"Jarak ini adalah dinding tak kasatmata yang terpaksa ku bangun. Bukan untuk menghalau cahaya, tapi untuk menjaga api kecil yang tak boleh berkobar terlalu cepat. Dalam diam dan jarak, ada cinta yang terpaksa disembunyikan demi menjaga kehormatan dan masa depan."
-Adnan Yusuf Habibie-
Bulan demi bulan berlalu, dan kedekatan antara Adnan dan Aiza semakin terasa. Mereka sering terlihat berbincang dengan sangat akrab, bahkan terkadang tertawa bersama di sela-sela latihan mereka. Aiza, dengan segala antusiasmenya sebagai murid yang bersemangat, merasa nyaman dengan kehadiran Adnan. Baginya, Adnan bukan hanya pelatih biasa; dia adalah sosok yang memberikan inspirasi dan dukungan tak tergantikan.
Namun, seperti halnya sinar matahari yang tidak selalu cerah, ada masa ketika bayang-bayang mendung mulai meliputi kebersamaan mereka. Guru-guru di sekolah mulai memperhatikan kedekatan mereka. Beberapa dari mereka yang khawatir tentang potensi masalah etika dan profesionalisme, memberikan peringatan kepada Adnan. Mereka menekankan pentingnya menjaga jarak yang tepat antara seorang pelatih dan murid, terlebih lagi dengan pertimbangan usia Aiza yang belum mencapai dewasa secara hukum.
Adnan, yang selalu mempertimbangkan nasihat dari rekan-rekannya dan tanggung jawabnya sebagai seorang pelatih, merasa tertekan. Dia mulai merenungkan pesan-pesan tersebut dengan serius. Meskipun perasaannya terhadap Aiza tumbuh lebih dalam setiap hari, dia menyadari bahwa mengejar hubungan yang lebih dekat bisa menimbulkan banyak masalah. Itu bukan hanya masalah etika, tapi juga bisa berdampak pada reputasi dan karirnya di sekolah.
Maka, tanpa memberikan penjelasan atau peringatan sebelumnya, Adnan memutuskan untuk mengambil langkah mundur. Dia secara tiba-tiba mulai menjaga jarak dari Aiza. Saat Aiza mencoba mendekatinya atau mengajaknya berbicara, dia selalu menemukan alasan untuk menghindar. Mungkin dia terlihat sibuk, atau terlalu fokus pada urusan lain yang seolah lebih penting.
Awalnya, Adnan yakin bahwa ini adalah keputusan yang tepat. Dia berpikir bahwa dengan mengurangi interaksi mereka, dia bisa menghindari memperburuk situasi. Namun, semakin sering dia menghindar, semakin jelas ekspresi kekecewaan dan kesedihan di wajah Aiza. Gadis itu, yang sebelumnya ceria dan penuh semangat, mulai menunjukkan tanda-tanda kebingungan dan kesedihan yang dalam.
Di balik keputusannya yang tampaknya rasional, hati Adnan terasa perih. Dia tahu bahwa dia harus bertindak sesuai dengan kode etik dan profesionalisme, tetapi itu tidak membuatnya merasa lebih baik. Setiap kali dia melihat Aiza dengan ekspresi yang terluka, dia merasa seperti dia telah menyakiti seseorang yang tidak bersalah.
Malam itu, ketika dia duduk sendiri di ruang tamu rumahnya, pikirannya terus melayang pada Aiza. Dia bertanya-tanya apakah ada cara untuk menyelesaikan situasi ini dengan lebih baik, tanpa menyakiti hati gadis muda itu lebih jauh lagi. Tetapi, dalam kegelapan yang menyelimuti pikirannya, dia tidak menemukan jawaban yang memuaskan.
Keputusannya untuk menjaga jarak terhadap Aiza telah memunculkan suatu jarak yang tidak bisa dia atasi dengan mudah. Baginya, ini bukan hanya sekadar menghindari konflik atau masalah potensial; ini tentang melepas sesuatu yang mungkin tidak pernah bisa dia miliki, demi menjaga integritas dan tanggung jawabnya.
Dan di sudut lain kota, Aiza juga merenung dengan sendirinya. Dia merasa kehilangan, tidak mengerti apa yang telah terjadi. Baginya, Adnan bukan hanya seorang pelatih; dia adalah seseorang yang dia kagumi dan percayai. Sekarang, kebersamaan mereka seperti diliputi oleh kebingungan dan kesedihan yang tidak dia mengerti.
Hari-hari yang sebelumnya penuh dengan canda dan tawa mulai berubah. Adnan, yang biasanya ramah dan perhatian, kini lebih sering terlihat diam dan tenggelam dalam pikirannya sendiri. Perubahan ini tidak luput dari perhatian Aiza, yang merasa ada sesuatu yang mengganggu pikiran pelatihnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
2.284 KM
Teen FictionAiza Jelita Kamila, yang akrab dipanggil Aiza, merasa sudah mengambil keputusan yang tepat dengan melanjutkan pendidikannya ke luar kota, menjauh dari kampung halamannya demi menjaga jarak dari Adnan, lelaki yang diam-diam ia cintai. Namun takdir be...