LL-10

36 22 0
                                    

Hello selamat datang di
"Laksana Langit"
-
-
-
entahlah suasana macam apa ini
tiba-tiba sedih, bahagia...

Giana Glessia ~

___

---
author : wahh masih setia yaa sama LL, 🤧 love deh, follow aisyh yaa buat yang mau mengenal aisyh hehe🙃

Lanjut gassss👋🏻
---

Ana pun melanjutkan perjalanannya ke sekolah, yang hampir saja gerbang di tutup, dengan malas Ana melewati koridor.

Brak!

Dengan malas Ana meletakkan tasnya yang begitu berat di atas tempat duduknya, Ana pun langsung menutupkan mukanya dengan buku novel yang ia ambil dari dalam tasnya.

Setelah beberapa jam kemudian yang penuh jamkos benar-benar membuat kelas X1 Ipa meronta-ronta dengan kebosanan ini.

Ana, Yora dan Zura pun keluar kelas berniat ke taman belakang sekolah yang belum mereka kunjungi.

"Kaa Arsen..." ucap Ana spontak tanpa dasar

"Kenapa kamu Naa, ngomong kaa Arsen terus " ucap Zora yang sedang mendengarkan musik.

"Gak papa kok, cuman penasaran aja dia itu siapa sihh"

"Owalahh Anaa!, kamu gak tau lagi, padahal 1 kompleks klohh" Ana pun menggelengkan kepalanya.

"Dia i-ituuu"

"Anak pak kyai Hasan, iyaa sih baru pindah 2 minggu di komplek kita" ucap Yora, Ana pun ber oh riah.

Hingga melanjutkan kegiatan santainya di taman belakang, berbicara berbagai macam hal, hingga jam pulang.

"Anaaa!, duluan ya!" ucap Yora dan Zura yang pulang terlebih dahulu, Ana pun mengangguk dan menuju ke parkiran sepeda.

Ana pun mulai mengoes sepedanya menyelusuri sepanjang perjalanan dengan pemandangan langit sore hari.

Saat sudah sampai di depan rumah, Ana pun merasa heran melihat banyak mobil di depan rumah Omaanya.

Saat meneliti sebentar, Ana pun langsung cepat-cepat masuk ke dalam ruang tamu, "akhhhh Olla!!!" ucap Ana dengan semangat.

"Astaghfirullah!!!" ucap seluruh orang yang ada di ruang tamu, Ana pun ketawa kecil malu, "Assalamualaikum..." ucap Ana lagi dengan pelan dan langsung menarik tangan Olla menuju kamarnya.

"Ana permisi ke kamar dulu yaa"

Brakk...

Dengan spontak Ana memeluk Olla dengan erat beberapa saat hingga Olla melepas pelukannya, membuat Ana terdiam saat.

"Naa...kamu gak papa kan"

Ana yang mendengarkan ucapan Olla tertunduk diam yang lalu melontarkan topik lain.

"Ihhh apa sihh yaa gak papa lah, eh btw kamu di sekolah baru kamu gimana nihh" ucap Ana, Ola pun menggelengkan kepalanya dan melupakan pertanyaannya yang belum di jawab oleh Ana.

Percakapan pun menjadi panjang hingga jam menunjukkan pukul 10.00, Ana dan Ola pun memutuskan untuk tidur. Namun, sepertinya hanya Ola yang bisa tidur nyenyak, membuat Ana yang engga bisa tidur keluar dari kamarnya menuju halaman belakang.

Melihat indahnya gelap langit yang hanya di terangi oleh 1 bulan dan 1 bintang, iya 1 bintang itu yang membuat Ana terdiam terpaku.

Langit tetap indah meskipun hanya 1 bintang yang tak seperti biasanya, Ana pun terus terdiam beberapa saat hingga tak menyadarinya bahwa air matanya turun tiba-tiba begitu saja.

Ana pun mengambil selembar kertas di sakunya yang sedikit kusut, jemari-jemari Ana mulai bernari

🖤

Aku...
Dari arah mana kamu melihat ku
Dari luka ku
Atau dari serpihan anganku

Kamu...
Pandangan mu selalu terngiang
Namun, apakah takdir bersama mu
Rasa ini sangat sulit untuk di lupakan

Jauh...
Di sini aku menatap langit
Akankah kau juga menatapnya
Menanti akan hal yang mustahil :)

🖤

Ana pun menggenggam selembar kertas di tangannya yang telah di baca, dengan air mata yang masih terus mengalir mulai mencekram dengan kuat dan melemparkan kertas tersebut.

Ana pun mulai menenangkan dirinya dan menghapus air matanya.

"Sudah..." ucap yang spontak dari arah belakang Ana, dengan cepat Ana berbalik badan dan melihat 3 orang laki-laki, iyaa mereka, Jean, Seno dan Sean.

Ana pun langsung menundukkan kepalanya dan langsung pergi menghiraukan mereka ber-3.

"Yu..."

Tangan Jean, Seno dan Sean menahan menengang tangan Ana dengan lembut, "pliss yu..." ucap Sean, dan teruskan dengan berbagai rayuan, hingga Ana tak bisa membatah dan duduk kembali.

Ana yang hanya terdiam, Ana dah terbiasa dengan situasi ini, setiap ada masalah pasti begini. Namun, masalah kali ini tak ada yang mengetahuinya yang membuat Ana hanya bisa terdiam.

Jean, Seno, dan Sean yang melihat Ana hanya diam melihat sekeliling dan matanya terarah ke suatu kertas yang kusut.

Seno pun mengambil selembar kertas tersebut dan memberikannya ke Jean, saat Jean mulai membukanya, Ana hanya terdiam.

"Gill... astaghfirullah" ucap Jean telah selesai membaca selembar kertas tersebut sambil mengembuskan napas kasarnya.

"Menangislah kalau yayu~" dengan cepat Ana menggeleng pelan.

Ana pun bersender di ke-3 pundak adiknya menemani malam yang sunyi.

Pov Andra On

Keramaian, keberisikan, kerisian, iyaa kini meliputi Andra yang sedang di tengah kerumunan keramaian mall yang hampir berjam-jam menuju dengan jenuh.

"Sayang... menurut mu cocok mana yang pas untuk ku" iyaa ucap Nara yang kini sedang mencari baju pengantinnya, emang begitu alay bagi Andra dan seluruh dunia mungkin.

Orang pengantin mana yang hanya memilih mencoba pakaian yang sudah di pilihkan sampai harus ke mall.

"Gilaaa"ucap Andra dalam hati dengan jijik, "gakk, gak bisa" lanjut Andra dengan menggelengkan kepalanya.

Lalu langsung keluar mall menghiraukan Nara dan menatap ke arah langit dengan tertegun.

Pov Andra Off

"Anaaa!!"

"Sini, jangan diam diam saja atuhh" ucap Olla dengan semangat yang kini sedang berada di tempat wisata.

"Sabar!" ucap Ana yang lalu mematikan teleponnya setelah menelpon seseorang, Ana pun langsung menyusul Olla yang di ruang tunggu.

"Dah semua yuk masuk" ucap pak Luwis, "bentar bi" ucap Ana spontak melihat sekeliling dan lalu melambaikan tangannya melihat dua orang yang berjalan ke arahnya.

"Assalamualaikum Om, Tante..." ucap Zura dan Yora yang di jawab, "Umi, Abi dan semua Ana boleh kan ajak teman baru Ana" ucap Ana sambil tersenyum kaku.

"..."

"..."

"Iyaaa boleh lahhhh" ucap mereka semua dengan serentak yang membuat Ana sangat gembira.

Dengan semangat 45 mereka memasuki tempat wisata hingga menjelajahi seluruh lantai dari lantai permainan, pakai-pakaian, hingga kini di tempat taman dengan pemandangan yang indah akan lahan hijau dan beberapa penjual.

Ana, Olla, Zora dan Yora duduk melingkar di atas lahan perumputan hijau berhadapan dengan Jean, Seno dan Sean sementara Bu Lisa berhadapan dengan pak Luwis.

"Yeyyy"

Terimakasih  telah membaca

'Lakasana Langit'
-
-
-
NEXT PART 🖤

Laksana LangitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang