Lembar 12: Harapan

31 9 0
                                    

Keyna hari ini mampir ke mall setelah meminta pendapat Yaksa tentang hadiah untuk laki-laki. Anehnya Yaksa yang awalnya mendengar pertanyaan itu senang dan setelah Keyna mengatakan bahwa hadiah itu untuk papanya Yaksa terlihat sedikit murung.

Keyna menunggu papanya pulang di ruang tamu. Besok adalah hari libur kenaikan kelas dan Keyna tidak keberatan begadang malam ini menunggu papanya pulang.

Ingatan Keyna kembali ke masa lalu, hal yang saat ini mengingatkannya dengan masa lalu. Keyna kecil akan selalu duduk di sofa menunggu entah mama atau papa untuk kembali ke rumah. Meskipun pada akhirnya dia akan berakhir tertidur di sofa dan dipindahkan oleh pengasuhnya sebelum orang tuanya datang.

"Kali ini aku akan menunggu dengan benar."

Keyna tidak bisa menahan kantuknya. Keyna menyalakan ponselnya dan melihat bahwa hari sudah berganti dan jam di ponselnya menampilkan sepasang angka kembar, 00.44.

Jika dipaksakan mungkin Keyna tetap bisa bertahan tetapi ada sekelebat perasaan ragu hari ini sang papa pulang. Perasaan itu memang membuat Keyna justru lebih kuat menahan kantuknya.

Namun pada akhirnya dirinya terlelap entah saat itu sudah jam berapa.

Kali ini dirinya bangun di kamarnya. Dirinya cukup yakin tidak berjalan sambil tidur dan saat ini dia tidak lagi memiliki pengasuh. Siapa yang membawa dirinya ke kamarnya?

Keyna bersiap dan menuruni tangga. Dia bangun lebih siang dari hari biasanya karena ini adalah hari libur. Mata Keyna menangkap pupung lebar milik papanya yang saat ini sedang menelpon seseorang.

Mendengar langkah dari putrinya, Bima membalikan badannya.

"Kau sudah bangun Key."

"Sudah pa."

Keyna menjawab sambil melihat benda yang melingkari pergelangan papanya. Bima mengikuti pandangan putrinya dan akhirnya sadar apa yang ditatap putrinya.

"Ah! Ini untuk papa kan? Kau kemarin bergumam kalau ini untuk papa."

"Iya pa." Kena menjawab singkat kalimat papanya. Dia ingin melihat respon papanya.

"Terima kasih Key, papa menyukainya."

Keyna tersenyum mendengar itu. Pujian pertama sejak... entahlah. Keyna cukup sulit membeli jam tangan untuk papanya, tapi setidaknya pegawai toko tidak membohonginya saat mengatakan jam tersebut bagus.

Pagi ini sedikit berbeda karena hubungan Keyna dan sang papa sedikit membaik karena sebuah jam tangan.

Percakapan tentang bagaimana sekolah Keyna? Apa Keyna memiliki teman? Apa Keyna merasa kesulitan di sekolah? Menjadi percakapan mereka.

Entahlah, mungkin mereka berdua memikirkan hal yang sama. Rumah bukan hal yang nyaman ditanyakan kepada Keyna.

Keyna mengumpulkan keberanian untuk bertanya kepada papanya.

"Pa, liburan ini bisa kita pergi?"

Bima menghentikan makannya. Sejak kecil saat liburan Keyna akan pergi ke sanatorium tempat kakek dan neneknya dirawat tetapi saat ini tidak ada lagi yang harus Keyna kunjungi. Bima baru sadar sekarang.

"Papa tidak bisa pergi terlalu jauh atau lma Key. Ada banyak yang harus papa urus."

Keyna merasa jika dirinya kalah saat ini dia tidak akan bisa mendapat keberanian yang sama.

"Kemanapun. Keyna sudah cukup asal bisa pergi bersama papa."

Bima tahu bahwa selama ini dia mengabaikan kebutuhan psikis Keyna. Tapi klai ini dia baru sadar kalau selama ini dia sudah sangat keterlaluan.

Place For MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang