Hari Wisuda

7 0 0
                                    

"Menjadi bagian dari masa lalu mu adalah sesuatu yang indah, namun menyaksikan mu bahagia dengan orang lain adalah pelajaran berharga tentang ketulusan cinta. Meski hatiku terasa sepi, aku tetap bahagia melihatmu menemukan kebahagiaanmu sendiri."

-Dara Fauziah Amanda-

Hari yang ditunggu-tunggu akhirnya tiba, hari ini adalah hari wisuda Alvin. Di aula besar yang megah dan penuh dengan dekorasi meriah, para mahasiswa dan keluarga mereka berkumpul untuk merayakan pencapaian ini. Aiza, mengenakan gaun biru lembut, duduk di antara kerumunan, hatinya berdebar-debar. Ini adalah momen penting bagi Alvin, dan dia ingin memastikan kehadirannya berarti.

Aiza datang bersama teman-temannya, tetapi pandangannya terus mencari-cari sosok Alvin. Dia ingin memberikan selamat secara langsung, tetapi aula yang ramai membuatnya sulit untuk menemukannya. Ketika nama Alvin dipanggil, Aiza berdiri, tepuk tangan meriah mengiringi langkahnya yang penuh percaya diri menuju panggung. Di sana, Alvin menerima ijazahnya dengan senyum lebar, lalu memandang sejenak ke arah penonton. Mata mereka bertemu, dan Aiza merasakan kehangatan yang luar biasa.

Setelah acara selesai, para wisudawan dan keluarga berkumpul di luar aula. Aiza berusaha menelisik kerumunan untuk menemukan Alvin. Ketika akhirnya dia melihatnya, Alvin sedang berbicara dengan keluarganya, ia terlihat sangat bahagia. Aiza mendekat dengan senyum di wajahnya.

"Selamat, Kak Alvin!" kata Aiza dengan penuh semangat ketika sudah cukup dekat.

Alvin berbalik dan senyumnya semakin lebar saat melihat Aiza. "Aiza, terima kasih sudah datang. Ini sangat berarti bagiku."

Alvin kemudian memperkenalkan Aiza kepada keluarganya. "Ibu, Ayah, ini Aiza, teman baikku. Dia yang selalu support aku selama ini."

Ibu Alvin, seorang wanita paruh baya dengan senyum ramah, menjabat tangan Aiza. "Senang bertemu denganmu, Aiza. Alvin sering bercerita tentangmu."

"Senang bertemu dengan Ibu dan Bapak juga," jawab Aiza sopan.

Saat mereka berbincang-bincang, Aiza merasa nyaman dengan keluarga Alvin. Mereka sangat hangat dan ramah. Disaat mereka tengah asik berbincang, tiba-tiba seorang gadis mendekati mereka. Gadis cantik dengan gaun cokelat selutut dan rambut yang dipotong sebahu, ia tampak sederhana dengan make-up tipis dan senyum cerah yang menghiasi wajahnya. Ia adalah Dara, sahabat kecil Alvin.

"Alvin! Selamat ya, akhirnya kamu lulus juga!" kata Dara sambil memeluk Alvin.

Aiza merasakan jantungnya berdetak lebih cepat. Dia tidak pernah mendengar tentang Dara sebelumnya, dan keakraban mereka membuatnya merasa cemburu, meski ia berusaha menyembunyikannya.

"Dara! Senang sekali kamu bisa datang," kata Alvin, matanya bersinar. "Ayah, Ibu, ini Dara, sahabat kecilku. Kami sudah lama tidak bertemu, kalian masih ingat kan?"

Ibu Alvin tersenyum hangat kepada Dara. "Dara, senang melihatmu lagi. Sudah lama sekali sejak terakhir kali kita bertemu."

Dara tersenyum, lalu beralih ke Aiza. "Kamu pasti Aiza, teman baik Alvin yang sering dia ceritakan. Senang bertemu denganmu."

Aiza tersenyum, meski hatinya merasa sedikit tidak nyaman. "Senang bertemu denganmu juga, Kak Dara."

Percakapan berlanjut, dan Aiza berusaha untuk tetap ceria meski hatinya terusik. Dia tahu bahwa dia tidak memiliki hak untuk merasa cemburu, tapi melihat kedekatan antara Alvin dan Dara membuatnya merasa aneh. Alvin tampak sangat bahagia, dan Aiza tidak ingin merusak momen itu.

Setelah beberapa saat, Dara meminta Alvin untuk berfoto bersama. "Ayo Alvin, kita ambil foto bersama. Sudah lama sekali kita tidak berfoto bersama."

Alvin mengangguk. "Tentu, Dara. Aiza, mau ikut berfoto juga?"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 25 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

2.284 KMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang