Sekali saja

6 0 0
                                    

Sesuai kesepakatan, karena Edelweis juga tidak sedang sibuk... Kami memutuskan untuk kencan.
Haha, tiap malam memang sudah kencan, sih. Namun, kencan kali ini berbeda. Kami pergi ke kota untuk berjalan-jalan. Berdua saja.

Pertama kalinya, kan?

Pagi itu pukul sembilan, cuacanya sangat sempurna. Tidak panas dan tidak mendung. Sesampainya di kota, kami pun turun dari kereta kuda. Edelweis mendahului, ia mengulurkan tangannya padaku saat aku hendak turun.
Dengan senang hati ku terima.
Seterusnya, kami bergandengan tangan sembari menyusuri salah satu jalanan
pusat kota itu.

"Ah, kalau tidak salah, ada pameran lukisan di sebelah sana. Walaupun cuma pameran sederhana, sih..." ucapku seolah mengajak. Edelweis mengangguk,
"Tidak apa, sepertinya menyenangkan. Ayo kesana." Kami pun berjalan ke tempat yang barusan ku tunjuk. Kami mengenakan pakaian yang sederhana, tidak terlalu mencolok agar
tidak dikira bangsawan.

Ini atas permintaanku juga, sih. Aku tidak terlalu suka keluar dengan mengenakan gaun yang mengkilap dan perhiasan lainnya kecuali saat acara tertentu. Jika tak perlu, tak akan ku pakai. "Lukisan nya sangat indah," ujarku. Kami sudah sampai dan masuk ke tempat yang kuinginkan.
Ternyata lukisan yang dipamerkan di sini sangat bagus. Walaupun sepertinya kebanyakan dari pelukis yang tidak terkenal... "Saya tahu anda sangat suka melukis, bagaimana kalau setelah ini kita pergi ke toko alat lukis?" Sontak perhatian ku teralihkan pada Edelweis saat mendengar ajakan nya barusan

"Ide bagus! Kebetulan cat ku juga sudah habis, bagaimana kalau sekarang saja?"

Edelweis mengangguk setuju. tanpa basa-basi, setelah puas melihat-lihat lukisan yang ada di pameran, kami segera menuju ke toko alat lukis yang tak jauh dari situ pula.
Di sana, aku membeli beberapa alat lukis seperti; kanvas, cat, kuas dan lain-lain yang biasa ku pakai untuk melukis.

*

Aku menghela nafas, sedikit lelah karena membawa barang yang ku beli. Meskipun 80% nya dibawakan oleh Edelweis, sih. Hehe.

Kini kami berada di salah satu kafe yang menjual dessert. Setelah memesan, kami menyantapnya sembari berbincang-bincang santai. Ini memang bukan pertama kalinya, tapi rasanya sudah begitu lama kami tidak begini.
Edelweis yang memang sibuk (karena ia akan segera mengambil alih gelar count).
Sedangkan, aku hanya leha-leha 24/7.

Dari menara jam kota yang tampak, bisa dilihat sekarang sudah pukul 12 siang. Matahari sudah berada di puncaknya, tepat di atas kepala. Juga semakin terik. Ajakan untuk pulang pun terdengar dari mulut pria terkasih (khayalan) ku.
Aku pun mengiyakan.
Kami kembali membawa barang yang ku beli dan segera menuju kereta kuda.

Kenapa tidak membawa pengawal untuk membawa barang? Tidak perlu, aku tidak suka yang seperti itu kalau tidak penting. Lagipula, barang yang kubawa tidak terlalu banyak, kok.

Sesampainya di kereta kuda, kami meletakkan barang-barang yang ku beli di bagasi. Segera kami naik, dan memerintahkan sang kusir untuk memacu kudanya.
Kencan di pagi sampai siang hari, selesai.

𝐃𝐑𝐄𝐀𝐌𝐒 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang