☞14☜

990 102 8
                                    

▪Usahakan Vote And Comment!▪

Angin bertiup kencang kota tampak indah dari atas sana. Mereka berdua berada diteras atas sekolah.

Dan mereka benar-benar diam.

Nafas sakura terengah-engah karena apa yang terjadi, dirinya tidak percaya kalau ia akan bertengkar dengan beberapa teman sekelasnya. Sangat disayangkan.

Tapi setidaknya ia telah memastikan bahwa suo tidak terluka.

Setidaknya tidak terlalu menyakitkan.

"Itu menyakitkan?"

Suo memandangnya dari sudut matanya.

"Aku tidak seburuk penampilanku, tahu? Tapi kamu memang terlihat seperti zombie."

"Aku bukan zombie." jawab sakura dengan cemberut sambil menggembungkan pipinya.

Suo menatapnya sambil tersenyum lalu ia mencolek pipi sakura dengan jari telunjuknya.

"Tidak, kamu bukan zombie, Kamu mirip bayi."

"Aku sakura, sakura haruka!"

"Anak Tuhan yang agung."

Mendengar nya sakura menggeram padanya.

"Kita semua adalah ciptaannya."

"Ya, ya, terserahlah" kata Suo sambil membuat ekspresi diwajahnya "kamu tahu? Ketika aku berada di rumahmu itu, aku menyadari sesuatu."

"Tentang apa?"

"Kamu seperti boneka bagi mereka."

Sakura mengerutkan keningnya menandakan bahwa ia tidak mengerti sama sekali, jadi sakura memilih diam dan tidak berkata apa-apa.

"Mereka mengendalikanmu."

"Kamu salah, tentu saja tidak ada yang mengendalikanku seperti boneka, suo."

Namun pria yang lebih tua itu hanya merangkul bahunya dan menariknya ke arahnya.

"Mereka mengendalikanmu tentun saja kamu tidak menyadarinya, Tapi aku tidak akan bercerita apa-apa lagi aku rasa sudah cukup."

Suo benar sekali, Sedikit saran saja sudah cukup bagi sakura  untuk berpikir ribuan kali tentang masalah yang sama.

Sakura ingin menjauh darinya tapi suo menahannya di bahunya.

"Tetap seperti ini bersamaku,Sakura."

"Tuhan tidak akan menyukai ini, suo. Aku tidak ingin dihukum seperti minggu lalu,Apakah kamu tidak menyadari betapa buruknya aku?"

"Tuhan tidak akan melakukan apa pun padamu karena kamu bersandar di bahuku."

Ada beberapa alasan dalam kalimatnya.

Sakura menatap ke langit lalu ke arah Suo. Sakura memikirkan betapa puasnya perasaannya ketika lelaki itu mengelus kepalanya beberapa hari yang lalu ketika dia mengunjunginya untuk memberinya catatan anatomi.

"Apa menurutmu dia tidak akan menghukumku karena bersikap seperti ini dengan pria lain?"

"apakah kamu percaya bahwa Tuhan menghukum manusia karena saling memberikan kasih sayang?"

"Tapi aku tidak ingin memberimu kasih sayang."

"Tapi aku mencintaimu," bisik Suo, menariknya ke bahunya lagi, tangan yang satunya  membelai kepalanya sementara sakura mendekatkan kepalanya lebih untuk menikmati belaian di rambutnya dengan memejamkan matanya, Dia berdoa dalam hati agar Tuhan tidak memberinya teguran.

Keluarganya telah memberitahunya bahwa kasih sayang antar pria memicu kemarahan Tuhan.

Sakura sedang memikirkan hukuman apa yang harus ia terima nanti karena terus bersama dengan Suo seperti itu. Gagasan tentang perasaan seperti dia tidak bisa bernapas lagi dan muntah sepanjang malam sudah cukup untuk menjauhkannya dari pria yang lebih tua itu.

"Ini salah," bisiknya sangat pelan dan berjalan menuju pintu teras, membuka kunci lalu bergegas pergi.

Melarikan diri dari orang yang benar-benar mencintai dirinya.

✔❝Ghotic And Religius❞ || SuoSakuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang