chapter one

240 32 0
                                    

3rd POV

ᅠ[Name] tengah menempuh perjalanan menuju ke sekolahnya. Dirinya diantar menggunakan mobil milik orang tuanya, sementara yang mengendarai mobil ialah sang ayah. [Name] lumayan fokus pada handphone-nya, hingga tak menyadari jarak menuju ke sekolahnya semakin menipis.

Dirinya menelusuri jejak chating semalam antara dirinya dan Amu. Amu bilang dirinya tidak bisa tidur, dan meminta agar [Name] menemaninya untuk menyelesaikan sebuah gambaran yang sudah setengah jadi. Katanya sih mungkin bisa bikin ngantuk. Dan dari situlah chatingan mereka semalam berubah menjadi video call.

"[Name], " panggil sang ayah. [Name] sontak mengalihkan pandangannya dari layar handphone, dan menatap wajah ayahnya melalui kaca spion.

"Iya, papa? " sahut [Name] sembari menahan rasa penasarannya.

"Kamu beneran gapapa sama jadwal hari ini? Papa lihat jadwal yang disiapin sama mama kamu itu lumayan padat, kamu udah harus mulai syuting sehabis pulang sekolah, " ujar sang ayah. Fukata-ayah [Name]-menatap sang putri yang duduk di bangku belakangnya dengan tatapan cemas.

[Name] memandang sang ayah dengan tatapan bingung, tapi, sebuah senyum langsung terpancar pada wajahnya setelah mengetahui kekhawatiran sang ayah.

"Gapapa kok pa, lagipun, setiap satu bulan sekali jadwal [Name] bakal padat kayak gini, " ucap [Name] diiringi dengan senyum kecil. Fukata menatap anaknya melalui kaca spion mobil, sebelum akhirnya pria itu menghembuskan napas akibat pernyataan [Name] sebelumnya.

-

ᅠᅠ[Name] melangkahkan kaki ke luar dari dalam mobil setelah selesai berpamitan dengan sang ayah. Tanpa banyak basa basi, [Name] langsung memasuki gedung sekolahnya setelah ayahnya berlalu pergi.

"Pagi, [Name]! "

"[Name]! Selamat pagi! "

"Pagi [Name]! Semangat buat hari ini! "

Itulah beberapa sapaan yang diterima oleh aktor muda itu saat memasuki gedung sekolah. [Name] memberikan senyum ramah kepada setiap siswa-siswi yang menyapanya dan langsung menyapa mereka balik.

"[Name]!! " Suara nyaring namun familiar itu menyapa indera pendengaran sang gadis, dirinya menelisik ke arah kanan-kirinya, berusaha mencari sosok orang yang memanggilnya.

"Pagi, [Name]! " Kiki muncul dari arah kanan sang gadis. Kiki-salah satu teman dekat [Name] itu-memberikan senyum lebar kepada [Name].

"Ohh ternyata Kiki, pagi juga Kiki, " sapa balik [Name] kepada lelaki itu. Kiki berjalan mendekati [Name], berniat menanyakan kejadian kemarin.

"Gimana syutingnya kemarin? Lancar ngga? " tanya Kiki yang memulai obrolan. [Name] mengangguk pelan, yah, kalau diingat-ingat kemarin syuting filmnya berjalan lancar, tak begitu banyak hambatan jadi dirinya bisa pulang sedikit lebih cepat.

"Lancar kok Kiki, untung aja-" Belum sempat menyelesaikan ucapannya, [Name] dikejutkan dengan sepotong sandwich yang mendarat dengan agresif di atas kepala Kiki. Kiki juga sama terkejutnya seperti [Name], namun, sepertinya emosi Kiki mulai naik ke permukaan.

C E P L O K

"Kiki- kamu gapapa .. ? " tanya [Name]. Mendengar pertanyaan itu, Kiki hanya bisa memberikan [Name] senyum kecil sembari mengatakan bahwa dirinya tidak apa-apa, namun siapapun bisa tau, kalau Kiki saat ini sudah kepalang kesal.

Kepalanya mendongak ke atas, berusaha mencari tau siapa biang kerok yang sudah menjatuhkan sandwich tadi.

"Oi, siapa tadi yang jatuhin sandwich? " Kiki berteriak dari tempatnya, [Name] ikut menelisik ke lantai atas dan mendapati dua sosok temannya yang tengah beradu tatap dengan Kiki.

"Bukan gua! " seru Upi dari lantai atas.

"Amu. " Sho tanpa banyak basa basi langsung membocorkan siapa pelaku atas tragedi tadi. Seringai jahil mulai terbentuk di wajah Kiki saat mendengar nama itu, Amu.

"Ooh Amu ya~" ujarnya, Kiki berpamitan dengan [Name] terlebih dahulu dengan alasan "mau ketemu doi" setelah perpisahan singkat itu, Kiki dengan cepat menaiki anak tangga yang bisa membawanya menuju lantai atas.

[Name] menghembuskan napas lelah akibat kelakuan teman-temannya di hari ini. Dirinya juga ikut menaiki tangga menuju lantai atas, tempat kelasnya berada. [Name] bisa mendengar keributan kecil yang terjadi antara Kiki dan Amu karena keduanya terus-menerus berteriak di sepanjang lorong kelas.

Sesampainya di lantai atas, [Name] sudah disuguhkan pemandangan Kiki yang tengah mengangkat Amu layaknya seperti seekor kucing. Melihat pemandangan itu, [Name] hanya bisa tertawa gugup.

"Pagi, Amu, " sapa [Name] sembari berjalan melewati keduanya-Amu dan Kiki. Melihat sosok [Name], Amu langsung meronta-ronta dari jeratan Kiki.

"[Name], tolongin aku! [Name]! [Name]!!!!! "

Dari kejauhan, dirinya bisa melihat Upi dan Sho yang melakukan tos gempalan tangan, Upi terkikik geli, sementara Sho hanya menyeringai tipis karena keberhasilan rencana mereka.

"Ini rencana kalian berdua, ya? " tanya [Name] sembari mendekati keduanya, sementara Amu masih meronta-ronta di belakangnya.

"Pagi [Name]! Hehe, tau aja sih, " ujar Upi dengan senyuman bangga. Sementara itu Sho hanya terkikik singkat sebelum menyapa sang gadis.

"Yo, pagi [Name]. "

"Pagi juga buat kalian, " sapa balik [Name] dengan senyum ramah. Upi memberikan [Name] pelukan singkat sebelum membuka obrolan.

"Gimana kemarin? Lancar ngga? "

Sama seperti sebelumnya, [Name] mengatakan kalau syutingnya berjalan dengan lancar, dan dirinya masih sempat mengerjakan pr yang diberikan oleh guru mereka. Mendengar [Name] yang membahas masalah pr, Upi langsung menoleh ke arah Sho yang masih sedia berdiri di tempatnya.

"Sho, pinjam prmu dong, " ujar Upi sebelum akhirnya Sho menghilang layaknya makhluk tak kasat mata dari hadapan mereka.

-

𝐌𝐘 𝐃𝐑𝐄𝐀𝐌 [ WEE!! × Reader × Oc ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang