Saat pertama kali ia melamar ke Boenno—atas bujukan William tentu saja—Haya tidak pernah mengira ia akan terjebak dalam konflik ayah dan anak tersebut.
Wiratama Boen Basuki dan William Boen Basuki, sebuah bukti nyata dari istilah buah jatuh tidak jauh dari pohonnya.
Keduanya punya lesung pipit di sisi kanan; tersenyum, cemberut, dan marah dengan mimik yang sama; sifat dan kode humornya pun 11-12.
Dengan kata lain, Wira adalah William di usia 60-an ke atas.
Haya yang pertama kali menyadari kesamaan tersebut. Suatu ketika ia mengatakannya pada yang bersangkutan, saat keduanya sedang jalan-jalan ke IKEA dalam rangka mengisi unit mess Haya, dan sang junior defensif bukan main.
Dengan sangat tidak terima, ia katakan, "Papa sipit banget. Aku belo. We are not the same."
Faktanya, mereka mirip betul, nyaris decalcomanie.
Jadi Haya pikir itu sebatas penolakan seorang anak yang ogah dibanding-bandingkan dengan ayahnya. Nyatanya, ketidaksukaan William pada ayahnya mengakar lebih dalam daripada itu. Kalau gadis itu boleh tebak, pemicunya adalah peristiwa dipaksanya ia S2 di Jepang, meski sudah jelas-jelas menolak.
Dan baru-baru ini, kebencian William terhadap ayahnya mengobar kembali setelah ia merebut sekretaris mungilnya itu. Haya—satu-satunya motivasi William untuk betah berlama-lama di kantor—dipaksa pindah jabatan menjadi Personal Secretary Executive Chairman. Sebabnya, sekretaris kesayangan Om Wira, Mr. Oey, terlibat kecelakaan tunggal dan butuh pemulihan hingga 6 bulan.
Perpindahannya buru-buru dan tanpa diskusi. Haya masih ingat, sebelum dipanggil oleh HRD, ia masih makan siang dengan William, mengobrol tentang rencana mereka weekend depan, antara nonton konser atau nonton bioskop.
Selesai makan siang, ia dipanggil ke ruang HRD. Tanpa basa-basi, ia "ditawari" posisi baru. Sebenarnya itu bukan penawaran. Haya tahu betul ia harus berkata iya melihat Mbak Vina, Head HRD, sudah membawa kontrak dengan tanda tangan Om Wira tertera di dalamnya. Sorenya, ia sudah pindah, dari lantai 10 ke lantai 20.
William bahkan tidak diberitahu tentang kepindahan itu. Jadi bayangkan betapa kagetnya ia ketika baru kembali dari meeting setengah hari, bergegas ke meja Haya, dan mendapati sumber dopaminnya sudah tidak ada di tempat.
Om Wira bukan pribadi yang gila kuasa, tetapi saat ia menginginkan sesuatu tidak ada yang boleh melarang, tentu saja termasuk anaknya sendiri. Sebagai karyawan baru, Haya hanya bisa manut, lebih-lebih ketika posisi barunya memberikan benefit yang lebih banyak. Bukannya gila nikmat, tetapi siapa yang bisa menolak gaji hampir dua kali lipat?
Simpel, ia tidak bisa dan tidak mau.
Jadi satu-satunya pihak yang dirugikan pada tragedi ini hanya William. Dari gosip yang beredar, keduanya bahkan sampai adu mulut pagi-pagi di ruang Om Wira. Apapun itu, tampaknya argumen William tidak cukup kuat sehingga Haya masih berangkat dan pulang dari lantai 20.
Meskipun secara jabatan lebih tinggi, tugas Haya sebagai Personal Secretary relatif lebih mudah daripada saat ia menjadi Asistant Director. Ia hanya perlu mengatur jadwal sehari-hari Om Wira, seperti jadwal olahraga, medical check-up, berobat, rekreasi, janji temu dan hal-hal lainnya seputar kehidupan atasannya tersebut.
Yang tidak mudah adalah ketika variabel tersebut melibatkan William di dalamnya. Job desk Haya jadi bertambah 1, yaitu berusaha mengakurkan senior dan junior Boen agar tidak bertengkar dan menimbulkan gosip yang tidak sedap di luar sana.
William, sayangnya, sangat tidak kooperatif.
"Pa, balikin Haya ke aku."
Ketiganya sedang makan rawon (lagi) di Hotel Bumi Wiyata saat ia menabuhkan genderang perang untuk kelima kalinya di minggu itu. Sebut saja hampir setiap makan siang selama kurang lebih dua bulan ia mengeluhkan hal yang sama. Tidak gentar pada setiap permintaannya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Teman Kondangan
FanfictionPenggalan kisah cinta antara William dan Haya, si penikmat buffet kondangan dan fake extrovert yang gak bisa apa-apa tanpa teman kondangannya. *Contain Harsh Word *Rating might change to 18 - 21 ke atas (This story based on AU from X. For full story...