08. Sakit.

126 14 2
                                    

Perlahan tangannya membuka pintu itu, sungguh tempat yang kecil dan memang muat untuk satu sampai dua orang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Perlahan tangannya membuka pintu itu, sungguh tempat yang kecil dan memang muat untuk satu sampai dua orang

Sanemi tertunduk lemas karena ia baru menyadari jika ada wanita yang terbaring kaku dengan luka yang masih terbilang parah dan mengeluarkan banyak darah

Matanya terbelalak, ia dengan lemas duduk di genangan darah itu tanpa mempedulikan pakaian putihnya yang akan kotor karena terkena darah

"He-hei..."

Tangannya bergetar hebat, ia dengan susah payah menyingkirkan poni rambutnya yang menghalangi wajah cantiknya. Nafasnya tercekat karena matanya tertutup dengan damai

"[Name]... Ba..bangunlah..", jantung nya berdegup kencang seolah ikut takut jika [Name] tidak akan membuka matanya lagi

"Bangunlah sialan! Kumohon bangunlah agar hatiku tenang..", tangannya mengangkat tubuh [Name]. Ia memangku seluruh tubuh [Name]

Tangisnya jatuh mengenai pipinya yang sudah penuh luka yang cukup dalam. "Bangunlah sialan", gumamnya

Sanemi menundukkan kepalanya hingga mengenai kepala [Name]. Nafas pendeknya bertemu dengan nafas lemah wanita itu

Perlahan [Name] membuka matanya. Ia terkejut melihat wajah sanemi yang sudah tak berjarak lagi dengannya. Bahkan tangannya memeluk tubuhnya saat ini

Sanemi yang menyadari [Name] sadar langsung bernafas panjang. "Ah... Lagi lagi kau menemukanku lagi..", lirih [Name] kemudian batuk darah

"Ka-kau baik baik saja? Apa kau butuh sesuatu?"

[Name] tersenyum lega karena yang menemukannya adalah sanemi. Namun ia juga tak mau jika sanemi yang datang karena sesuatu hal yang membuatnya sejauh ini

"Ada yang aneh dengan ku", ucap [Name]

Sanemi tak memasang raut yang lain kecuali raut wajah takut dan cemas. "Apa? Apa yang membuatmu berbeda belakangan ini? Aku selalu memikirkannya selama ini. Tingkahmu, cara bicara, bahkan senyum mu terasa berbeda"

"Apa ini karena malam itu? Apa ini karena diriku yang memperlakukan mu kurang bagus? Atau kau kelelahan karena misi mu? Katakan padaku! Aku muak memikirkannya sendirian!", jelas sanemi

Mendengar ungkapan itu [Name] tersenyum bahagia. Ternyata masih ada orang yang mengkhawatirkan dirinya sejauh itu

"Terimakasih. Aku bahagia mendengarnya", [Name] tersenyum sangat lebar seperti dirinya yang dulu

Sanemi yang kebablasan sontak malu, Ia segera menjauhkan mukanya dari wajah [Name] yang memang sangat dekat. "Jangan mengalihkan pembicaraan kita. Katakan apa yang terjadi? Kenapa kau terlihat biasa saja dengan luka separah ini?"

[Name] mengangkat bibir nya ke atas yang membuat sanemi berteriak di dalam hatinya

"Hanya saja... Aku sudah terbiasa. Aku terbiasa dengan rasa sakit, aku terbiasa dengan kesedihan dan juga kebahagiaan. Maka aku bersikap sewajarnya, dan berpura pura merasakannya ", [Name] menatap mata sanemi dengan tatapan kosong

Enemy To Lovers | SANEMI SHINAZUGAWA (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang