A Normal situation

81 5 0
                                    

"i don't have some words now! "

- Sagara Nabastala Pradika

.

.

.

Happy reading




Siapa sangka, jam pertama kelas XI.B sudah disambut dengan ulangan matematika, dadakan pula! Beberapa siswa nampak tenang menghadapinya contohnya Reizan, Sera dan Aluna. Dan sebagian besarnya nampak tertekan. Contohnya? Sagara nabastalla Pradika yang dahinya sudah memiliki 100 kerutan. Jenuh Pallangga darmawijaya yang malah menggambar kertas buramnya dengan gambar Ultraman alvito naratama atau yang kerap dipanggil Tito, sang ketua kelas, ia sibuk mengode Aluna agar mau berbagi jawaban.

Sementara di depan kelas, sang guru matematika, pak Hendri tersenyum puas. Sebagai wali kelas XI.B, tentunya ia tak akan membiarkan murid-muridnya bermalas-malasan di jam pelajarannya. Dasar memang!! Tapi murid XI.B tetap menyayanginya, siapa yang tidak sayang jika wali kelasnya muda, ganteng pula!

"Pak! Saya udah selesai! "Reizan melepas kacamata bulat yang akan ia  gunakan hanya saat belajar. Sagara yang berada di baris belakang Reizan pun menetapnya horor. Tadi katanya mau menolong  lalu kenapa Reizan malah mengumpulkan kertas ultangannya?

"Tumben pertama, biasanya kedua!" Sindir Aluna si juara kelas. Reizan tersenyum miring dan menatap aluna lama.

"Mang eak!" Reizan kemudian melangkah ke depan untuk menyerahkan kertas ulangannya. Ia kemudian mengambil langkah riang kala diizinkan untuk ke toilet oleh pak Hendri.

"Kenapa pada ngelamun? Kalian udah selesai?" Tanya pak Hendri garang, murid-murid di dalam kelas itu langsung menggeleng.

"Be- Belum pak," jawab mereka serentak. Suasana kelas kembali hening dan menegangkan, Sagara memilih untuk mengerjakan ulangan sebisanya, dia menyerah, apa gunanya berharap pada Reizan tukang PHP. Yang ada dia baru kembali ke kelas 5 menit sebelum ulangan berakhir.

15 menit berlalu, ponsel milik pak Hendri berdiri banyak yang berkeringat dingin kalau tahu itu adalah penanda waktu menjawab soal sudah habis.

"Sekarang kumpulkan!" Titah sang Baginda malaikat maut alias pak Ahmad Hendri Alfarizi.

Dengan langkah gontai, Sagara berjalan menuju depan dan menyerahkan kertas ulangannya bahunya kemudian ditepuk oleh Tito yang wajahnya sudah kusut  Mbak kanebo kering.

"Gimana cok, seru kan ulangannya?"Tanya kita saat mereka berbalik menuju tempat duduk masing-masing.

Kening Sagara makin mengerut,"Seru dari mananya anjir! Lo nggak lihat soal-soalnya bikin kepala gue berasep?!"

Dito menggeleng lalu tersenyum tengil, "ya nggak lihat lah, gue kan barisan paling belakang!"

Mereka kemudian menoleh ke depan kelas, meja guru sudah kosong, sepertinya pak Hendri pergi kalau mereka berjalan menuju bangku tadi.

"Kenapa lo? Tiba-tiba gila? "Tanya Aluna sinis, pasalnya ia kesal pada Reizan yang mampu menjawab soal-soal matematika dan bisa selesai lebih dulu darinya. Dan parahnya lagi, Aluna juga cukup kesulitan dengan soal-soal tadi, sementara Reizan si peringkat ketigacuma santai.

Akhir Tak Bahagia ( On Going )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang