Lembar 18: Akhir yang Dipertanyakan

32 7 0
                                    

Pagi menjelang siang ini sedikit berbeda karena papa Keyna masih berada di rumah pada jam-jam segini. Hal itu cukup berbeda dari biasanya karena Bima akan berangkat begitu pukul tujuh dan pulang terserah pria itu.

"Papa tidak pergi bekerja?"

"Papa hari ini libur..."

Keyna tidak menanggapi pernyataan terpenggal dari apa yang dikatakan Bima.

Sedangkan Bima yang melihat bahwa putrinya tidak merespon kalimat tanya sesuai dengan perkiraan tetap melanjutkan kalimatnya.

"Hari ini papa mau pergi menemui keluarga papa. Besok bisa Keyna ikut? Besok kamu masih libur kan?"

Selain Keyna, papanya tidak memiliki orang lain yang disebut keluarga kecuali keluarga kecil sebelum papanya menikah dengan mamanya.

"Kenapa mengajak Keyna?"

Papa Keyna menghentikan sarapannya dan memandang Keyna.

"Key, kamu bisa ikut papa kalau Key mau. Papa dan istri papa akan berusaha membuat Key nyaman."

Melihat bahwa sang papa menanggapi permintaannya kemarin malam Keyna justru merasa kecewa. Apa memang dirinya harus memelas sampai seperti itu sampai papanya peduli dengannya.

"Kalau Key ga nyaman bisa papa tetep sama Key aja?"

Bima terdiam mendengar pertanyaan putrinya. Akhirnya dia berhasil menemukan keluarganya yang selama ini tidak berhasil dia temukan. Bima mempertahankan pernikahan hancur ini bahkan menentang Melissa, ibu Aksa, untuk berpisah.

Bima adalah pria jahat yang tidak mengizinkan Melissa bahagia dengan keluarganya jika Bima masih berpisah dari keluarganya.

Melissa dan mantan suaminya di tahun ketujuh pernikahan sudah mampu berdiri secara mandiri. Mereka memiliki finansial yang cukup dan Aksa juga sudah dinyatakan sembuh, tetapi Bima tidak terima bahwa hanya dirinya yang masih berpisah dari keluarganya. Dia juga ingin Melissa merasakan hal yang sama.

Jika ibu Melissa menggunakan Aksa sebagai alasan maka ayah Bima menggunakan istri Bima sebagai alasan. Ayahnya mengancam istrinya dan istrinya yang takut dan menyerah atas ancaman pun pergi meninggalkan Bima. Satu-satunya cara Bima adalah menurut sampai ayahnya menyerah dan mengatakan lokasi istrinya, tetapi ayahnya meninggal.

Sekarang Bima berhasil menemukannya, tetapi istrinya itu mengatakan untuk membawa Keyna karena bagaimanapun juga Keyna adalah putri Bima. Bima sendiri bingung harus mengatakan apa karena dalam hatinya dia juga merasa senang bahwa mantan istrinya secara terbuka mau menerima Keyna. Pada akhirnya, Bima yang lebih sering bersama Keyna dibandingkan Melissa tidak bisa tidak mencintai putrinya. Hanya saja dirinya tidak tahu bagaimana cara menyampaikan perasaannya.

Dia sangat bersyukur mantan istrinya adalah perempuan yang dengan mudahnya memberikan cinta. Meskipun sulit, semoga saja luka yang Bima dan Melissa torehkan kepada Keyna selama belasan tahun mampu sedikit terobati dengan adanya perempuan yang Bima cintai.

Hanya saja luka yang diterima Keyna sudah cukup dalam. Putrinya bahkan tidak ingin bertemu dengan calon ibu sambungnya. Bima tahu bahwa Keyna akan menyukai mantan istrinya, tetapi jika mereka berdua bahkan tidak bertemu bagaimana mereka akan saling mencintai.

"Key bisa mencoba tinggal dengan kami kalau Key tidak nyaman Key bisa mandiri. Papa akan tetap bertanggung jawab pada kebutuhan finansial Key."

Keyna tidak menjawab apapun atas pernyataan papanya. Bagaimanapun itu bukan sesuatu yang bisa segera dijawab detik itu juga.

"Keputusan papa sudah bulat Key, papa akan kembali menikah dengan mantan istri papa."

.

.

.

"Maaf membuatmu menunggu."

Remaja laki-laki itu datang dengan napas yang tersengal-sengal. Dia tidak memiliki waktu bahkan untuk beristirahat setelah berolahraga karena Keyna menelpon.

"Maaf mengganggumu Yaksa."

"Tidak-apa-apa."

Hanya Yaksa yang dapat menjadi tempat Keyna bercerita. Dia tidak bisa lagi bercerita pada neneknya, dia juga tidak bisa bercerita pada Ayyara. Keyna juga tidak mungkin bercerita pada Tania dan yang lain karena hubungan mereka tidak sedekat itu. Satu-satunya pilihan adalah Yaksa.

Yaksa yang menerima pesan dari Keyna segera pergi lagi setelah baru saja masuk setelah olahraga pagi. Pesan bahwa ada sesuatu yang ingin perempuan itu ceritakan jelas bukan perkara yang bisa disepelekan oleh Yaksa.

Hal itu karena mungkin saja Keyna akan menceritakan tentang masalah keluarganya. Siapapun mereka, pasti perlu orang lain untuk mendengarkan cerita mereka. Ditambah akhir-akhir ini sulit untuk menghubungi Ayyara. Keyna yang sudah terbiasa bergantung pada Ayyara jelas akan merasa tidak memiliki tempat untuk bercerita.

Oleh karena itu ketika pesan itu Yaksa terima dia harap dia bisa membantu sebaik Ayyara. Itu karena Keyna adalah teman yang berharga bagi mereka.

"Apa yang ingin kau ceritakan Key?"

Yaksa bisa melihat Keyna sedikit merasa bimbang tetapi berusaha untuk melanjutkan pembicaraan ini.

"Sa, bagaimana jika ayahmu menikah lagi?"

Yaksa sedikit memahami apa yang mungkin menjadi permasalahan Keyna. Tetapi terlalu ikut campur bukan hal yang baik. Dia harap Keyna dapat memutuskannya sendiri, keputusan yang tidak akan perempuan itu sesali. Dia tidak ingin suatu saat nanti Keyna berandai atas pilihannya.

"Apa papamu akan menikah lagi?" Yaksa hanya bisa mengatakan hal itu untuk menanggapi pertanyaan Keyna.

Keyna mengangguk.

"Papa dan mama bercerai beberapa hari yang lalu. Mama akan menikah lagi dan papa akan menikah lagi. Mama pergi dengan Kak Aksa tanpa gue,"

"Kau akan ikut papamu?" Tanya Yaksa memastikan.

Keyna menggeleng mendengar pertanyaan yaksa.

"Gue ga tahu. Papa ngasih pilihan antara ikut dengan keluarga papa atau jadi mandiri. Kalau lo itu gue, lo bakal pilih apa Sa?"

Yaksa tidak bisa menjawab pertanyaan itu secara langsung. Saat ini dirinya sedang berbicara dengan Keyna yang beberapa bulan lalu bahkan tidak bisa membela dirinya sendiri. Yaksa tidak ingin Keyna membuat keputusan dengan pola pikir seperti itu.

"Boleh gue balik tanya dulu?" Keyna mengangguk tanpa melihat Yaksa.

Dengan persetujuan Keyna, Yaksa melanjutkan kalimatnya?

"Apa calon istri papamu orang baik?"

Mendengar pertanyaan lanjutan Yaksa Keyna terdiam. Dia tidak tahu jawabannya. Begitu sang papa mengatakan bahwa akan kembali menikahi mantan istrinya Keyna sudah sangat merasa kecewa. Bagi Keyna mantan istri papanya adalah orang jahat yang menghancurkan keluarganya.

Saat Yaksa menanyakan hal tersebut Keyna tiba-tiba teringat beberapa hari yang lalu. Mantan suami mamanya bukan orang yang jahat. Setidaknya tidak sejahat apa yang dipikirkan oleh Keyna.

"Gue ga tahu Sa."

"Kalau gitu cari tahu Key! Tidak semua ibu sambung itu jahat dan seperti kata papamu, lo bisa pergi kalau lo ga nyaman."

Keyna tahu apa yang harus dia lakukan. Dirinya hanya merasa bahwa satu-satunya jalan itu tidak akan membuat dirinya bahagia dan Keyna menolak itu. Dia tidak ingin kalah dengan menjadi bagian dari keluarga baru papanya untuk kemudian pergi saat dirinya kembali tidak diinginkan.

"Kalau suatu saat lo pergi, itu bukan berarti lo kalah. Di saat lo benar-benar mutusin buat pergi, lo menang Key.... Itu karena lo pergi untuk memperjuangkan kebahagiaanmu."

Yaksa bisa melihat Keyna melihatnya dengan perasaan lega. Yaksa tahu bahwa sarannya bisa saja salah, tetapi Yaksa tidak ingin Keyna menyerah secepat ini karena Yaksa yakin Keyna bisa membuat keputusan yang baik setelah perempuan itu sedikit tenang.

Dan Keyna sedang tidak tenang saat ini.

Place For MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang