Landasan

2 0 0
                                    

Jam yang menggantung menunjukkan pukul 1 dini hari. Waktu di mana seharusnya manusia sudah terlelap. Namun tidak dengan dua sejoli ini. Mereka malah menghabiskan waktunya untuk berada di perpustakaan mansion.

"Buku apa yang ingin kau baca?"
tanya Edelweis pada ku. "Ayolah, aku hampir sudah membaca semua buku ini. Ini kan koleksi buku keluargaku." jawab ku. Edelweis tak membalas dan beralih untuk melihat-lihat buku yang akan ia baca. Aku pun demikian. Ayah bilang, ia membeli beberapa koleksi buku baru rak bagian selatan. Aku pun segera menuju ke sana untuk melihat.

Ada beberapa nobel terbitan baru dari beberapa penulis terkenal, termasuk novel favoritku.

"Ah, Ini dia...!" celetuk ku. Tiba-tiba saja Edelweis sudah ada di belakang ku dan bertanya, "Apa itu?"
Aku sedikit terkejut, untungnya tak sampai berteriak. "... Ini novel favoritku, ceritanya tentang sekelompok sahabat yang berkelana di dunia sihir, karya Renoun Ren!" jelas ku.

"Oh..." balas Edelweis.
Aku berjalan ke balkon, duduk di kursi yang tersedia di sana dan mulai membaca. Edelweis pun demikian.
"Buku apa yang kau baca?" tanya ku.
"Buku yang sama denganmu, tapi ini seri ke 1," Ia melirik ku sejenak, lalu membalikkan halaman buku.
Aku hanya terkekeh mendengar jawabannya.

Apa ini yang di namakan Library date?
Atau apa ya namanya? Ah... Entahlah.

Bergadang memang tidak baik. Bahkan Edelweis sering mengingatkanku untuk tidur tepat waktu dan tidak menghabiskan waktu bersamanya sepanjang malam tanpa tidur. Ia bilang demi kesehatanku. Namun, aku terus membantah dan hal itu membuat Edelweis... Bisa dibilang lelah untuk mengingatkanku lagi? Atau... Karena dia suka ku temani, jadi dia jarang menyuruhku tidur lebih awal?
Terkadang ia tetap menyuruhku tidur awal bila akan ada acara penting di keesokan harinya.

"Edelweis," Pria yang ku panggil hanya berdehem sebagai jawaban. "Akhir-akhir ini kau semakin sibuk, kan? Apa tidak apa-apa menemani ku si sini? Kita bisa pindah ke ruang kerjamu jika ada kerjaan yang belum kau selesaikan, atau kita bisa tidur sekarang agar kau bisa melanjutkan pekerjaanmu besok."

"Zemi? Bersama mu juga adalah salah satu caraku untuk mengistirahatkan diri. Jangan khawatir soal pekerjaan, aku akan mengurusnya dengan baik. Oke?"
Ia menutup bukunya dan menatapku ...
"Kau yakin?" Edelweis hanya mengangguk sebagai jawaban.
"Lebih baik kuta tidur sekarang, besok kau harus pergi ke istana, kan?" Edelweis berdiri lalu meraih tanganku dengan lembut. Kami berjalan berdampingan menuju kamar.

Sesampainya di kamar, aku berbaring
di ranjang dan mulai mengantuk. Edelweis? Ya... Meskipun kami bertunangan, terkadang kami lebih sering tidur terpisah. Tidak ada alasan khusus. Kami tidur berdua ketika ingin saja. Itu bukan masalah. Terkadang Edelweis selalu menemaniku hingga terlelap, terkadang juga tidak.

Mataku kian menggelap dan kesadaranku mulai menghilang. Di antara hal itu, telingaku mendengar seseorang membisikkan sesuatu,

"Selamat malam."

Itu... Suara Edelweis...


𝐃𝐑𝐄𝐀𝐌𝐒 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang