Kondangan Isyana berkesan untuk William dikarenakan satu alasan yang pasti: ia berhasil melaksanakan penuh (boy)friend duty.
Seharian itu, ia berperan sebagai supir; sebagai teman gandengan yang ganteng dan gak malu-maluin; dan sebagai tukang foto keliling yang penuh passion.
Untuk tugas yang terakhir, saking bersemangatnya ia bahkan lupa untuk berfoto berdua dengan Haya.
Foto keduanya mungkin melimpah di kamera fotografer, terutama saat ia disuruh maju ke depan jadi MC dadakan, tetapi William sendiri tidak tahu cara mintanya bagaimana.
Satu-satunya cara adalah melalui Isyana. Tetapi mengingat bagaimana seharian perempuan itu menatapnya dingin—kecuali saat berpose untuk foto—ia dan segenap tekadnya untuk SKSD sudah loyo duluan.
"Cakep banget," puji Haya menelusuri foto-foto di ponsel William. Ia tidur menyamping dengan seluruh badan bagian kanannya menyender ke kursi mobil menghadap pengemudi, bermaksud mengajak William bicara. Takut-takut yang bersangkutan ngantuk di jalan, mengingat waktu sudah menunjukkan pukul setengah 8 malam.
"Bingung mau upload yg mana."
Mengulurkan tangan untuk memasangkan Haya sabuk pengaman, William memberi saran, "Tadi aku ada ambil yang kamu sama Isyana di ruang tunggu. Yang itu aja."
Perkataan William menyadarkan Haya pada kenyataan bahwa tidak ada satu pun foto pria itu di ponselnya sendiri. Hanya dirinya dan dirinya lah subjek dalam 54 foto yang William ambil hari ini.
Untungnya, sebagai "pasangan" yang saling melengkapi, isi galeri Haya dipenuhi foto dan video William. Perempuan itu masih ingat betul seberapa cepatnya ia menekan tombol shutter di kameranya, lari-lari menangkap momen pria itu dari berbagai sudut ketika ia tiba-tiba ditarik naik ke atas panggung oleh MC, sepertinya dipilih iseng karena terlihat menonjol.
"Apa pesan tulus yang mau disampaikan Mas..."
"William," sambungnya dengan kedua tangan yang tampak bergetar memegang mikrofon.
"....Mas William kepada kedua pengantin baru kita?"
Pertanyaan MC yang kompleks membuat William mematung di tempat.
Aduh, kenal juga enggak. Begitu tampangnya seolah bicara.
Untuk beberapa detik, ia hanya cengenges sembari matanya melirik Haya minta bantuan—yang tentu saja diabaikan oleh perempuan itu. Merupakan suatu hiburan tersendiri melihat pria yang biasanya ia kagumi karena pembawaannya, yang selalu nyambung dengan khalayak ramai, tiba-tiba mati kutu dan terlihat gugup. Entah mengapa dengan begitu pria dewasa tersebut jadi terlihat lebih menggemaskan dan manusiawi.
Menghela nafas, William akhirnya menjawab, "Tanya Tulus aja, Mbak. Saya William."
Lawakan garing itu ternyata disambut gemuruh oleh para tamu yang hadir. Sebagian besar diisi tawa perempuan. Tentu saja semata-mata karena tampang William. Karena apa lagi yang lebih lucu dari selera humor anjlok cowok ganteng? Mereka diam sambil berdehem 3 jam saja lucu kok.
"Wah, masnya penggemar Tulus juga ternyata. Suka lagu apa nih, Mas William?"
Berhubung yang suka Tulus itu Haya, William dengan mikrofonnya yang menggelegar bertanya dari atas panggung, "Ay, kamu suka lagu apa tuh? Aku lupa."
Mendengar panggilan Ay (umumnya singkatan dari ayang) dan aku-kamu keluar dari mulut William, suara khalayak yang merekamnya bersahut-sahutan di belakang Haya. Mereka bertanya satu hal yang sama, mengenai apakah pria ini sudah punya pasangan atau belum. Haya pun dapati raut wajah MC berubah mendengar hal itu. Ia tebak ada motif juga mengapa William tiba-tiba ditarik ke atas tanpa sebab.
KAMU SEDANG MEMBACA
Teman Kondangan
FanfictionPenggalan kisah cinta antara William dan Haya, si penikmat buffet kondangan dan fake extrovert yang gak bisa apa-apa tanpa teman kondangannya. *Contain Harsh Word *Rating might change to 18 - 21 ke atas (This story based on AU from X. For full story...