☞28☜

629 70 7
                                    

Sabtu sore itu, Suo meyakinkan Sakura untuk menonton semua film Marvel.

Mereka berdua memulai menonton film Iron Man yang pertama, Tetapi itu kesalahannya sendiri karena dari tadi melihat sakura yang tidak bisa berhenti berbicara tentang seberapa baik akting Robert Downey Jr. Dan memujinya secara berlebihan, yang Lebih buruk lagi Sakura memaksanya untuk memasang DVD putaran kedua film Iron-man

"Sayang, aku tidak tahan menonton TV terlalu lama," keluh Suo sambil berusaha membujuk sakura untuk berhenti menonton.

"Kalo kamu tidak tahan pergi sana! Aku ingin menyelesaikan filmnya."

Suo menggeram kesal sambil mendekati lemari untuk mengeluarkan film Iron Man kedua dan menaruhnya di DVD. "Aku akan memutar film ini, jika kamu berjanji untuk tidak menyebut namanya atau memujinya sepanjang malam, aku cukup panas mendengarnya."

Sakura cemberut mendengar komentar dari suo dan berkata. "Tapi itu bagus."

Suo berbalik dan menatapnya sebari menyilangkan tangannya. "Apa kamu benar-benar menyukai pria berusia 58 tahun?"

"Apa maksudmu 58? Tapi dia memang terlihat lebih muda!"

"Saat ini dia berusia 58 tahun."

"Wow." hanya itu yang diucapkan sakura. "Apa aku perlu pergi ke psikolog?." Gumamnya.

"Ya, Kamu perlu pergi ke psikolog." Ucap Suo sebari memutarkan Film Di DVD.

Sakura menundukkan kepalanya dan meremas jari-jarinya. "Aku tidak ingin menyelesaikan masalahku dengan psikolog," bisiknya saat intro Marvel dimulai. "Orang tuaku bilang itu tidak berguna, Semua penyakit kita bisa disembuhkan oleh Tuhan."

"Bukannya kamu sudah tidak percaya hal itu lagi?"

Sakura mengangkat bahunya dan menatap matanya. "Aku kesulitan menentukan mana yang benar dan mana yang tidak." itulah hal terakhir yang sakura ucapkan sebelum film dimulai, setelah itu dia tidak mengucapkan sepatah kata pun.

Suo hanya mengangguk mendengarnya dan keduanya memilih menikmati film Iron-man yang kedua kali ini daripada mengobrol hal yang tidak penting.
.
.
.
.
.
Keesokan harinya, sakura sedang tidak bersemangat pagi ini tapi Suo bersikeras memaksanya untuk pergi ke rumah Choji untuk mencari foto-foto yang penting untuk penyelidikan tentang masalah keluarganya.

"Bagaimana jika orang tuaku melihatku?" tanya sakura ketakutan dan gemetar saat mereka keluar dari taksi dan berhenti di blok 5 di depan rumah choji yang letaknya tidak jauh dari rumah sakura.

"Aku akan mengirim mereka terbang ke awan, bagaimana menurutmu?"

Hal itu membuat Sakura tertawa, ia merasa terhibur candaan dari suo.

"Aku harap aku bisa mengatakan hal yang sama." Ucapnya sambil berjalan di sampingnya, sambil mengaitkan jari-jarinya dengan jari-jari nya di tangan Suo."Aku tidak ingin melihatnya lagi, Suo...kumohon, aku benar-benar tidak ingin melihatnya lagi."

"Tapi kamu perlu bukti untuk membawa mereka ke pengadilan." jawabnya sambil berjalan sedikit lebih cepat saat melewati rumah Sakura dengan kecepatan penuh.

Sekilas Suo melihat ke rumah Sakura, saat dia melihat kerumahnya ia berhenti saat melihat tanda di sana, sementara disana Sakura memanggilnya yang terus berjalan tanpa menyadarinya.

Ketika Sakura memilih mendekat  kearahnya dia juga melihat tanda itu.

Rumah itu telah dijual dan tidak ada apa-apa atau siapa pun di dalamnya.

Sakura berlutut di depan rumah, tangannya jatuh ke tanah dengan kepala menunduk kebawah.

Mereka telah meninggalkannya.

Sakura tidak bisa menahan jeritan yang keluar dari tenggorokannya, dari bagian terdalam dan paling gelap dari hatinya yang hancur.

Mereka adalah orang tuanya dan sekarang dia menyadari bahwa mereka tidak pernah menyayangi dirinya.





Cover baru untuk fanfic ini, gimana menurut kalian bagus ngga? Aku sendiri yang buat Loh tadi subuh.🤧

🤧

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
✔❝Ghotic And Religius❞ || SuoSakuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang