"Edelweis, itukah kau?" Netra emerald yang indah itu beradu tatap denganku.
Tersirat sedikit rasa senang ketika melihatnya berada di depanku kini."Ya, ini saya, nona." balas Edelweis sembari tersenyum simpul. Ia selalu kemari untuk menemaniku, kapanpun dan di manapun. Aku merasa beruntung memiliki seseorang sepertinya.
"Jangan terlalu larut dalam perasaan anda." ucap Edelweis. Kini kami duduk di atap mansion ku sembari menikmati hembusan angin malam.
Aku menunduk, sedikit tersenyum kecut.
"Aku tidak bisa... Aku butuh seseorang."
ucapku lirih, namun tetap dapat didengar olehnya. Edelweis bergeser dari posisi duduknya, mendekat ke arahku.Menatapku dan meraih tanganku. Lalu ia mengelus dan menciumnya dengan lembut. "Saya selalu ada di sini bersama anda. Meskipun hanya khayalan semata, setidaknya anda merasa lebih baik." ucapan Edelweis terasa seperti sebuah kata-kata penyemangat.
Edelweis melepaskan tanganku, ia kembali tersenyum. Senyuman yang sangat lembut. "Terima kasih," balasku.
Edelweis menggeleng pelan. "Ini memang sudah jadi tugas saya." ucapnya.Aku menghela nafas, mendongak menatap cahaya bulan. "Aku berandai-andai, kapankah aku akan mendapatkan seseorang seperti mu di masa depan? Apakah aku bisa?"
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐃𝐑𝐄𝐀𝐌𝐒
RandomKisah seorang gadis yang kesepian. Ia berkhayal, bahwa cerita ini adalah dunia fiksi miliknya. Berisi tentang keluh kesah dan kisah khayalan nya. Bersama sang lelaki impian nya (khayalan juga). * Bisa dibilang oneshoot, karena tiap bab nya berbeda...