Haya sadar, ia harusnya jadi orang paling bahagia hari ini.
Meski hanya lewat telepon, keluarganya tidak lupa mengucapkan selamat ulang tahun. Teman terdekatnya, Isyana, adalah ibu baru yang amat sangat sibuk. Alih-alih menghargai waktu tidurnya yang berharga, malah memaksakan diri bangun tengah malam hanya untuk menjadi orang pertama yang memberikannya ucapan selamat—tidak mau kalah semenjak William yang tercatat memegang rekor tersebut tahun lalu. Ansel yang pemalas juga repot-repot mengedit foto dan memberi pesan jenaka, membujuk kekasihnya yang aesthetic untuk ikut serta meramaikan ulang tahun Haya.
Belum lagi bicara tentang effort orang-orang di lantai 20. Sedari pagi mereka sudah sibuk membuat prank kecil—yang sejujurnya amat terbaca oleh Haya karena ia lumayan peka pada akting yang buruk—sebelum akhirnya menutup hari dengan perayaan; bersama dengan kue ulang tahun, bunga, dan mahkota mainan.
Begitu banyak orang yang memberinya ucapan selamat. Mulai dari yang terdekat, agak dekat, bahkan hingga beberapa teman yang ia kenal seadanya saja.
Haya sadar, tidak seharusnya ia sesedih ini.
Sebelum berangkat ke kantor, ia sempat cek ramalan cuaca, sebuah kebiasaan yang timbul setelah William pergi ke London. Prediksi mengatakan jam 5 sore akan hujan badai. Kendati pun begitu, ia malas bawa payung.
Haya tidak pernah benci hujan. Ia hanya benci dingin yang menggigil menusuk ke tulang saat bajunya basah kuyup. Maka tidak membawa payung adalah pilihan ganjil yang diambilnya karena suatu pertimbangan. Biarlah ia basah kuyup, agar ia bisa membenci hari ini dengan terang-terangan, pikirnya.
Sayangnya (atau malah untung) hari ini tidak turun hujan. Langit berawan dengan curah angin yang tinggi, tidak panas dan tidak juga dingin. Sesuatu yang manusia normal kategorikan sebagai cuaca yang pas.
Haya sadar, begitu banyak hal yang ia patut syukuri.
Saat ia pulang kantor, melewati rute selama 15 menit jalan kaki, ia lihat kedai makanan korea favoritnya merayakan grand opening untuk cabang baru, jaraknya terpaut 5 menit dari gedung kantor. Biasanya kalau Haya kangen tteokbokki-nya, mereka perlu berkendara ke Tangerang, sehingga ketika pulang sudah lapar lagi karena terlalu jauh. Selama berbulan-bulan ia dan William menunggu, akhirnya mereka buka di hari ini, seakan-akan ikut merayakan ulang tahun Haya dengan diskon 70%.
Sebagai pribadi yang mudah bersyukur perkara hal-hal kecil, Haya tidak mengerti mengapa rasanya amat sulit untuk bahagia di hari ini.
Kalau mau ditarik ke belakang, sebenarnya gejalanya muncul bertahap sejak Kamis pagi, saat William berhenti berkabar. Merupakan perilaku yang janggal ketika sosok yang "agresif", minta dikabari 3 kali sehari itu, tiba-tiba hilang dari ruang chat selama lebih dari 24 jam. Maka alasan satu-satunya pasti karena pria itu terlalu sibuk dengan pekerjaan, barangkali akan kembali padanya begitu selesai.
Not a big deal. Ini hanya perkara pesan yang terlambat.
Haya tidak mengerti mengapa lagaknya seperti orang paling menyedihkan di dunia.
Dari layar TV, bayangannya yang sendirian tampak sendu. Ia duduk menelungkup di balik lengannya yang bersilang, menyembunyikan kepalanya dalam-dalam setelah memakan mie samyang yang ia buat sendiri. Siapapun yang mengenalnya akan tahu jika peristiwa itu adalah anomali. Sebab selain jarang sedih, terutama pada masalah sepele, gadis itu sangat suka mie pedas. Pada awalnya, air matanya menolak untuk jatuh. Kemudian mungkin karena ditahan-tahan, justru keluar seperti keran yang gagangnya patah.
Ia jarang menangis, bisa dihitung dengan jari dalam setahun. Maka sekalinya ia menangis, artinya ia benar-benar terluka.
Ketimbang sebuah ledakan kesedihan, perasaannya condong pada kekecewaan dan rasa malu. Rasa-rasanya ia juga sibuk luar biasa saat ulang tahun pria itu. Sepanjang minggu ia habiskan untuk menyusun dinas panjang Om Wira dan tim yang diumumkan tiba-tiba. Karena persiapannya terbatas, semingguan ia terseret ke sana ke mari mengurus perizinan, logistik, dan printilan lainnya yang masih berkaitan dengan pribadi atasannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Teman Kondangan
Fiksi PenggemarPenggalan kisah cinta antara William dan Haya, si penikmat buffet kondangan dan fake extrovert yang gak bisa apa-apa tanpa teman kondangannya. *Contain Harsh Word *Rating might change to 18 - 21 ke atas (This story based on AU from X. For full story...