BAB 1: Pertama Kali

320 41 13
                                    

_____________________________

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

_____________________________

Empat belas tahun yang lalu....

Terjadi sebuah kecelakaan beruntun yang dialami sebuah bus,angkot,dan dua mobil. Kecelakaan itu memakan begitu banyak korban jiwa. Untungnya beberapa anak-anak berhasil di selamatkan meskipun kondisi mereka parah. Dua di antaranya adalah Ej dan Heeseung.

Setelah hampir dua Minggu koma Ej dan Heeseung akhirnya bangun. Heeseung cukup beruntung karena pada saat dia bangun,dia baik-baik saja. Hanya beberapa luka di sekujur tubuh,tapi tidak kehilangan apapun.

Sedangkan Ej,sejak dia bangun dia tidak bisa menggerakkan kakinya. Dokter akhirnya memberitahu kalau banyak saraf di kedua kaki Ej yang rusak dan tidak bisa diperbaiki. Ej yang saat itu berusia delapan tahun hanya bisa menangis. Apalagi setelah mengetahui bahwa kedua orang tuanya meninggal.

Setelah keluar dari rumah sakit,Ej datang ke makam orang tuanya. Saat itu Ej berpikir jika dia akan baik-baik saja. Ada Paman dan Bibinya yang akan tinggal bersamanya. Dia tidak akan kesepian karena Paman dan Bibinya juga punya anak laki-laki yang mungkin bisa dia ajak bermain nanti.

Namun,harapan sederhana itu hanya tinggal harapan. Pan dan Bibinya memang tinggal bersamanya,tapi... sikap mereka tidak seperti yang Ej bayangkan. Boro-boro kasih sayang,memanggil nama Ej sekarang pun bukan lagi dengan nama,tapi 'Bocah Cacat'.

Ej kecil tidak merasa sakit hati. Kenapa? Karena kondisi nya memang begitu. Dia cacat! Tidak ada dasar untuk dia marah. Itulah kenyataan.

Awalnya meskipun kondisi nya begitu,Ej masih bisa keliling rumah utama dengan kursi rodanya. Sampai suatu sore,Fuma,anak dari Paman Murata,Paman Ej pulang membawa beberapa teman sekolahnya.
Ej senang. Soalnya sejak dia keluar dari rumah sakit,dia sudah tidak sekolah lagi. Paman dan Bibinya tidak mengizinkan dia untuk sekolah.

Karena diliputi rasa penasaran,Ej keluar kamar. Dia menatap senang Fuma yang tampak bermain dengan teman-temannya. Namun,salah satu teman Fuma melihatnya dan mengejek Fuma.

"Fuma,kau punya adik cacat ya?"

Beberapa teman Fuma yang lain ikut mengejek dan menertawakan Fuma. Fuma kesal.

"Dia bukan adikku! Dia cuma anak pembantu yang bekerja di rumahku!"

Karena teman-temannya tidak berhenti mengejeknya,Fuma menangis dan mengadu pada orang tuanya.

Paman Murata sangat marah. Dia  dengan marah menyeret Ej ke sebuah bangunan tua di belakang rumah utama. Itu hanya sebuah rumah lama peninggalan kakek sebelum rumah utama dibangun.

"Dasar bocah cacat! Kenapa kau tidak mati saja bersama kedua orang tuamu? Menyusahkan saja!"omel Ibu Fuma.

Paman Murata melempar tubuh Ej ke rumah tua itu lalu mengunci pintunya.

The Echo of Twilight  ( END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang