hubungan sebenarnya?

28 3 15
                                    

"Lu udah Balikan belum sih?" kesal Ela.

Hafsa yang diberikan pertanyaan hanya menaikkan bahunya untuk memberikan jawaban, "Emang kenapa sih tanya-tanya."

"Ya biar tau lah," sahut Jihan ikut kesal.

Hubungan Hafsa sepertinya stuck, bukan karena Loka tetapi karena dirinya sendiri yang tidak tau harus bagaimana.

Okay, bisa dikatakan Hafsa itu cewek yang menye-menye. Mau balikan tapi juga enggak mau balikan.

Jika ada forum hujat menghujat, sepertinya Hafsa akan mendapatkan poin tertinggi karena mendapatkan hujatan yang begitu banyak.

"Lu kalau mau balikan ya balikan, kalau enggak ya enggak."

"Gue tu gumoh ya denger lu galau inilah, galau itulah. Pas diajak balikan nolak dengan alasan nggak mau ngulang lagi."

"Halah, omong kosong, lu aja kalau bisa ngulang hubungan sama dia pasti lu bakal ngulang sampe 100 kali. Nggak usah bilang 'gue tuh udah move-on, gue tuh udah enggak ada rasa' proyek novel barumu aja nge-abadiin dia lagi kan?" Jihan mengeluarkan semua keluh kesahnya setelah sekian lama meladeni Hafsa yang begitu Denial tingkat akut.

"Mampus," ucap Ela senang melihat Hafsa diceramahi oleh Jihan.

Ia yang diceramahi hanya bisa diam tak berkutik, mau ia membela dengan sekeras apapun. Kedua sahabatnya itu pasti akan memberikan fakta yang begitu banyak sampai dirinya tenggelam di lautan fakta.

"Di part awal lu pada setuju deh kalau gue enggak balikan sama dia," guman Hafsa.

"Ah elah, itu responnya juga tergantung mood gue. Lu juga pas itu kayak mencerminkan orang yang enggak mau balikan."

Hafsa mendengus kesal, ia sekarang menjadi semakin bingung dengan perasaan yang ia miliki, "Tapi gue tuh beneran bingung."

"Sekarang lu jujur ajadeh, lu masih suka Dia enggak?"

"Nggak usah malu buat ngaku di depan kita," sahut Jihan.

Hafsa terdiam mendengar pertanyaan yang dilontarkan oleh sahabatnya itu, apakah rasa khawatir, rasa ingin tahu, dan rasa tidak suka jika sang mantan kekasih mempunyai orang baru itu termasuk masih suka?

"Mungkin iya?" ucap Hafsa ragu-ragu.

Ela menatap Hafsa dengan serius. "Lu harus tegas, Sa. Kalau lu masih suka, coba kasih dia kesempatan. Tapi kalau lu udah capek sama drama ini, mending move on beneran."

"Kadang-kadang, lu harus bikin keputusan yang jelas biar nggak bingung terus," tambah Jihan. "Kalau lu terus-terusan kayak gini, yang ada malah bikin diri lu capek dan nyakitin diri sendiri."

"Lu kalau Denial lagi, gue gebuk sumpah."

"Iya-iya, gue enggak denial lagi deh. Gue usahain."

✧*‌˚🍓*‌˚✧

"Muak gue lihat drama murahan yang lu buat anjir," ucap Rei mendapati bahwa tidak ada progres sama sekali antara Loka dengan Hafsa.

"Drama apaan sih anjir, gue aja udah ngajak Hafsa buat balikan. Tapi dianya bilang enggak bisa semudah itu," kesal Loka tak terima.

Padahal dirinya benar-benar usaha untuk mendapatkannya, tetapi takdir berkata lain. Mau bagaimana lagi?

"Lu aja kurang meyakinkan, gimana Hafsa yakin buat balik lagi sama lu?" sahut Tama.

"Drama lu mau berapa season sih? Jangan sampe gue lihat di drama lu itu ada kalimat 'walaupun terlambat, selamat atas pernikahanmu Hafsa' gue yang pertama ngasih ranting 1/10."  Wildan ikut kesal.

Bagaimanapun mereka bertiga adalah orang yang melihat lika-liku hubungan antara Loka dan Hafsa, mulai dari pdkt, jadian, huru-hara, putus, gagal move-on, pdkt buat balikan, dan belum ada tanda balikan.

Loka mendengus kesal, "Ya gue harus gimana lagi? Gue udah nyoba semuanya, tapi nihil. Gue enggak merasakan adanya tanda-tanda Hafsa mau balik sama gue."

"Lu harus tau dulu, yang lu mau itu apa dari hubungan yang bakal balik itu? Pacaran doang, atau ke jenjang yang lebih serius, atau cuman buat balas dendam?" tanya Rei serius.

"Dan lu harus tau, jangan sampai lu berusaha buat balikan cuman buat balas dendam. Karena akar masalah yang buat lu sama Hafsa putus itu bukan cuman dia, tapi lu juga."

"Jangan sampai deh, lu terjebak ke drama yang nggak tau ujungnya."

"Hafsa itu tujuan lu atau target lu?" tanya Wildan tiba-tiba.

"Tujuan lah, gue enggak tau nikah sama siapa kalau bukan sama dia, kek dia itu benar-benar perfect di mata gue."

"Apalagi ibu berharap banget dia bisa jadi menantunya."

Wildan terdiam sebentar berusaha untuk mencerna apa yang diucapkan oleh Loka, yah memang minusnya orang yang suka bercanda tiba-tiba serius sedikit loading untuk memahami, "Berarti lu harus usaha lebih extra lagi, kalau emang enggak bisa balik, konsekuensinya lu harus move-on. Mau lu bilang enggak bisa atau apalah itu, lu harus move-on."

Loka menghela napas panjang. Ia tahu teman-temannya benar, tapi menerima kenyataan itu memang tidak mudah. "Gue ngerti, gue bakal coba lagi. Tapi kali ini, gue bakal pastiin Hafsa tahu seberapa seriusnya gue."

“Lu harus ingat. Kalau lu serius, jangan setengah-setengah. Jangan cuman ngarep dia balikan, tapi buktikan kalau lu siap untuk komitmen lebih dari sekadar pacaran," ucap Rei.

“Dan jangan lupa, lu harus jujur sama diri sendiri. Jangan sampai usaha lu buat balikan malah jadi bumerang buat diri lu sendiri," sahut Wildan menambahi.

Tama yang sedari tadi diam ikut angkat suara, "Kalau memang lu merasa Hafsa itu yang terbaik buat lu, lu harus siap dengan segala risikonya. Tapi ingat, yang penting lu udah coba dengan cara yang benar, jangan sampai pakai pelet-pelet nggak jelas. Kalau lu buat dapetin dia aja ngga pakai cara halal, hubungan yang lu jalanin setelahnya juga enggak berkah."

"Ok, gue bakal pegang semua nasehat yang lu bertiga kasih."

Alina 🦁
18-08-2024
TBC

ambivalen (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang