Bagian 14: Crost Herschel

13 1 0
                                    

"Kudengar kau berhasil membalaskan dendam mu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kudengar kau berhasil membalaskan dendam mu. Dia sudah tiada. Millain?" pria tua itu menerbitkan senyum. Menghangat.

Dia sangat senang mendengar anggota barunya yang berkhianat dari organisasi musuh kini berhasil melenyapkan salah satu anggota elit disana.

Vian mengangguk kecil sebagai balasan.

"Ada lagi?"

"Dia memiliki putra berumur kira-kira 7 tahun. Aku membawanya kedalam kapal,"

Pemimpin mengangguk puas. Dia tidak akan bertanya kepada Seor apapun tentang anak itu lagi. Dia akan bertanya sisanya kepada kepala sekolah dan para pekerja atas.

"Bagaimana kabar Crost Herschel?" Dia mengalihkan pembicaraan, bertanya.

"Jika anda mencemaskan sesuatu. Saya sudah tidak berhubungan lagi dengan mereka dan siapapun dari sana," Sebelum dan setelah melenyapkan Millain—anggota elit CH—dia tidak pernah berhubungan lagi dengan mereka. Bahkan menjauh dari daratan dibawah kekuasaan CH.

Dia hanya memikirkan, membuat rencana untuk membalaskan dendamnya selama menjadi anggota CH kepada mantan rekannya—Millain.

"Oh begitukah.. baguslah, aku sebenarnya sudah lama tidak mendengar kabar tentang mereka setelah kamu meninggalkan mereka."

Seor membuka suara setelah diam beberapa saat. "Jika anda masih mencurigai ku karena masalah keterlambatan kapal, saya bisa membuktikan saya bukan pengkhianat disini."

Pria tua itu melangkah ke hadapan Seor. "Tenang saja Vian.. aku percaya kepadamu," Ia melirik folder yang digenggaman dia di pinggang. "Sepertinya ada yang ingin kamu sampaikan sejak tadi."

Seor tidak membahas masalah lain yang dia ajukan karena semuanya lebih mementingkan materi rapat saat itu. Dia rencananya akan mengajukan hal itu pada atasan pada waktu yang berbeda.

"Ya memang, mengenai pengajuan beberapa kebutuhan sekolah."

Kepala pemimpi mengangkat. Mendengarkan.

"Saya merasa dengan adanya ruang kesehatan saja benar-benar tidak efektif."

"Kita sudah memiliki rumah sakit ditengah pulau."

"Ya memang, tapi tidak semua orang dapat menggunakannya. Bahkan saat keadaan darurat anak-anak tidak bisa jalan kaki sendirian kesana."

Senyum pemimpin memudar. Wajahnya menekuk. "Vian, menurutmu kapan aku pernah mempedulikan itu?"

"Tuanku, aku mengerti ini bukan masalah besar untuk kita. Tetapi kekesaran dan perundungan semakin meningkat. Itu mempengaruhi cara didik anak-anak yang justru membuat mereka semakin gagal. Dengan menyediakan layanan kesehatan yang lebih mempuni, kita bisa mendapatkan hasil lebih jelas, lebih efektif dan mengurangi angka kematian siswa setiap tahunnya." Seor menjeda. Menghela nafas. "Anak-anak yang kritis, bisa dirawat. Anak-anak sakit memiliki obatnya."

The Between Him (2) [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang