05; fill the void

364 62 5
                                    

Sudah tiga bulan berlalu, kini Sabina mulai beradaptasi dengan kehidupan perkuliahannya. Awalnya ia cukup kaget dengan presentasi yang tidak ada henti, terutama untuk mata kuliah speaking yang di mana mereka harus melakukan presentasi setiap minggu.

Seperti sekarang, Sabina sedang berkomat-kamit dengan kedua tangan yang bergerak, mencoba melatih gestur tangannya pada saat mempresentasikan materinya nanti. Sesekali matanya melirik ke layar tablet yang ia letakkan di atas meja, untuk membaca poin-poin yang akan dijelaskannya.

Suasana kantin yang cukup ramai—karena saat ini memang sedang jam makan siang sama sekali tidak mengusik gadis yang terlihat tengah berkonsentrasi tersebut, bahkan Eira dan Keysha yang duduk di hadapannya mengernyit heran.

Bagaimana Sabina bisa tetap fokus dalam keadaan seperti ini? dan bukan tanpa alasan kenapa Sabina justru berakhir di sini, alih-alih berada di perpustakaan. Itu karena ia tidak ingin berada di perpustakaan sendirian, sebab Eira dan Keysha memilih untuk mengisi perut mereka terlebih dahulu.

"Dibuatin Mas Ugi lo lagi ya slidenya?" tanya Eira seraya melirik ke arah layar tablet Sabina di tengah kunyahannya.

Sabina menghentikkan komat-kamitnya, dan mengangguk singkat. Gadis itu meraih tumblr miliknya dan meneguk isinya untuk membasahi kerongkongannya yang mulai terasa kering karena berulang-ulang kali mengulang kalimat yang sama. "Iya, kok tau?"

"Keliatan banget dibuatin. Kalo dibuatin soalnya slide lo kreatif banget. Tapi kalo buat sendiri sumpah plain banget."

Keysha yang sedang menyeruput kuah sotonya hampir saja tersedak mendengar balasan dari Eira, membuatnya mengingat perkataan dari salah satu teman mereka beberapa hari yang lalu. "Sumpah! Kemarin si Zidan baru banget lagi bilang ke gue. Katanya si Sabina udah capek ya kayaknya jadi cewek artsy, mood-moodan gitu dia desain slidenya. Gara-gara slide lo downgrade banget."

Sabina mencebik mendengar perkataan Keysha yang menimpali Eira tadi. "Ih! I've tried my best tau!"

"Mas Ugi lo emang nggak ada pacar ya, Sab? Kok sempet-sempetnya dia masih bisa buatin ppt gitu-gitu. Padahal lo bilang kemaren dia lagi banyak tugas praktikum sama laprak."

Sabina menggeleng. "Nggak ada deh, nggak pernah cerita-cerita gituan dia."

Eira meraih tisu yang ada di atas meja untuk mengelap percikan kuah usai menggeser manguknya. "Belum ada cerita kali, kan nggak semua-semuanya diceritain ke lo kali, Sab. Kayak rasanya susah percaya anak teknik nggak ada pacar. At least ada aja tuh yang deket, nggak kosong-kosong banget. Belajar buat slide sendiri, Sab. Ntar kalo sepupu lo udah punya pacar biasanya ntar udah sibuk sama ceweknya. Mana bisa bantuin tugas-tugas lo lagi."

"Tenang, Sab. Gue nggak papa kok nanti Mas Ugi masih sering-sering bantuin lo. Nanti kita tetep ajak lo main bertiga juga kok." Celetukkan Keysha sontak membuat kedua pasang bola mata milik Sabina dan Eira berpusat padanya.

Eira mendorong bahu Keysha pelan. "Halu banget! Interaksi lo sama Mas Ugi aja cuma sekedar senyum sama ngangguk kepala doang padahal, pas nggak sengaja ketemu kalo lagi jemput Sabina."

"Itu kan yang lo liat doang, nggak tau aja lo gue udah sleepcall sama dia tiap malem."

Eira hanya menggeleng-gelengkan kepala, sama sekali tidak mempercayai ucapan Keysha yang memang sudah menjadi rahasia umum di antara mereka kalau Keysha naksir berat sama sepupu Sabina itu. Yang memang hanya sekedar naksir, karena Kesyha pecinta cowok ganteng! Tapi, reaksi Sabina justru berkebalikan dengan Eira.

"Kamu udah tukeran kontak sama Mas Ugi? Kapan?" tanya Sabina dengan mata memicing ke arah Eira.

Lagi-lagi Keysha tergelak, lalu menyenggol lengan Eira. "Ih, temen lo ini emang percayaan banget deh." Katanya sebelum kembali menghadap ke arah Sabina. "Enggak, Sabina. Bercanda doang, lagian lo kenapa kayak cewek posesif gitu deh ke sepupu lo sendiri."

Light Your Way HomeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang