02. Kediaman pilar kabut

173 12 0
                                    


Waktu pertemuan pun berakhir, dan begitu berakhir [Name] di suruh untuk tinggal bersama salah satu anggota hashira. Jelas ia panas dingin karena dirinya tau jika mereka tak mengharapkan untuk tinggal bersamanya

"Muichiro, kau tidak keberatan?", mendengar nama itu ia ikut melihat arah mata ubuyashiki yang mengarah ke seorang pilar kabut yang tak begitu mencolok dari awal perdebatan

Muichiro melirik [Name] dengan tatapan datar, dan itu membuatnya merasa bersalah. "Tidak oyakata- sama"

Senyuman terukir di bibirnya [Name]. Ia menyangka jika muichiro akan menolaknya mentah mentah. Dan untungnya ia tak bersama uzui, obanai, terlebih lagi sanemi

"Baiklah kalau begitu, kalian boleh bubar"

[Name] dengan canggung mengekor di belakang lelaki yang ternyata lebih muda darinya. Namun ia kagum karena sifatnya yang sangat jauh dari umurnya

"Ka-kau suka furofuki?", tanya [Name] yang memecahkan kesunyian

"Ya, kenapa kau menanyakannya?", ia menatap punggung muichiro yang jauh lebih lebar dari anak seusianya. "Aku akan membuatkan nya untukmu"

Langkahnya terhenti sehingga [Name] tak sengaja menabraknya. Ia berbalik dan menatapnya dari atas sampai bawah, sepertinya ia merasa curiga pada [Name] yang langsung bersikap baik setelah ia terima untuk tinggal bersama, untuk sementara waktu

"Jangan khawatir, aku hanya menganggap mu sebagai adikku", muichiro memutar bola matanya kembali ke jalanan

"Jaga ucapanmu, aku hashira kabut", ucap nya dan kembali berjalan meninggalkan [Name] yang cukup tertampar dengan ucapannya

"Nee, tokito, apa perbedaan hashira dan yang lainnya? Apa itu tempat puncak korps pembasmi iblis?", tanya [Name]. Ia sebisa mungkin berusaha mencairkan sifat es nya

"Ya. Maka dari itu jaga sikapmu"

Pada akhirnya [Name] menyerah mengajaknya berbicara. Ia hanya diam sambil mengikuti pilar kabut itu sampai rumah

Matanya menatap pekarangan tempat tinggalnya yang begitu luas, dan juga ia dengar rumah muichiro tak jauh dengan satu hashira lainnya

"Masuklah, jangan lupa basuh kakimu dan ganti bajumu", Muichiro berniat pergi ke dapur dan [Name] yang tak mempunyai baju ganti pun mengikutinya

Muichiro menoleh karena merasa di ikuti. Ia berdecak sebal karena [Name] malah mengikutinya ke dapur, "kau mendengar ucapan ku?"

"Iya aku tau, tapi aku tak membawa baju ganti", jelas [Name]. Muichiro yang mendengarnya pun baru mengingat jika [Name] datang tanpa pemberitahuan apapun

"Maaf aku lupa. Kau bisa bakai baju lamaku", jelasnya. Dengan semangat name mengikutinya masuk ke dalam kamarnya. Matanya menatap kamar yang polos itu, bahkan hanya ada futon dan lemari itu saja

Muichiro melirik ke arahnya, ia kemudian memberikan sebuah kimono biru terang dengan detail garis berwarna biru gelap. Dengan senang hati [Name] segera berlari ke kamar mandi dan memakai nya

Ia tersenyum karena ini sangat nyaman dan pas. Setelah itu [Name] kembali ke dapur, ia melihat muichiro yang kebingungan untuk memulai memasak, bahkan selama ia berganti baju muichiro hanya melihat lihat bahan bahan makanannya

"Dasar", ledek [Name]

Muichiro mundur setelah di dorong olehnya. Ia mengambil alih dapur itu secara keseluruhan. Muichiro hanya melihatnya yang dengan lihai memasak makanan

"Kau pandai memasak ya", gumam muichiro yang membuat [Name] tersenyum bangga pada dirinya sendiri

Setelah selesai mereka berdua duduk di ruang makan yang hanya ada meja yang cukup untuk dua orang. [Name] menyiapkan makanan yang ia masak, tak lupa ia membuatkan furofuki spesial untuk tuan rumah

"Makanlah yang banyak, meskipun anak seusia mu tak pernah makan sebanyak ini sih", ucap [Name]. Tanpa sadar muichiro tersenyum mendengar, sudah lama sekali tak memakan masakan yang di buat langsung di rumahnya

"Terimakasih", ucap muichiro yang membuat [Name] memberhentikan kegiatan makannya. Tak lama ia merasakan pening di kepalanya karena terlalu lama menatap mata muichiro

"Kau kenapa? Apa sakit?", Muichiro yang panik segera menenangkan [Name] yang tiba tiba tertunduk sambil memegangi kepalanya

Ia melihat kilasan kilasan dari kisah kelam lelaki ini, dan ia tau alasannya menjadi dewasa di usianya yang masih sangat muda. [Name] melihatnya dengan sangat jelas sehingga itu membuatnya merasakan sakit yang sama

"Tidak apa, ayo kita makan", [Name] tersenyum lembut kepada muichiro. Meskipun masih sedikit panik, muichiro akhirnya menyantap makanannya bersama [Name]

Setelah selesai mereka membereskan bekas makanannya bersama sama. Setelah mencuci beberapa tempat makan muichiro menyuruh name untuk tidur di kamar sebelah, dan kebetulan setiap hashira akan di berikan dua kamar agar tak kerepotan dengan hal yang mendadak seperti sekarang

"Tidurlah, aku akan duduk sebentar", [Name] menatap sendu muichiro yang berusaha bertahan demi membalaskan dendam keluarganya yang mati karena iblis

Ia melangkah lebih dekat dan memeluk tubuh muichiro, "pasti lelah ya? Aku pasti akan membantu membunuh ayahku dan semua iblis untukmu", ucapan itu membuat muichiro terdiam, bahkan yang awalnya ia tak nyaman berubah pikiran ketika mendengar ucapannya

"Terimakasih telah bertahan, kakak mu pasti bahagia melihatmu sekuat sekarang", tak lama tetesan air mata jatuh dari matanya. [Name] sadar jika kini lelaki muda itu tengah menangis di pundaknya

"Tak apa, hanya malam ini kau bisa melupakannya padaku", ucapan itu semakin membuat muichiro tak ingin melepaskan pelukannya

"Maaf, karena aku pernah berpikiran untuk memenggal kepalamu saat kau tidur ", lirih muichiro yang malu karena telah memikirkan hal bodoh seperti itu

"Tak apa, aku sudah tau"

Dan setelah itu hidup [Name] aman karena berhasil dekat dengan muichiro. Bahkan dia yang awalnya pendiam menjadi banyak bicara dan bisa melakukan hal hal tak terduga di hadapannya. Itu membuat [Name] senang karena berhasil menghidupkannya kembali dari masa lalunya yang kelam

Pagi itu [Name] dan muichiro berniat untuk kepasar yang berada di sebelah utara, dan mereka akan melewati satu rumah hashira yang menurut muichiro cukup disiplin setiap paginya. Ia bahkan sering belanja ke pasar katanya

Ini pertama kalinya muichiro pergi ke pasar dan dia sangat bersemangat. [Name] sampai tak berhenti tersenyum gemas ketika mendengarkan ocehannya

"Aku rasa aku bisa memanggil mu kakak", ujar muichiro

"Bukannya kau bilang aku harus menjaga sikap?", ledek [Name], muichiro tertawa "kau benar"

Tanpa mereka sadari pemilik rumah yang mereka lewati sedang memperhatikan gerak gerik [Name] dan muichiro yang sudah akrab dalam waktu satu Minggu

"Orang seperti dirimu bisa luluh terhadap anak iblis?", gumamnya

[Name] menggandeng tangan muichiro yang sudah ia anggap adik angkatnya. Biasanya ia melihat muichiro membawa pedang dan terlihat keren, namun kini ia melihat tokito yang membawa kantong belanjaan yang diisi bahan bahan makanan

"Kau sangat menggemaskan!", [Name] mengelus puncak kepalanya sangking gemasnya. Muichiro sontak malu karena ada beberapa pedagang tersenyum ke arah mereka

"Kalian saudara yang bahagia ya", ujar pendagang sayur yang baru saja mereka beli

"Terimakasih", ucap [Name] sambil tersenyum lembut

Power :
-melihat kilas balik hidup seseorang dengan cara menatap matanya selama satu menit lebih

Enemy To Lovers | SANEMI SHINAZUGAWA (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang