Lembar 8: Panggilan Telepon

31 6 0
                                    

Pagi ini Keyna bangun dengan suasana hati yang sama seperti dulu, hampa. Dia tidak bisa lagi menantikan liburan sekolah.

Dia menyalakan ponselnya melihat jam digital yang tertera di layarnya, 07.02. Sudah terlambat untuknya bersiap pergi ke sekolah hari ini.

"Ah, aku tidak perlu berangkat ke sekolah."

Keyna masuk ke dalam kamar mandi dan keluar kamar dengan rapi. Meskipun dia mendapatkan izin dari sekolah, saat masuk besok dirinya harus melakukan ujian susulan mata pelajaran yang terlewat.

Keyna sedikit merasa aneh melihat papa dan mamanya duduk berdua untuk sarapan bersama.

Meja makan besar di hadapan Kehna hanya berisi papa dan mamanya, sedangkan Aksa sudah berangkat ke sekolah.

Papa dan mama setuju bahwa Aksa harus bersiap untuk ujian masuk dan meninggalkan urusan rumah pada mereka berdua. Tetapi bagi Keyna papa dan mamanya tidak akan bisa mengurus urusan rumah karena mereka tidak mau memikirkan hal itu. Lagipula tidak ada lagi yang perlu diurus.

"Mas, aku sama Aksa minggu ini ga balik lagi."

Keyna tidak tahu apa saja yang dibicarakan mamanya sampai-sampai kalimat itu terucap saat Keyna baru saja duduk di tempatnya. Bukankah mamanya bisa mengatakan itu sebelum Keyna datang? Mendengar kalimat itu Keyna merasa dirinya ditinggal.

"Iya. Kapan kau pergi?"

Jawaban papanya sama seperti biasa. Papanya akan mengizinkan mamanya dalam hal apapun.

"Setelah sarapan."

Setelah mengatakan itu, sang mama beranjak dari kursinya dan mengambil jaketnya. Jemputan perempuan itu sudah datang mungkin sebelum Keyna bangun.

Keyna bisa melihat mobil abu-abu terparkir di seberang rumahnya dari kamarnya di lantai dua.

Tidak lama sejak sang mama meninggalkan rumah, laki-laki yang Keyna panggil papa juga ikut beranjak. Meskipun ibu mertuanya baru saja meninggal, papa Keyna tetap harus bekerja. Papanga hanya mengambil cuti satu hari di hari nenek Keyna meninggal.

"Key, papa hari ini sampai lusa ada urusan di luar kota. Hari ini belajarlah di rumah. Besok kamu akan kembali ke sekolah untuk ujian susulan."

Keyna mengangguk.

Dirinya rasa dia sudah cukup usia untuk bisa membedakan 'urusan' dan pekerjaan papanya. Meskipun tidak seperti mamanya yang terang-terangan, Keyna cukup yakin papanya memiliki perempuan lain di luar sana. Keyna sudah lelah bertanya-tanya dan memilih untuk diam dan menjalani hidupnya.

Setelah sarapan sekaligus acara pamitan, Keyna mengurung dirinya dengan menghabiskan waktu di kamar untuk belajar. Belajar dari pengalaman, dirinya tahu bahwa sekeras apapun dia berusaha orang tuanya tidak akan mengapresiasinya. Bagi papanya itu tidak penting dan bagi mamanya Aksa jauh lebih unggul dari siapapun.

Keyna bahkan menghabiskan makan siang dan makan malamnya di kamar. Untuk apa dia makan di meja makan yang besar jika hanya sendirian.

Ting~

[Boleh aku menelpon?]

Ting~

[Karena sudah kau baca aku anggap kau setuju.]

Tidak sampai hitungan ke tiga setelah Keyna membaca pesan masuk, ponsel Keyna berdering. Nama kontak ditambah emotikon perenang yang seenaknya diganti oleh pemilik nomor tertera di layar ponsel Keyna.

"Ada apa Sa?"

Keyna menunggu cukup lama tetapi tetap tidak ada jawaban dari seberang telepon.

"Apa ada yang ingin kau tanyakan soal ujian?"

Place For MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang