Get Well Soon

787 86 6
                                    

Haii, ternyata banyak yang nungguin kelanjutan part kemaren hihihi

Happy Reading..

.

.

.

.

Paul dibawa ke ruang tunggu oleh tim medis. Kak Ratih menenangkan Nabila yang saat ini tengah menangis melihat Paul yang sedang tidak sadarkan diri. Nabila duduk disamping Paul sambil menggenggam tangannya. Setelah dilakukan pertolongan pertama oleh tim medis beberapa menit kemudian akhirnya Paul membuka matanya, ia kemudian memegangi kepalanya yang terasa pening. Paul menoleh ke kanan dan kiri mencari keberadaan seseorang. Nabila yang melihat Paul tersadar, kemudian segera menanyakan keadaan Paul.

"Powl, kamu udah sadar?" tanya Nabila sedikit lega.

Paul menganggukan kepalanya, ia berusaha untuk bangun dari tidurnya yang kemudian dibantu oleh Nabila untuk duduk.

"Maaf yah udah bikin kalian khawatir." Paul meminta maaf kepada Kak Ratih, dan Kak Andi yang juga ada diruangan itu. Kemudian ia menggenggam kedua tangan Nabila, Paul tau kalo Nabila habis menangis karena kedua matanya yang memerah.

"Maafin aku yah buy, udah bikin kamu khawatir.." Paul mengusap kedua pipi Nabila

Nabila hanya terdiam dan memejamkan mata merasakan usapan jari-jari Paul dipipinya, tapi tak terasa air matanya kembali mengalir. Paul mengusap air mata Nabila.

"Kali ini kamu harus nurut sama aku. Kita kerumah sakit yahh" pinta Nabila

Paul pun hanya mengangguk menuruti permintaan Nabila. Nabila mengelus puncak kepala Paul dengan sayang. Setelah beberapa menit, tim medis membawakan kursi roda keruang tunggu. Paul dibantu oleh tim yang kemudian mendorong kursi roda menuju keluar gedung ke mobil yang sudah stand by didepan. Fans mulai ramai mengerumuni mobil yang akan membawa Paul. Banyak fans yang merekam Paul keluar dari gedung menggunakan kursi roda, mereka khawatir dengan keadaan Paul. Namun kerumunan semakin riuh ketika melihat Nabila yang juga keluar dari gedung dan masuk kedalam mobil yang sama dengan Paul. Nabila berjalan cepat memasuki mobil didamapingi oleh Kak Andi disampingnya.

Didalam mobil, Nabila duduk disamping Paul yang masih terlihat pucat dan lemas. Paul lalu menyenderkan kepalanya ke bahu Nabila, Nabila pun membalas dengan membelai pipi Paul. Mobil pun berjalan menuju ke rumah sakit terdekat. 

****

Setelah sampai di UGD rumah sakit Paul pun dibawa menggunakan kursi roda menuju salah satu bangsal. Nabila dan Kak Ratih setia menunggu Paul sampai dokter datang memeriksa.

Tak lama ponsel Nabila berdering. Tertera nama Abi yang menelpon, Nabila pun mengangkatnya.

"Halo, assalamualaikum"

"waalaikumsalam kak, kakak dimana sekarang?" 

"kakak lagi di UGD bi, nemenin Paul"

"Paul gimana keadaannya, tadi abi khawatir banget pas liat berita"

"alhamdulillah Paul udah sadar bi, terus ini sekarang lagi diperiksa dokter. kemungkinan sih bakal dirawat di rs 

"alhamdulillah kalo udah sadar, Kakak juga jaga kesehatan yahh biar gak kecapean."

"iyaa abi, yaudah bi nanti nabila telfon lagi yah ini Nabila mau denger diagnosa dokternya"

"oke kak, titip salam yah buat nak Paul"

"Iya bi, kakak sampaikan. Yaudah Assalamualaikum bi"

"waalaikumsalam.."

Selesai memeriksa, dokter pun menjelaskan kepada Paul, Nabila dan Kak Ratih. Diagnosa sementara Paul mengalami anemia selain itu Paul juga terlalu kelelahan. Dokter menyarankan Paul untuk dirawat secara intensif di rumah sakit karena sepertinya akan dibutuhkan tranfusi darah untuk Paul. Karena waktu yang sudah menunjukan pukul 10 malam, dan hanya ada dokter jaga jadi Paul harus menunggu sampai besok untuk diperiksa lebih lanjut oleh dokter spesialis. 

"Dok, tranfusi darahnya gak harus sekarang kan?" Paul menanyakan kepada dokter jaga yang tadi memeriksanya.

"Engga harus sih Pak Paul, masih bisa besok" jawab dokter

"kalo gitu aku mau pulang dulu aja dok ke Jakarta. Nanti biar dirawat di Jakarta aja" lanjut Paul

Kak Ratih dan Kak Nabila pun kaget saat mendengar bahwa Paul ingin di rawat di Jakarta saja.

"ul beneran?" tanya Kak Ratih. Paul pun menangguk.

"aku gak mau ngerepotin kalian, lagian kan lusa Nabila juga ada schedule di Jakarta. jadi kita harus pulang." jawab Paul sambil memandang Nabila.

Nabila yang mendengar Paul yang masih sempat memikirkan schedulenya disaat kondisi tubuhnya sendiri sedang sakit merasa sangat terharu. Nabila kemudian mendekat dan menggenggam tangan Paul.

"Ul, gapapa kok kita disini dulu. Gak perlu pulang dulu ke Jakarta" pinta Nabila

"engga buy, aku gak mau egois. Lagian aku masih bisa kok bertahan sebentar sampai ke Jakarta. Terus kalo aku udah di Jakarta kan kamu bisa leluasa kalo mau nemuin aku" balas Paul sambil tersenyum.

Nabila kemudian mendekat kearah Paul dan memeluk Paul. Paul yang awalnya terkejut dengan pelukan tiba-tiba Nabila pun membalas pelukan itu dengan mengelus bagian belakang kepala Nabila.

"Makasih yahh, disaat lagi kaya gini kamu masih sempet-sempetnya mikirin aku" Tak terasa air mata Nabila menetes dipipinya.

"Apapun untuk kamu buy, selama aku sanggup ngelakuinnya, akan aku lakuin.." balas Paul

Nabila semakin mengeratkan pelukannya dipinggang Paul mendengar jawaban itu. 

"ekhem.." suara deheman Kak Ratih membuat Paul dan Nabila kompak melihat kearah kak Ratih.

"inget yah masih ada orang disini" goda Kak Ratih kepada Paul dan Nabila.

Nabila pun melepaskan pelukannya. Ia kemudian bangkit dari duduknya menghampiri Kak Ratih dan memeluknya.

"Kak Ratih makasih banget yah udah jagain aku sama Paul" Nabila berkata sambil memeluk Kak Ratih

"iyaa Nab, lagian udah tugas gue kok. Kan gue juga dibayar hahahaha" Jawab Kak Ratih kemudian tertawa.

"Justru gue yang makasih sama lu nab, udah mau nemenin Paul. Kalo gak ada lu, nih bule sengklek pasti gak mau kerumas sakit" lanjut Kak Ratih

"ihh apa sih Kak Ratih. Aku tuh nurut yahh sama Kak Ratih" balas Paul tak terima

"Halah, nurut kalo ada ayang doang. Biasanya gue sama Kak Andi juga kudu ngabisin kesabaran dulu baru lo mau nurutin mau kita." balas Kak Ratih tak kalah sengit.

Paul pun kemudian menggaruk tengkuk kepalanya sambil tersenyum bodoh.

"Yaudah gue ke administrasi dulu yah. Ini tirainya ditutup dulu kalo mau lanjut peluk-pelukan" Kak Ratih menggoda Nabila dan Paul

Nabila dan Paul hanya tersenyum malu mendengar perkataan Kak Ratih. 

Setelah mengurus administrasi. Nabila, Paul dan Kak Ratih bersiap untuk pulang kembali ke Jakarta. 

.

.

.

.

Yeayyy akhirnya terselesaikan part ini. Sorry yah kalo pendek dan banyak typo

Makasih udah mampir, jangan lupa vote n komen biar aku semangatt

sampai jumpa di next chapter..

Panal's StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang