All With you

203 9 1
                                    


" Again and again, all
With you, actually
Reizan....
And God? Maybe."

- Sagara Nabastala Pradika
.

.

.

Happy reading

Pukul 10 malam tepat, Dean, ayah dari Pradika bersaudara membuka pintu rumah. Tubuhnya dibalut dengan jaket tebal untuk menghindari angin malam, kedatangannya disambut oleh sang istri, Ishana, setelah tidak bertemu selama seminggu.

"Abang sama adek udah tidur?" Lagi - lagi, nama Sagara tidak terucap dalam lisan sang ayah. Ishana mengangguk, ia mengajak Dean menuju ruang tengah.

"Abang demam," Dua kata itu berhasil membuat Dean panik. Ia meninggalkan ruang tengah dan langsung bergegas menuju kamar Angkasa, yang diikuti Ishana dibelakangnya.

Krieett...

Pintu kamar itu terbuka, menampakan Sagara yang sedang mengompres kening Angkasa sambil terus membuat wajah lucu agar Angkasa terhibur. Kakak beradik terdiam, melihat kedua orang tua mereka di depan pintu kamar Angkasa.

"Yah? Bun?" Suara lirih Sagara menyapa indra pendengarannya, Dean langsung menghampiri Angkasa tanpa menghiraukan sapaan Sagara.

"Kenapa jadi begini?" Tanya Dean dengan nada khawatir, ia meraba kening Angkasa, panas, itu yang Dean rasakan.

"Mereka pulang hujan-hujanan," Bukan, bukan Sagara yang menjawab, melainkan Ishana. Sagara terdiam, ia menunduk, takut melihat wajah sang yang seperti akan menerkamnya.

"Kita bawa kerumah sakit, malam ini." Dean kemudian membantu Angkasa untuk berdiri, memakaikan jaket tebal pada Angkasa dan membawanya keluar kamar.

"Bangunin adek, dia harus ikut." Dean menyuruh sang istri membangun kan si bungsu.

Setelah itu tubuh Angkasa dipapah ke dalam mobil, sudah ada abhi dan bunda disana. Sagara mengekor dibelakang Dean dan Angkasa. Saat Angkasa telah masuk mobil, kemudian Dean berbalik dan menatap Sagara dengan tatapan tajam.

"Kamu, masuk ke dalam!" Intonasi Dean meninggi pada Sagara, abhi sedikit terkejut,ia khawatir dengan sang abang.

Tangannya mengepal, biasanya ia melakukan ini di dalam rumah. " Yah?? Kenapa aku ga-"

Plakk

Sebelum Sagara menyelesaikan kalimatnya, tamparan keras mendarat di wajah mulus Sagara, darah mengalir dari ujung bibirnya. Abhi yang melihat itu dari dalam mobil hendak keluar, namun sang bunda mencegahnya. Sementara Angkasa membeku, ia terkejut bukan main hingga tak berkedip sama sekali.

"Kau hanya pembuat masalah dasar sialan!" Dean kemudian meninggalkan Sagara dan masuk ke dalam mobil. Beberapa detik berikutnya mobil itu melaju meninggalkan kediaman Pradika.

Sagara masih mematung, darah segar yang mengalir di sudut bibirnya ia biarkan. Sekarang dia bisa apa? Menangis? Itu bukan hal yang bisa merubah skenario kehidupannya.

"Lagi dan lagi bang, all always With you, and all always hate me." Hujan mengguyur tubuh Sagara, layaknya memberi efek dramatis bagi siapapun yang melihatnya.

Sagara memutar badan dan kembali masuk kerumah. Berlama-lama di luar bisa membuat tetangganya curiga, ia takut sang ayah marah lagi

.

.

.

.

.

.

Paginya Sagara terbangun setelah tertidur di sudut kamarnya, rumah itu masih lengang. Keluarga nya belum pulang, Sagara melangkah menuju kamar mandi, sampai di depan cermin ia tersenyum miris mengingat kehidupannya beberapa tahun ini. Setelah puas, Sagara kemudian membersihkan diri dan bersiap untuk ke sekolah.

Selesai bersiap, Sagara melangkah menuju dapur. Ia mengambil beberapa bahan masakan yang ada di dalam kulkas, dengan lihainya tangan itu memotong bahan bahan hingga bau harum tercium dari masakan tersebut.

Dua puluh menit berlalu 2 menu mahakarya Sagara sudah tersaji. Empat potong Sandwich dan dua kotak nasi goreng. Dua Sandwich untuk Sagara, duanya lagi ia titipkan pada petugas rumah sakit dan juga nasi goreng yang ia buat tadi.

Drtt..
Drtt..

"Halo"

"Bro"

"Apa?"

"Gue berangkat bareng lo ya, ban motor gue bocor soalnya."

"Tapi gue mau ke RS dulu,"

"Ngapain? Berobat masalah kejiwaan?" Tanya Reizan dengan polosnya.

"Kagak lah lo kali, orang gue mau nganterin bekel buat keluarga gue."

"Owh kirain, gue ikut yak, soalnya gue udah depan pager rumah lo nih nyet."

"Dasar kingkong."

Panggilan itu dimatikan sepihak oleh Sagara, ia kemudian mengemasi kotak- kotak bekal itu, lalu beranjak menuju pintu depan. Setelah itu pintu ia kunci, kunci diletakkannya di bawah keset rumah.

"Bro!!" Reizan berteriak dengan suara cempreng nya, pagar yang lebih tinggi darinya tak membuat suara itu terhalang masuk ke pendengaran Sagara.

"Brisik lo kingkong!! Gue mau ngeluarin motor dulu!" Oke itu panggilan baru buat Reizan dari Sagara. Ia mengambil motor dari garasi, melajukan lalu berhenti di samping Reizan.

"Lo mau nggak?" Tanya Sagara sambil menyodorkan sepotong Sandwich yang tadi ia buat. Reizan langsung mengambilnya tanpa menjawab, ia lalu menaiki motor Sagara.

"Lo kenapa? Bokap lo marah lagi?" Tanya Reizan, ia melihat Sagara sedikit berbeda hari ini.

"Gue kena gampar," kekeh Sagara. Reizan tersedak mendengar penuturan Sagara, pantas bibir sohibnya agak robek, ternyata di gampar:)

"Lo sih, nggak ngelawan." Reizan berujar sambil mengunyah sandwich.

"Heh kingkong, Lo sendiri yang bilang kalau ngelawan orang tua dosa bego!" Sagara berucap dengan nada kesal. Mendengar panggilan Sagara untuknya Reizan mencebik kesal di belakang Sagara.

"All With Angkasa bro, not with me." Sagara kembali bersuara setelah diam beberapa menit.

"No, Reizan always with you and Allah always With you too pren." Balas Reizan, Sagara terkekeh, ia sering lupa kewajiban kalau soal agama.

" Udah nyampe nih kong, Lo turun dulu gih," ujar Sagara pada Reizan. ( Btw kong itu kingkong ya, jangan salah paham)











Hallo guys siapa nih yang nungguin cerita kita, maap ya guys kalau banyak typo nya. Makasih udah baca guys. Mohon maaf kalau ada kesamaan nama tokoh, cerita pikiran author sendiri guys dan jangan copyright oke. Juga Jangan lupa vote, follow sama komen, makasih guys bye bye 👋

Akhir Tak Bahagia ( On Going )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang