"Aku selalu berpikir bahwa setiap bintang di langit adalah sebuah harapan. Meskipun terkadang hidup kita terasa gelap, selalu ada bintang-bintang yang akan menerangi jalan kita."
-Alvin Pradana Putra-
Seiring berjalannya waktu, kedekatan antara Aiza dan Alvin semakin tumbuh. Mereka berdua sering menghabiskan waktu bersama, baik di kampus maupun di luar kampus. Bagi Aiza, Alvin adalah seorang teman yang bisa dia andalkan, dan tanpa disadari, perasaan yang lebih dalam mulai tumbuh di hatinya.Suatu hari, Alvin mengajak Aiza untuk pergi ke sebuah tempat yang istimewa. "Aiza, ada tempat yang ingin aku tunjukkan padamu. Ini salah satu tempat favoritku di Yogyakarta. Kamu mau ikut?" tanya Alvin dengan senyum misterius.
Aiza, yang selalu penasaran dan senang menjelajah, langsung menyetujuinya. "Tentu, Kak! Aku selalu suka diajak ke tempat baru. Kapan kita pergi?"
"Bagaimana kalau sore ini? Kita bisa menikmati senja di sana," jawab Alvin.
Sore harinya, mereka berdua bertemu di gerbang kampus dan Alvin membawa Aiza ke tempat yang dimaksud. Mereka naik motor menuju sebuah bukit kecil di pinggiran kota. Sepanjang perjalanan, Aiza menikmati pemandangan sawah yang menghijau dan udara segar yang menyejukkan.
Setelah menempuh perjalanan sekitar 30 menit, mereka tiba di sebuah bukit yang cukup tinggi. Alvin memarkir motor di bawah bukit, dan mereka melanjutkan perjalanan dengan berjalan kaki. Jalan setapak yang mereka lalui dikelilingi oleh pepohonan yang rindang, menciptakan suasana yang tenang dan damai.
"Ini adalah Bukit Bintang," kata Alvin saat mereka mencapai puncak bukit. Dari atas, pemandangan kota Yogyakarta terbentang luas di depan mata mereka. Langit mulai berubah warna, menciptakan gradasi oranye dan merah muda yang indah.
"Wah, indah sekali," ucap Aiza dengan mata berbinar. "Terima kasih sudah membawaku ke sini, Kak Alvin."
"Sama-sama, Aiza. Aku tahu kamu suka pemandangan alam, jadi aku pikir kamu akan menyukai tempat ini," jawab Alvin dengan senyum lembut.
Mereka duduk di sebuah batu besar, menikmati pemandangan senja yang memukau. Angin berhembus lembut, membawa aroma pepohonan dan tanah yang segar. Aiza merasa sangat damai dan bahagia. Ia menoleh ke Alvin, yang juga terlihat menikmati momen itu.
"Aku suka tempat ini, Kak. Terasa tenang dan damai," kata Aiza.
"Ya, aku sering datang ke sini kalau butuh waktu untuk berpikir atau sekadar ingin menyegarkan pikiran. Tempat ini selalu bisa membuatku merasa lebih baik," jawab Alvin.
Mereka berbicara tentang banyak hal, dari kuliah, teman-teman, hingga impian dan harapan mereka di masa depan. Alvin bercerita tentang cita-citanya menjadi seorang insinyur yang sukses dan impiannya untuk membangun sesuatu yang bisa bermanfaat bagi banyak orang. Aiza mendengarkan dengan penuh perhatian, merasa terinspirasi oleh semangat dan tekad Alvin.
"Kalau kamu sendiri, Aiza? Apa impianmu?" tanya Alvin.
Aiza terdiam sejenak, berpikir. "Aku ingin menjadi seorang psikolog. Aku ingin membantu orang-orang yang mengalami kesulitan dan memberikan mereka harapan. Aku pernah merasakan betapa sulitnya menghadapi masalah sendiri, dan aku ingin menjadi seseorang yang bisa membantu mereka yang membutuhkan."
Alvin tersenyum. "Itu impian yang mulia, Aiza. Aku yakin kamu akan menjadi psikolog yang hebat."
Mereka melanjutkan percakapan mereka, tertawa bersama dan menikmati momen kebersamaan. Matahari perlahan tenggelam, dan langit berubah menjadi gelap. Namun, cahaya bintang mulai muncul, menerangi malam dengan keindahan yang memukau.
KAMU SEDANG MEMBACA
2.284 KM
Teen FictionAiza Jelita Kamila, yang akrab dipanggil Aiza, merasa sudah mengambil keputusan yang tepat dengan melanjutkan pendidikannya ke luar kota, menjauh dari kampung halamannya demi menjaga jarak dari Adnan, lelaki yang diam-diam ia cintai. Namun takdir be...