guru matematika harus cuti sakit selama seminggu dalam sejarah. Itu adalah kesempatan emas bagi mereka mendapatkan nilai sempurna dengan bekerja sama satu kelas, bukan hanya dalam kelompok kecil.

Dan Keyna menghancurkannya...

Dari mereka semua yang maling marah adalah Tania. Si murid yang selalu memperoleh nilai sempurna tanpa celah di pelajaran matematika dan fisika.

"Key, soal nomor 116 tanggung jawab lo kan? Kok bisa salah sih?"

Suara Tania cukup untuk menghentikan langkah temannya yang akan pergi ke kantin untuk makan siang. Beberapa di antaranya tetap terdiam karena pertengkaran yang mungkin terjadi antara murid terpandai dan murid yang selalu sendirian, beberapa lainnya menganggap Tania yang terlalu obsesi dengan nilai sebagai hal yang biasa.

Tanpa perlu diingatkan Keyna juga sadar, dari 120 soal yang diberikan hanya satu soal yang salah.  Dan itu satu soal yang dia kerjakan di rumah, tanpa pengawasan Zidan. Dia ingin meminta maaf, tapi jujur dirinya takut dengan Tania yang marah saat ini.

"Jawab Key! Lo ga bisa cuma diem aja, kalau lo ga bisa jawabnya lo bisa tanya Zidan atau yang lain. Jangan cuma diem. Kalau gini kan yang kena malah jadi kita semua."

Ultimatum kedua Tania membuat semua murid terfokus dengan Tania. Mereka Tidak kesal, marah, atau dendam karena nilai mereka sudah sangat baik. Tapi mereka sadar bahwa itu mungkin berbeda dengan Tania and the geng yang sangat ambis.

Keyna meremas erat tangannya, dia sangat takut. Dia benci sendirian tapi dia lebih benci jika dia dibenci oleh orang lain. Dia tahu dia salah, dia ingin mengakuinya, tapi lidahnya kelu.

"Tan, udah itu salah gue ga cek ulang. Sorry..."

Zidan yang baru saja datang dari ruang guru untuk menemui Bu Intan menyela perdebatan.

"Lo diem Dan, gue yakin kalau Keyna bahkan ga minta lo buat cek. Ga cuma lo, dia ga ada minta satupun dari anak kelas ini buat cek-"

Tatapan Tania kembali terarah ke Keyna.

"Kepercayaan diri lo udah hancurin nilai kita, kita kerja sama Key, dan cuma lo yang ga bisa di ajak kerja sama."

Perdebatan itu tidak hanya menjadi fokus dari kelas XI IPA 6 tetapi juga setiap siswa yang lewat, bagaimanapun juga kelas mereka searah dengan kantin dan ini jam istirahat.

"Udah Tan, ga enak di lihat anak kelas lain."

Kali ini giliran Tania menatap tajam sang ketua kelas, sedangkan anak kelas yang lain berusaha membubarkan penonton yang berasal dari kelas lain.

Seorang laki-laki yang melihat keributan dari kelasnya mengelap keringatnya dan masuk melewati kerumunan.

Sudah dibilang kan kalau Yaksa bukan orang yang bodoh. Dia tahu apa yang terjadi setelah memahami situasi di hadapannya. Dia tahu kalau Tania marah karena satu soal yang salah menghentikan dirinya mendapat nilai sempurna. Tipikal Tania sekali.

"Udah Tan, jangan marah, nanti lo cepet keriput. Mikirin itung-itungan aja udah bikin lo keliatan lebih tua."

Kalimat Yaksa bukannya mendinginkan suasana, justru menuangkan bahan bakar emosi Tania.

"Lo mau gue gampar?"

Yaksa tersenyum, setidaknya Tania masih bisa mengontrol emosinya untuk menjawab pertanyaannya. Itu berarti ada peluang untuk meredakan amarah perempuan itu.

Place For MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang