SYABIL NAUGI

2.9K 268 48
                                    

[please play the media while you read to get the atmosphere ^^]

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

[please play the media while you read to get the atmosphere ^^]

Pohon-pohon besar dengan daun yang rembun menjadi pemandangan seorang bocah laki-laki yang beberapa hari lalu memasuki usia enam tahun sepanjang perjalanan yang sepi ini. Hutan lebat di sisi kanan dan kirinya membuatnya menerka-nerka apa yang ada di balik itu. Atau sebenarnya ada rumah nenek sihir yang terbuat dari cokelat untuk memancing anak kecil sepertinya? Bocah itu bergedik ngeri.

Untung Bunda sudah pernah menceritakannya dongeng itu. Jadi dia tidak akan jatuh ke perangkap nenek sihir jika mungkin saja ia tersesat di hutan dan bertemu dengan nenek-nenek yang menawari cokelat dan manisan lainnya. Butiran air yang jatuh di kaca mobil menghalau pandangan bocah lelaki itu yang masih memperhatikan pemandangan di luar kaca mobil.

Ah, sudah turun hujan rupanya. Bocah itu menoleh ke belakang, melihat jalan yang terlihat gelap karena langit begitu kelabu dan cahaya matahari tidak mampu menerangi jalan. Bahkan beberapa kendaraan yang juga melintasi jalan ini menghidupkan lampu untuk memberi tanda keberadaan mereka pada pengendara lain.

"Yah, sayang banget hujan. Mudah-mudahan pas sampe sana nanti udah reda deh hujannya." Gumam Bunda yang mengisi kursi depan menemani Ayah yang berusaha memfokuskan pandangannya pada jalan.

"Bunda ini kita mau ke mana sebenernya?" bocah tadi menyuarakan rasa penasarannya. Karena sejak mereka berada di rumah tadi Ayah dan Bundanya tidak memberi tahu ke mana tujuan mereka.

"Ada deh, kan kita mau ngerayain ulang tahun kamu karena kemaren nggak sempet pergi bertiga kan? soalnya Ayah masih dinas di luar kota. Bunda udah kasih kado, jadi giliran Ayah yang kasih hadiah."

Bocah itu menggeser tubuhnya yang tadi duduk di sisi kiri mobil menjadi di tengah dan memajukan badan untuk berada di tengah Ayah dan Bundanya. "Tapi kenapa jalannya serem? Kalo kita ketemu nenek sihir yang nyulik Hansel sama Gretel terus aku diculik gimana? Mereka kan berdua jadi bisa ngelawan nenek jahatnya. Kalo aku sendirian nggak bisa Yah, Nda!"

Ayah dan Bundanya justru tergelak saat ia mengatakan kekhawatirannya, bahkan Bunda memiringkan badan untuk mengusal wajahnya. "Emang Bunda sama Ayah bakal biarin kamu diculik sama nenek sihirnya? Kan ada Ayah, nanti Ayah lawan nenek sihirnya. Eh, tapi Ayah kan cowok, nggak boleh mukul cewek. Nanti Bunda yang one by one sama nenek sihirnya."

Bocah itu juga ikut tergelak mendengar ucapan Ayahnya, jadi membayangkan bagaimana Bundanya yang penuh kelembutan itu berduel dengan nenek sihir membuatnya menjadi geli sendiri. Lagi-lagi Bundanya mendusel pipinya karena gemas dengan tawanya yang memenuhi mobil.

"Mas takut ya karena jalannya gelep gini?" tanya Bunda saat tawanya mereda. Yang dijawab anggukan kuat oleh bocah itu.

"Lagu Ayah juga serem." Ucapnya. Iya, lagu-lagu yang sedari tadi diputar oleh Ayahnya menambah kesan suram, dan ia tidak suka.

Light Your Way HomeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang