"camping satu sekolah
apa nggak bakal belibet? "-Sean Bara Wijaya
Halaman belakang kediaman raizen nampak ramai sore itu. Ada 6 remaja laki-laki dan seorang wanita setengah baya yang sibuk dengan aktivitas masing-masing. Sagara dan Reizan yang sibuk membuat Nutrisari varian blewah kesukaan mereka. Sedangkan Angkasa dan Abhi yang sibuk memanggang daging. Ibunda Rei yang memutar-mutar sana-sini untuk menata meja. Dia yang entah kenapa cuma melamun mengamati kelinci putih yang Rei pelihara. Dan terakhir, Senin yang bersusah payah memanjat pohon demi mendapatkan manggis, buah kesukaannya.
"Dagingnya udah matang semua guys!" Abhi berujar senang sambil membawa piring penuh potongan daging ke dekat meja makan yang sengaja dibuat khusus di area halaman belakang.
Jean yang sedari tadi asik melamun langsung menoleh, matanya berbinar senang. Sementara Reizan dan Sagara masih sibuk membuat Nutrisari angkasa melepas apron maroon yang ia kenakan dan berjalan ke meja makan. Dan Sean? Anak itu duduk bercanda di dahan pohon dan sibuk menikmati buah kesukaannya.
"Woi temen monyet! Lo mau turun atau jatah daging lo gue ambil? "Pertanyaan resign itu dihadiahi Dita kan sayang dari sang Ibunda yang tak suka bila bungsu tersayangnya berkata tak sopan.
Sean yang mendengar itu buru-buru turun dari dahan pohon manggis dan berlari mendekati meja. Senan duduk di kiri meja bersama Jean dan Abhi, di hadapan mereka ada Sagara, Angkasa dan Rei. Dan ibundari duduk di tengah-tengah mereka semua.
"Sebelum makan kita berdoa dulu ya?" Bunda Rei tersenyum lembut menatap mereka yang serentak menggangguk.
* * *
Satu minggu setelah acara barbequeen di rumah Rey, kehidupan Sagara terasa lebih menyenangkan. Shaka dan teman-temannya yang tak lagi mengganggu belakangan ini. Sagara hampir setiap sore membonceng dan nila berkeliling Bandung dan jika dihitung, sisa waktu satu minggu lagi menjelang kepulangan Dean dan Isyana. Tak apalah, seminggu lebih kehidupannya sudah bahagia bahagia saja.
Puk....
Sagara tersadar dari lamunannya kalah sebatang pensil dan nila pukul kan pelan ke kepalanya. Dan menetap Daniel lagi gemas.
"Ell.... Ada apa? "Tanya segera tersenyum,
( Fyi, Daniela yang minta Sagara buat nukar panggilannya dari wala ke Ell aja, soalnya wala kedengaran menggelikan buat Daniela)
"Lo kenapa gara? Gue manggil lo dari tadi, tapi nggak nyaut-nyaut!" Daniela menggembungkan pipinya dan menatap Sagara kesal. Sementara yang ditata merapatkan jari telunjuknya ke bibir. "Shutt... Di perpus gak boleh berisik, nanti kena usir........"
Yap, mereka tengah dalam perpustakaan titik sebagai kekasih yang baik hati, segera berniat menemani dan ialah tugas dikala orang-orang Tengah menikmati jam istirahat kedua di kantin.
Kali ini tugas dari grup killer, pak Khairudin, guru sejarah. Guru yang seandainya kita nggak ngerjain tugas, dia bakalan nyuruh muridnya buat belajar di kelas, lebih tepatnya sih di depan pintu masuk.
"Maaf.... Gue nggak sengaja bengong.." Sagara mengedipkan sebelah matanya yang membuat jendela berekspresi mual.
"Ngomong-ngomong, tugas lu udah selesai?" Tanya segera yang kini fokus menatap Daniela.
KAMU SEDANG MEMBACA
Akhir Tak Bahagia ( On Going )
Novela JuvenilSagara hanya mengharapkan satu hal, dia ingin kedua orang tuanya menyayanginya seperti Abang dan adiknya . Tapi ia sadar satu hal, kalau itu hanyalah angan-angannya saja. "Gue tau gue salah... Tapi masih ada waktu buat gue perbaikin semuanya kan...