04. luka ini milikku?

148 15 0
                                    


[Name] menatap luka sanemi yang terus mengeluarkan darah, ia cukup panik dan merasa bersalah karena itu di sebabkan dirinya. Seperti yang di lihat karena luka itu sanemi kurang fokus dan berhasil mendapatkan beberapa luka baru

Dengan panik name berlari menuju selatan dan untungnya tomioka berniat kembali jadi dirinya tak perlu berlari jauh

"Tolong, tolong.. shinazugawa..", lirih [Name] yang takut jikalau sanemi akan kalah

Namun setelah mereka kembali sanemi sudah membunuh iblis itu meskipun kembali dengan luka banyak dan sangat parah. Mukanya tergores, kedua lengannya robek cukup dalam, dan punggung hingga ke perutnya robek akibat sabit iblis itu

"Sial, ini salahmu. Aku jadi terluka", geram sanemi

[Name] tertunduk karena merasa bersalah. Sedangkan tomioka hanya diam karena tak tau apa yang sudah terjadi di antara keduanya

"Berbaringlah, biar aku obati", ucap [Name]

"Alah! Aku tidak percaya dengan sihirmu!", tolak sanemi. [Name] yang mendengarnya hanya membuang nafas kasar dan memaksanya untuk duduk menyilangkan kedua kakinya

Sanemi terkejut karena perlakuan [Name] yang kasar. Namun belum ia mau memarahinya sanemi kembali terdiam membeku karena tangan [Name] menyentuh perutnya

Sanemi segera mengalihkan pandanganya ke arah tomioka yang menatapnya dingin. "Sudah", ucap [Name] yang selesai menyembuhkan semua luka sanemi

Tomioka tersenyum kagum, "wah... Kau ternyata benar benar kesempatan terbaik [Name]", [Name] tersenyum malu karena mendapatkan pujian

"Aku hanya butuh waktu satu menit sebelum lukanya pindah", ia menatap keduanya yang sibuk mengurus anak anak disana

"A-aku mau mencari lagi. Siapa tau ada yang ku lewat", tomioka dan sanemi belum sempat menjawabnya dan [Name] sudah pergi begitu saja. Ia bahkan menjatuhkan dango yang ia bawa

"Oy, jagalah anak anak. Aku ada urusan sebentar", tomioka yang mendengarnya sontak menatap wajah sanemi dengan penuh keheranan

"Ada urusan apa kau dengan [Name]-chan?"

"Urusanku! Aku semakin jijik mendengar mu menyebutnya dengan akhiran chan!", sanemi segera berlari mengikuti jejak yang masih baru di sana

Ia menatap sebuah tumbukan dinding roboh, dan matanya melihat rambut wanita yang ia cari. Ia tak berniat memanggil namanya karena tak sudi. Maka dari itu sanemi mendekati nya. Saat ingin menyentuhnya ia terhenti ketika melihat banyak darah yang mengalir di sekitarnya

"Ahh... Tak ku kira dia merasakan rasa sakit ini", lirih wanita itu

Sanemi terdiam membeku. Ini sudah lebih dari sepuluh menit setelah lukanya di sembuhkan olehnya. Berarti [Name] merasakan sakit yang ia rasakan lebih dari sembilan menit, dan dirinya hanya merasakannya kurang dari dua menit

Dengan cepat sanemi muncul di hadapan wanita itu. [Name] yang melihat kedatangan sanemi jelas terkejut, dengan cepat ia meringkuk an badannya untuk menutupi lukanya agar tak bisa sanemi lihat

"Kenapa kau tak bilang?", suara itu terdengar lebih rendah dari biasanya. [Name] baru tau jika seorang sanemi bisa menggunakan nada rendah seperti sekarang

"Maaf", ucap [Name] karena merasa telah membohonginya

"Jawab aku! Kenapa kau tak bilang?", ia kembali mengulanginya dan berusaha mendapatkan jawaban yang ia mau

"Karena..", name memegangi luka di perutnya yang sudah sembuh, ia terduduk dan menatap takut lelaki itu, "aku tak mau mengecewakan kalian, karena aku tau jika aku bilang maka aku akan mendapatkan belas kasian, kau tau, aku sangatlah membenci itu", [Name] memberanikan diri untuk menangis di depan pilar angin yang terkenal kejam dan berhati dingin itu. Bahkan kini tangisnya bersuara yang membuat suasa di sana sangat canggung

"Setiap kali aku melihat masa lalu, masa depan, menyentuh, mengobati, menyentuh, dan membunuh iblis... Aku akan mendapatkan timbalnya", penjelasan itu berhasil membuat sanemi terdiam membisu

"Tapi aku tak peduli, selagi aku bisa akan ku lakukan agar orang orang aman-"

"TAPI KAU BISA MATI SIALAN", [Name] terdiam mendengarnya. Baru pertama kali ia melihat sosok sanemi yang benar benar peduli padanya

"Aku tau...", ia tertunduk dan menenggelamkan kepalanya di lutut kakinya, "aku tau.. tapi aku takut"

Sanemi terduduk lemas, ia menatap [Name] dengan penuh rasa bersalah karena membiarkannya mengambil luka yang seharusnya menjadi miliknya

"Jadi.. anak anak yang sekarat itu kau sembuhkan, dan sebagai gantinya kau berkali kali sekarat?", hembusan nafas berat dapat [Name] dengar dari lelaki itu

"Maaf.."

"Untuk apa! Diam dan berhentilah meminta maaf padaku", sanemi mengangkat kepala [Name] dengan hati hati, dan memeriksa luka di tempat yang sama sepertinya

"Apakah ini sudah sembuh?", tanya sanemi yang sangat khawatir pada kondisinya. "Eum", jawab [Name] sambil menatap malu sanemi

"Kesempatan terbaik? Ini hanya membuatmu semakin dekat dengan ajalmu", gumam sanemi kesal

[Name] berdiri dan mengikuti sanemi yang berjalan di depannya. Ia tak berani berjalan senada dengan lelaki itu karena malu telah menangis di depannya

"Tolong jangan katakan ini pada siapapun.. terlebih lagi oyakata- sama", sanemi menatapnya kesal

"Kau bodoh?!", [Name] tertunduk takut mendengar nada suaranya yang kembali naik. "Tentu saja aku tidak akan melakukannya", ia berjalan lebih cepat dan [Name] kembali mengekornya

Tomioka menatap sanemi dan [Name] yang kembali, ia menatap sanemi. "Kau berniat mengembalikan dango, tapi kenapa kau tak membawanya?", ucap tomioka sambil mengulurkan dango ke arah sanemi

"DIAM BODOH", Dengan kesal sanemi melahap dango milik [Name]

"A-ah padahal itu pemberian mui...", ia terlihat sedih karena ingin merasakan dango miliknya yang hanya ada satu satunya

Sanemi yang merasa bersalah menatap dango yang baru ia gigit dan belum ia masukan ke dalam mulutnya. Ia melangkah mendekati [Name] dan menarik lehernya sehingga ia bisa memindahkan dango yang berada di mulutnya ke mulut [Name]

Setelah itu sanemi pergi menemui anak anak dan meninggalkan tomioka dan [Name] yang terkejut dengan kejutan barusan. "Ka-kalian habis melakukan apa sebenarnya?"

"KITA CUMAN BERBICARA!", Rasanya [Name] bisa meledak bersama jantungnya yang tak bisa berhenti berdenyut kencang

Begitupun dengan sanemi, setelah melakukannya ia pergi ke kumpulan anak anak yang tengah duduk dan mengobrol. Sanemi bahkan tak bisa berhenti tersenyum ketika mengingat wajah [Name] yang manis ketika salah tingkah

"Apakah kakak pacarnya wanita baik itu? Kalian terlihat serasi", ucap anak gadis yang memiliki warna rambut yang sama dengannya dan [Name]

"Kau juga bodoh! Kau seperti anak dari pasangan suami istri itu", celetuk anak laki laki yang tengah terduduk di samping sanemi

Mendengar itu sanemi semakin malu dengan apa yang ia dengar dan lakukan. "Kalian mau ohagi? Aku bisa membuatkannya sebanyak yang kalian mau"

"Benarkah?"

"Tentu, asalkan kalian datang temui wanita itu dan katakan kalimat pujian dan ucapan yang sama padanya seperti yang kalian katakan tadi", jelas sanemi sambil tersenyum puas

"Ay ay bos!"

Enemy To Lovers | SANEMI SHINAZUGAWA (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang