Setelah hampir 2 tahun lamanya, 4 Serangkai Rasinta kembali berkumpul, duduk bersama di salah satu kafe viral di sekitar Bandara Soekarno Hatta, December Coffee.
Melestarikan kebiasaan dahulu kala, mereka sering pergi bersama di akhir pekan, mengecek restoran dan tempat viral untuk kemudian membagikan perihal kehidupan satu sama lain.
Tidak ada patokan dan standar tempat yang dikunjungi, sebab suatu ketika mereka berempat bahkan pernah makan dekat kolong jembatan.
Selama viral, di situlah 4 serangkai ini berada.
Ansel suatu hari pernah bercanda—yang disetujui oleh William dengan serius—bahwa keempatnya perlu mencoba membuat vlog kuliner, barangkali terkenal dan dapat menyaingi Halilintar Family.
Tapi itu cerita lama. Yang tidak jadi direalisasikan karena donatur terbesar pergi ke luar negeri.
Ngomong-ngomong cerita lama, seperti biasa, mereka duduk berpasang-pasangan: Haya duduk di samping William, sementara Siska duduk di samping Ansel. Wanita menghadap wanita, pria menghadap pria, dan satu koper besar warna biru dongker ditaruh asal di ujung.
Karena hari ini cukup dingin dan mendung, mereka memutuskan untuk duduk di dalam. Tentu saja ambil posisi dekat kaca.
Haya melirik ke arah William yang fokus mengetik sesuatu di ponselnya, alih-alih tampak seperti hanya menoleh pada pemandangan di luar kaca.
Gadis itu bertanya-tanya: Dari dua tahun yang terlewat, apa yang mengubah William jadi tampak sematang dan setampan ini?
Apakah karena parfumnya yang berubah dari aroma citrus ke aroma woody?
Oh, mungkin karena perubahan postur badannya yang sekarang gagah dan lumayan mencolok!
Atau karena urat-urat di tangannya yang muncul dengan jelas ketika ia hanya duduk diam?
Atau sebenarnya ini hanya perkara mereka sudah lama tidak bertemu, dan ingatan Haya tentang William adalah ingatannya pada 2 tahun lalu.
Kalau dipikir-pikir, dua tahun lalu juga Haya belum sematang ini. Rambutnya masih suka dicepol asal, jarang pakai make-up, dan barang-barangnya masih belum ada yang branded.
"Sarah gak papa gak ikut, Koh?" tanya Siska, memecahkan lamunan Haya pada sosok William yang baru dan asing.
Oh ya, kalau dipikir-pikir yang dia sedang kirimi pesan sambil senyam-senyum itu mungkin Sarah, pikir Haya.
Tanpa sadar Haya menelan ludah, tenggorokannya mendadak kering. Kemudian buru-buru ia mengambil Strawberry Honey Yakult-nya, menyisipnya pelan-pelan tanpa henti.
William tidak langsung menjawab. Berjibaku barang 10 detik untuk mengetik, ia akhirnya menaruh ponsel ke dalam jaket bombernya, "Gak papa. Udah dijemput dia."
"Ohh, siapa yang jemput?"
Ansel menyambar, "Temennya."
"Cowok? Cewek?"
Pertanyaan Siska tersebut menurut Haya tendensius. Dan menjadi lebih tendensius ketika Ansel menjawabnya dengan berbisik, "Cowok! Kan aku udah cerita. Nanti aja dibahas."
Melihat anggukan kepala Siska yang mantap dan kode dari senyuman datar William dan Ansel, alis Haya mengerut curiga.
Ada yang tidak beres.
"Eh...eh...ada apa sih?" Haya nimbrung, bersama minumannya badannya maju ke depan. "Kok gue doang yg gak tahu?"
Merespons itu, Ansel melemparkan dagunya, "Gih, lu tanya sama yang bersangkutan."
KAMU SEDANG MEMBACA
Teman Kondangan
Hayran KurguPenggalan kisah cinta antara William dan Haya, si penikmat buffet kondangan dan fake extrovert yang gak bisa apa-apa tanpa teman kondangannya. *Contain Harsh Word *Rating might change to 18 - 21 ke atas (This story based on AU from X. For full story...