Lembar 14: Mereka

33 7 0
                                    

Keyna kira hidupnya yang sudah dibuang oleh orang tuanya akan menyedihkan, tetapi dia bisa melupakannya seharian ini. Dia dan teman-temannya minus Ayyara seharian ini bermain banyak permainan yang baru pertama kali Ayyara coba di rumah Yaksa.

Dulu Keyna kira permainan itu hanya sebatas monopoli dan ular tangga, tetapi puluhan game yang tersedia di rumah Yaksa membuat Keyna dan teman-temannya tidak lepas dari layar selama hampir 12 jam.

Jika saja sekarang bukan jam malam Keyna mungkin mereka akan menghabiskan sepanjang malam untuk mencoba mengalahkan Yaksa dalam permainan.

Tugas sopir hari ini selesai setelah Keyna masuk ke dalam rumah. Hanya saja saat ini Keyna terpaku di tempatnya tanpa bisa melangkah masuk ke rumahnya.

Dia melihat Aksa sedang membukakan pintu bagi seseorang yang Keyna kenali, Lista.

Melihat ada seseorang yang berdiri di dekat pintu masuk, Aksa memutuskan untuk menyapa adiknya. Sejak kejadian di sekolah Aksa bahkan menghindari tatapan Keyna kapanpun mereka bertemu.

"Baru pulang Key?"

"Kakak juga baru pulang? Kukira kakak tidak akan pulang."

Keyna tidak sepenuhnya bermaksud menyindir, tetapi itu benar. Aksa tidak pulang selama liburan dan baru kali ini laki-laki itu pulang ke tempat yang disebut rumah.

"Aku akan di rumah sampai tiga hari kedepan. Lista juga."

Aksa melihat Lista sebentar kemudian kembali menatap Keyna. Aksa ingin melihat reaksi Keyna setelah mendengar Lista akan menginap di rumah mereka selama tiga hari kedepan.

"Lakukan apa yang kalian mau, asal tidak menggangguku."

Keyna mengatakan hal tersebut sambil berlalu melewati keduanya. Dia sudah memutuskan untuk tidak peduli dengan semuanya. Tahap terakhir dalam berusaha adalah menyerah, dan Keyna sudah berada di sana sekarang.

Tidak hanya dikejutkan dengan Lista yang datang dengan koper kuning miliknya, Keyna cukup terkejut dengan keberadaan seorang pria seusia papanya. Pria itu memiliki tatapan teduh dan menyunggingkan senyum pada Keyna yang baru saja melangkah masuk ke dalam rumah.

"Selamat malam Key."

Meskipun belum pernah diperkenalkan secara resmi, tetapi Keyna tahu pria itu. Pria dari masa lalu mamanya dan mungkin akan tetap menjadi masa depan mamanya. Pria itu adalah mantan suami mamanya.

Selain pria yang menyapanya ramah Keyna bisa melihat papanya yang duduk di seberang pria itu hanya menatap Keyna. Mungkin saja papanya sedikit terkejut Keyna pulang saat jam malam, sebelumnya Key selalu pulang paling lambat setelah pulang dari tempat les.

Tentu saja papanya tidak tahu karena saat Keyna pulang terlambat karena mengajari Yaksa mamanya tidak memberi tahu papanya. Mamanya tidak sebegitu tertariknya dengan kehidupan Keyna sehingga tidak ingin ikut campur. Cukup Keyna tidak membuat dirinya dipanggil ke sekolah dan mamanya juga tidak mengusiknya, kecuali jika itu tentang Aksa dan Lista. Dia adalah mama yang baik jika Key melupakan fakta dia adalah perempuan yang sama yang mengabaikannya selama ini.

Sedangkan perempuan yang Keyna panggil sebagai mama saat ini sedang menyiapkan kamar yang akan ditempati Lista. Sejak Keyna bisa mengingat sesuatu, tidak ada ingatan seperti itu di otaknya.

Detik itu juga Keyna sadar bahwa tidak sedetikpun orang-orang yang Keyna sebut sebagai keluarga memikirkan bagaimana perasaannya.

Mana ada ibu yang membawa keluarganya yang lain ke hadapan putrinya? Dan papanya baik-baik saja dengan itu semua. Bahkan papanya menyambut ayah kandung Aksa itu dengan sangat ramah.

"Keyna naik ke atas dulu."

Setelah Aksa dan Lista masuk, satu-satunya orang yang menampilkan ekspresi sedih hanya mantan suami mamanya. Andai saja mama atau Aksa memiliki satu persen simpati pria itu hidup Keyna tidak akan tersiksa. Atau jika pria itu menggunakan empatinya dengan tidak mengambil mama dan kakaknya Keyna akan bersyukur.

Ah, seperti kata Aksa, Keyna bukan kebahagian dan prioritas mama dan Aksa. Meskipun pria di depannya memohon kepada mamanya pun Keyna tidak akan mendapatkan tempat.

Keyna membanting tas dan tubuhnya ke kasur. Rasanya hanya tempat ini yang membuatnya nyaman. Keyna ingin setiap malam adalah malam hari sehingga dia tidak perlu memikirkan akan melakukannya. Hanya tidur dan melupakan segalanya.

Baru sebentar Keyna memejamkan matanya suara ketukan pintu terdengar. Tanpa membuka pintu pun Keyna bisa menebak siapa yang mengetuk pintu kamarnya.

"Masuk saja om."

Keyna duduk dan berusaha terlihat biasa saja di hadapan pria itu.

"Keyna keren bisa tahu kalau ini om ya."

"Karena yang lain tidak tertarik dengan Keyna. Mereka tidak akan datang ke kamar Keyna."

Pria itu menyerngit. Bagaimanapun hidup Key hancur juga karena dirinya tidak pernah bisa tegas kepada perempuan yang dia cintai dan kepada dirinya sendiri. Dia memang terlihat seperti pria baik, tetapi dia adalah pria yang jahat yang sudah mengacaukan hidup remaja di depannya.

"Om minta maaf ya Key."

Keyna menggeleng mendengar permintaan pria itu.

"Maaf dari Key ga ada gunanya om. Om tetap akan membawa mama dan kakak pergi kan? Maksudku mama dan kakak akan pergi demi om dan Lista. Bagi mereka kalian berdua lebih berharga dari Keyna."

Pria itu tidak bisa menemukan jawaban yang tepat karena dari awal hubungan mereka tidak dimulai dengan benar.

"Kau benar, mama dan kakakmu akan pergi bersama om dan Lista. Om meminta maaf kepadamu hanya demi diri om sendiri. Om merasa malu sudah merebut keluargamu, itu hanya untuk mengurangi rasa bersalah om. Kau... kau tidak perlu memaafkan om."

"Om ga rebut siapapun, dari awal mama sama kakak bukan keluarga Key setidaknya mereka tidak menganggap Key sebagai keluarga. Key akan jadi anak egois jika meminta mama dan kakak tetap bersama Key. Sama seperti Key yang ingin bahagia, mungkin bahagia mereka bukan dengan Key dan papa."

Pria itu melangkah lebih dekat dengan Key dan duduk bersila di lantai.

"Kalau Key mau Key bisa ikut bersama kami."

Keyna tahu pria di depannya orang baik dan saat ini sedang tidak berbohong. Tetapi membayangkan kehidupan sehari-harinya harus melihat dan mendengar mamanya peduli dengan Lista tidak mungkin untuk dia terima.

"Key akan tetap tinggal di sini."

Pria itu menghela napas.

"Kalau Key ingin ketemu mama dan Aksa, Key bisa datang ke rumah paman. Meskipun di sana akan ada Lista."

Keyna menerima kertas bertuliskan alamat rumah yang akan menjadi rumah baru mamanya.

"Om, Keyna bisa tanya sesuatu?"

Pria itu tersenyum, dia tidak pernah bicara baik-baik dengan Keyna. Dia merasa kali ini Keyna telah membuka hatinya untuk dirinya.

"Selama om bisa jawab om akan jawab?"

"Kalau mama masih mencintai om dan om masih mencintai mama... Kenapa kalian berpisah?"

Sekarang bagaimana pria itu akan bercerita. Dirinya masih bisa mengingat dengan jelas ingatan dari belasan tahun yang lalu. Tapi pria itu tidak bisa bercerita tanpa menyakiti gadis yang terlalu sering disakiti itu.

Keyna bisa melihat keraguan di pria itu. Keyna sadar mungkin saja pria itu tidak ingin melukai perasaannya, tapi bukankah itu terlambat? Jangankan luka, Keyna sudah membunuh perasaannya sendiri sebagai ganti mempertahankan akal sehatnya.

"Keyna sudah terbiasa menerima perlakuan tanpa mempertimbangkan perasaan Keyna. Jadi om tidak perlu merasa bersalah."

"Baiklah... minta om berhenti jika Keyna mulai tidak nyaman dengan cerita om. Kita bisa melanjutkannya lagi saat Key ingin dan siap mendengarnya lagi."

Keyna menangguk mendengar jawaban ayah dari kakaknya itu.

Place For MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang