Dinas Luar Kota

86 4 8
                                    

"Everything for you, bro."

- Angkasa Vasha Pradika
.

.

.

Happy reading

Abhi berjalan dengan langkah gontai, sementara Dean hanya menggeleng-geleng sambil tersenyum.

"Capek ya belajar di perpus tadi?" Abhi terdiam mendengar itu, namun beberapa saat kemudian ia mengangguk. Abhi pikir ayahnya benar-benar gila tapi ternyata di atas tingkatan gila, apa ya tingkatan di atas gila?

Pokoknya abhi kesal, marah bercampur kecewa, tidakkah Dean merasa khawatir dengan kakak keduanya itu. Tidakkah Dean merasa bersalah setelah menghukum kakaknya hingga luka dan lebam? Tidakkah Dean berusaha mencari putranya yang kini menghilang?

"Adek, kamu udah pulang nak?" Satu lagi abhi mulai membenci wanita yang melahirkannya. Sebagai seorang ibu pernahkah ia merasa khawatir dengan Sagara?

"Huftt...iya Bun..aku ke atas dulu ya mau istirahat," Ia meregangkan kedua lengannya.

"Kalau gitu Kamu bersih-bersih gih, trus langsung istirahat,"

Abhi hanya mengangguk-angguk saja.

*      *       *      *

"Tapi pak-" Tangan Angkasa menepuk bahu sang ayah.

"Ayah sama bunda pergi aja," Jari-jari Angkasa bergerak secara perlahan.

"Tapi sa," Angkasa langsung menggeleng sambil tersenyum.

"Ada adek yah. Tenang aja lagian kemarin cuman demam kok " Angkasa terus menggerakkan jari-jarinya sambil tetap tersenyum.

"Pak Dean? Bisa atau tidak?" Terdengar dari suara telepon, ya, itu panggilan dari petinggi perusahaan tempat bekerja.

"Hm, baiklah pak. Saya akan segera berangkat." Jawab Dean akhirnya, Angkasa terus tersenyum.

"Kalau begitu anda harus bersiap-siap, kegiatan disana juga 3 Minggu, bahkan bisa lebih." Ujar tuan Darma Wijaya yang merupakan  petinggi perusahaan itu.

"Ba-baiklah pak, kalau begitu saya izin berkemas lebih dulu."

"Tentu saja, silahkan."

Panggilan itu kemudian dimatikan. Ia menatap anak kesayangannya, Angkasa Vasha Pradika, putra yang juga selalu ia bangga- banggakan.

"Kamu yakin gapapa nak?" Jari-jari Dean bergerak sambil menatap Angkasa khawatir, sementara lelaki berusia 19 tahun itu tersenyum dan mengangguk.

"Kalau begitu, ayah mau bilang dulu ke bundamu terus siap-siap." Dean meninggalkan ruang tengah dengan Angkasa yang masih tersenyum.

Kemudian sosok abhi datang sambil mengacungkan jempol. Bibirnya bergerak seolah berkata,"That's my brother!''

Malam ini Angkasa dan Abhi melepas kepergian orang tuanya  karena dinas di luar kota.

"Terimakasih, Tuan Darmawijaya." Batin Angkasa sambil tersenyum penuh arti.

*

Akhir Tak Bahagia ( On Going )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang