Bagian 19: Surat-surat yang mati

6 1 0
                                    

Tidak ada manusia yang baik, dan tidak ada manusia yang tidak jahat. Hanya ada si bodoh dan si pintar. Si licik yang berhasil menguasai dan menjadi pemimpin di antara kelompok lautan orang. Kelompok yang memimpin pulau itu, dan si licik yang memimpin anak-anak di sekolah.

Pantas saja semua tunduk padanya. Pada Thom. Satu-satunya anak remaja yang keberadaannya di segani seluruh kalangan siswa. Mereka tidak mau berurusan dengannya bahkan merasa ialah yang akan mereka patuhi. Apapun mau lelaki itu.

Thom pintar, licik. Memiliki cara-cara baru dan unik untuk melindungi diri sendiri dan menikmati kepuasan dirinya. Selama bertahun-tahun. Dia bahkan menjual dirinya sendiri demi mendapatkan posisi aman diantara siswa lain ditengah para orang dewasa. Dan menjadikannya senjata di dalam kantong sebagai bekal. Dia memilih Mrs Jenna. Salah seorang guru senior, paruh baya dan menjadi ketakutan semua siswa.

Thom sangat pandai memilih senjata. Dia bisa menembakkan peluru jika dia mau kepada seseorang yang dia benci. Dan sialnya Leone harus bersaing dengan orang itu.

Kemarin dia melihat dengan mata kepalanya sendiri bagaimana remaja laki-laki itu mencium pipi gurunya sendiri dengan begitu mesra didepan seluruh pasang mata yang menonton perkelahian di lapangan, tanpa malu-malu dan tanpa rahasia. Hal itu menjadi tegang dan obrolan paling ramai minggu itu.

Tetapi kabarnya tidak lama dipermukaan. Yang terlihat tak lama menghilang. Menjadi rahasia umum yang ternyata seluruh guru sudah mengetahui rahasia Mrs Jenna yang bermain bersama siswa dibawah umur.

Dan kemarin Leone mendengar Thom yang sedang melakukan itu bersama salah satu pelayan yang ada disana. Tidak tahu siapa wanita itu, namanya dan dia tidak melihat wajahnya. Tapi Thom, remaja yang masih dibawah umur, sudah memiliki banyak hal daripada yang terlihat di permukaan. Semakin dia mengenal Thom, semakin dia perlu waspada dengannya. Ia selalu gagal mencari tahu lebih dalam tentang dia.

"Brengsek!"

Bruk! Brug!

Tinju melayang dari cengkraman Leone di anak bertubuh kurus itu dengan sekuat tenaga hingga membuat wajahnya memar. Ia kembali meninggalkan tendangan dan tinjuan di perut anak itu sampai tak berdaya. Tubuhnya perlahan terlunghai ke tanah dan membuat Leone menjadi pemenang pertandingan tinju ditengah pelajaran bela diri.

Guru memberi tanda sebagai akhir dari pertandingan. Leone bergerak mundur dan anak itu diseret ke tepi. Maniak Leone terseret kearah siswa yang duduk menunggu giliran di sisi lapangan. Salah seorang membuat dahinya menekan. Orang yang ia tuju ada diantaranya, tersenyum miring meremehkan kearahnya. Tinjunya kembali menggeras, tapi dia berhasil menahan diri.

Bagaimanapun dia akan menghabisi si brengsek itu.

***

Matahari masih tenggelam di nestapa. Langit berwarna ungu campur jingga pada dini hari. Para pelayan di gedung mewah itu biasa bangun lebih awal dari para penghuninya sendiri.

Semua wanita berpakaian pelayan Hitam dengan rompi putih rok selutut keluar dari ruangan. Membawa troli, perlengkapan kebersihan dan keranjang. Satu-persatu dari mereka memasuki setiap pintu dan ruangan sesuai dengan pekerjaannya.

Pelayan yang membawa alat pembersih masuk keruangan-ruangan dan mulai membersihkan. Mereka menyapu, mengepel dan membersihkan setiap inci ruang kerja sebelum digunakan oleh pemiliknya. Hal itu sudah terjadi sejak lama dan tidak pernah berubah yang dilakukan oleh pelayan disana.

Wanita berambut cokelat kemerahan itu masuk tanpa kesulitan membuka akses pintu seperti yang ia pelajari sebelum bekerja. Tetapi tujuh hari dia bekerja di sana, ia mendapatkan kejutan pagi hari biasa oleh pemilik dari ruangan itu. Yang akhir-akhir ini dia ditugaskan membersihkan ruangan itu.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: 2 days ago ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

The Between Him (2) [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang