Tutur kata

0 0 0
                                    

Aku cemas. Selalu saja begitu. Bahkan tanpa berkata pun, raut wajahku sudah menunjukkan nya sehingga Edelweis pun dapat menyadari hal tersebut.
"Apa yang anda cemaskan, nona?"

Aku terdiam. Hanya menunduk dan tenggelam dalam pikiranku. Bisa dibilang Edelweis adalah bagian dari jiwaku. Jadi, terkadang ia dapat mengetahui apa yang kurasakan. Seperti saat ini.
"Percayalah. Anda harus yakin, besok akan menjadi hari yang lebih baik dari sebelumnya." ucapnya guna meyakinkanku.

"Bagaimana kalau tidak? Aku takut... Hari selasa akan ada kerja kelompok, aku takut akan terasingkan dan tak dianggap. Apalagi anggota kelasku kebanyakan orang yang tidak ku sukai. Bagaimana kalau-"

Edelweis mendekap diriku. Menenggelamkan tubuhku dalam pelukannya yang terasa begitu hangat. Membuatku terdiam sejenak dan memejamkan mataku. Menikmati suasana saat ini. "Anda selalu begini," ujarnya.

"Maaf..."

"Anda tak perlu takut, itu hanya sekadar tugas. Terkadang memang harus begitu, tapi cobalah untuk mengontrol diri anda. Cobalah menjadi lebih tenang. Saya akan selalu ada di sini untuk anda." jelasnya.
Aku balik memeluknya erat.
"Terima kasih." balas ku.

𝐃𝐑𝐄𝐀𝐌𝐒 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang