"it's just feeling? No,
I see everything, Gara"- Reizan Chava Galaksa
..
.
Happy reading
Sagara menghambur ke pelukan orang yang paling ia sayangi, Angkasa Vasha Pradika. Tolong jangan bilang diri alay, karena memang Angkasa tempat ternyaman baginya untuk bersandar.
"Karena aku nggak mau jadi nyamuk, aku mau ke dalam dulu." Abhi berlalu meninggalkan Angkasa dan Sagara.
"Gue juga, soalnya gue udah terlalu sering jadi nyamuk lo." Reizan juga ikut berlalu meninggalkan mereka setelah melepas sendal jepitnya, mana sendal jepitnya warna kuning lagi. Gaya aja naik mobil, yang dipake tetap sendal jepit.
"Iri aje lo Thor, bilang aja lo nggak punya mobil."
"Jahat kamu mas, awas aja kamu nanti!"
"Author gila!"
Udah-udah sekarang kita lanjut aja.
Sementara Sagara hanya terkekeh, ia kembali menatap kakak satu-satunya itu. Terlihat raut cemas diwajahnya, ia juga menelisik wajah Sagara yang penuh memar dan luka.
"Maafin abang ya Gar, nggak seharusnya kamu jadi anak yang dibenci ayah bunda." Jari-jari Angkasa bergetar dan wajah pucatnya dengan mata yang memerah.
Sagara menggeleng cepat dan menggerakkan jemarinya. " Kasih sayang dari Abang sama adek terlalu besar sampai bisa gantiin kasih sayang yang seharusnya dari ayah bunda."
Melihat gerakan tangan itu, air mata yang Angkasa tahan dari tadi akhirnya menetes. Bagi Angkasa, Sagara dan Abhi akan selalu menjadi adik kecilnya yang masih perlu perhatian. Apalagi Sagara, bertahun-tahun ia seperti di anak tirikan di keluarga Pradika.
Tangan Angkasa bergerak keatas kepala Sagara. Ia mengacak surai hitam adiknya yang terpaut 1 tahun lebih muda darinya dengan tersenyum manis.
"Aga ngantuk bang. Mending kita masuk ke dalam dulu." Ajakan Sagara diangguki Angkasa.
*
*
*
"Woi bhi! Itu roti panggang gue!" Cekcok antara abhi dan Reizan mewarnai pagi di kediaman Pradika.
" Shuut! Adek lo diem nggak! Tunggu aja tuh roti panggang berikutnya! Anak kecil nggak boleh kayak gitu!" Abhi berkacak pinggang sambil tersenyum lebar. Ia baru sadar, ternyata dirinya juga lebih tinggi daripada Reizan. Karena itulah, abhi mau menjahili teman mas nya itu.
"Pala lo anak kecil! Gue lebih tua dari lo ya!" Telinga Reizan memerah dan matanya membulat sempurna. Reizan pikir abhi akan takut, tapi apa? Tiap ekspresi marah Reizan tak akan berguna.
"Utututu.... lucunya.... Pantes mas Aga betah terus nempel sama kamu dek...." Tanpa sadar, abhi berjalan mendekati Rei dan mencubit gemas pipi kakak kelasnya itu.
"Woy sakit woi! Lepasin nggak!" Kemarahan Reizan tak membuat abhi berhenti mencubit pipi Reizan.
Pletakk
KAMU SEDANG MEMBACA
Akhir Tak Bahagia ( On Going )
Dla nastolatkówSagara hanya mengharapkan satu hal, dia ingin kedua orang tuanya menyayanginya seperti Abang dan adiknya . Tapi ia sadar satu hal, kalau itu hanyalah angan-angannya saja. "Gue tau gue salah... Tapi masih ada waktu buat gue perbaikin semuanya kan...