Senja di Taman Kota

3 1 0
                                    

"Di tengah-tengah keheningan sore ini, kata-kata kita menemukan makna yang lebih dalam. Seakan-akan waktu berhenti, memberi kesempatan sejenak untuk kita."

-Aiza Jelita Kamila-

Pagi hari yang cerah, sinar matahari menyelinap masuk melalui celah-celah jendela kamar Aiza, membangunkannya dari tidur yang lelap. Ia menghela napas panjang, merasakan energi baru yang mengisi tubuhnya.

Hari itu, Aiza dan Alvin memiliki jadwal kuliah yang padat. Mereka bertemu di kampus seperti biasa, tetapi ada sesuatu yang berbeda dalam cara mereka saling menatap. Ada kehangatan dan keakraban yang semakin dalam. Aiza tidak bisa menghilangkan bayangan momen-momen indah bersama Alvin dari benaknya.

Saat jam kuliah selesai, Alvin menghampiri Aiza yang saat itu sedang duduk di bangku taman kampus, menunggu pergantian  mata kuliah berikutnya. "Aiza, kamu ada waktu sore ini?" tanya Alvin dengan nada serius tapi penuh perhatian.

Aiza menatap Alvin dengan penasaran. "Tentu, Kak. Ada apa?"

Alvin tersenyum tipis. "Rencananya aku mau ajak kamu ke taman kota sih, bagaimana kamu bisa kan?"

Aiza mengangguk. "Baiklah, Kak. Setelah kelas nanti, kita langsung pergi ke sana."

Waktu berjalan sangat cepat. Alvin dan Aiza berjalan perlahan menuju taman kota yang indah, di mana matahari sore mulai tenggelam di ufuk barat, memancarkan warna-warni jingga dan merah muda yang memukau. Taman itu ramai dengan orang-orang yang menikmati sore, tetapi ada satu sudut yang tenang, dikelilingi oleh pohon-pohon besar dan bunga-bunga yang bermekaran.

"Tempat ini indah sekali, Kak Alvin," kata Aiza sambil tersenyum lebar.

Alvin mengangguk setuju. "Iya, Aiza. Aku tahu kamu pasti akan suka. Mari kita duduk di sana."

Mereka berjalan menuju sebuah bangku kayu yang berada di bawah naungan pohon besar. Alvin mengeluarkan tikar kecil dari tasnya dan menggelarnya di atas rumput, kemudian mereka duduk berdampingan.

"Aku suka suasana sore seperti ini. Udara sejuk dan warna langit yang indah," kata Aiza sambil menatap matahari yang perlahan tenggelam.

Alvin menatap Aiza dengan senyum lembut. "Iya, ini adalah waktu yang sempurna untuk bersantai dan menikmati momen bersama."

Mereka berbicara tentang banyak hal, tertawa bersama, dan menikmati kebersamaan. Tiba-tiba, Aiza merasa ada yang menggelitik di hijabnya. Ia meraba-raba dan menemukan bahwa ada bunga kecil yang tersangkut di sana.

"Apa ini, Kak?" tanyanya sambil tertawa kecil, memperlihatkan bunga kecil itu kepada Alvin.

Alvin tertawa. "Sepertinya bunga itu suka padamu, Aiza."

Aiza tertawa sambil melepaskan bunga itu dari hijabnya. "Lucu sekali. Tapi aku suka bunga ini."

Alvin mengangguk. "Bunga itu memang indah, seperti kamu."

Aiza merasa pipinya memerah mendengar pujian Alvin. "Terima kasih, Kak."

Setelah beberapa saat, Alvin mengeluarkan sebuah kotak kecil dari tasnya. "Aku punya sesuatu untukmu, Aiza."

"Apa itu, Kak?" tanya Aiza penasaran.

Alvin membuka kotak itu, memperlihatkan sepasang gelang yang indah. Gelang itu terbuat dari tali kulit dengan sebuah ornamen bunga kecil di tengahnya.

"Aku membuat ini sendiri. Satu untukmu dan satu untukku," kata Alvin sambil memberikan satu gelang kepada Aiza.

Aiza menerima gelang itu dengan senyum lebar. "Terima kasih, Kak. Ini sangat indah. Aku akan memakainya setiap hari."

2.284 KMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang