Bagian 16: Mari bertarung

10 0 0
                                    

Malam yang gelap dan sunyi seperti biasanya. Anak-anak sudah kembali ke kamar mereka dan membuat gedung sekitar sekolah sepi. Hanya ada beberapa siswa yang baru kembali dari jalan perdagangan di distrik selesai bekerja. Atas izin dari atasan anak-anak yang bekerja dipersilahkan kembali ke asrama pukul lebih dari 9 malam.

Koridor gelap, lenggang. Thom dkk berjalan di koridor sambil menguyah permen kojek berjalan santai. Mereka tidak perlu repot-repot terlalu cepat kembali ke kamar. Toh mereka muak berada di satu tempat bersama belasan anak rendah lainnya.

Lobi koridor luar sampai ke lorong gelap. Penerangan hanya satu dua dari lampu yang sengaja dinyalakan beberapa buah. Ruang kelas lebih gelap lagi karena tidak ada satupun ruangan yang lampunya dinyalakan dimalam hari. Fungsinya adalah untuk berhemat dan memberi ancaman secara tidak langsung untuk tidak keluar dimalam hari.

Tetapi bagi sebagian orang itu hanya peraturan kecil. Thom dkk sudah tinggal ditempat itu selama bertahun-tahun dan dengan alasan kerja sampingan mereka mendapatkan hak istimewa untuk lebih bebas dimalam hari. Dan mereka menikmati itu meski pekerjaan mereka kotor. Mencuri.

Mereka sebuah berpapasan dengan Leone ketika hendak masuk ke kamar. Remaja itu menatap mereka datar sebelum kembali melangkah keluar dengan kedua tangan disaku celana. Ia berjalan santai di lorong. Thom dkk menatap punggung tak bisa ditebak. Mereka melenggang masuk.

Leone membelok arah. Dia membuka pintu kamar mandi dan mendapati Lucanne yang berdiri didepan salah satu bilik yang terbuka. Leone tidak repot-repot bertanya apa tujuannya. Ketika ia berjalan mendekatinya untuk masuk ke bilik disebelah. Ia melihat Iran yang berada didalam bilik bersama Aiden. Gadis itu sedang buang air kecil dibantu sang kakak sementara Lucanne dengan tenang di posisinya memegangi tisu gulung sambil memberi penerangan dengan senter.

Bagi atasan memberi penerangan untuk toilet sangat merepotkan dan membuang dana sia-sia.

Leone berdecih. Melepas resleting celananya. Dia berdiri didepan kloset.

"Sudah selesai?" tanya Aiden.

Iran mengangguk. Lucanne peka memberikan tisunya.

"Terima kasih," ucap gadis kecil itu.

"Ayo kembali," ajak Lucanne diangguki kedua kakak-beradik itu.

Leone dapat mendengar itu dari bilik sebelah. Pintunya sengaja tidak ia tutup. Sehingga ketika mereka melewatinya Leone bisa melihat siluet mereka yang melewatinya.

***

Satu kelas di kejutkan dengan keributan yang tiba-tiba terjadi diantara empat siswa. Bukan Thom dkk. Entah apa yang mereka ributkan tapi itu berhasil memicu kemarahan guru yang sedang mengajar dikelas. Beliau dibantu petugas menyeret keempat anak itu kelapangan dan menghajarnya terang-terangan di siang bolong.

Semua siswa di kelas berbondong-bondong melihat kearah lapangan dimana hukuman berlangsung. Keempat siswa itu di pukuli, ditendang dan dianiaya tanpa ampun seolah dua petugas sementara wanita paruh baya—guru mata pelajaran Ekonomi mengawasi dengan kacamata tipis dengan garis-garis disekitar wajahnya. Kelopak matanya mengendur. Dia melipat tangannya.

Pemandangan itu sudah biasa terjadi selama bertahun-tahun dan mungkin sering terjadi selama setahun. Akan tetapi yang membuatnya berbeda adalah karena kemunculan Thom dkk yang mendekati Mrs Jenna.

Mereka semua menyapanya dengan seringai sombong seolah sangat mengenal Mrs Jenna—guru killer. Dan yang semakin mengherankan semua siswa adalah karena Thom mengobrol dengan Mrs Jenna sementara empat siswa sekelasnya dipukuli. Wajahnya ringan tanpa dosa dan mengangguk-angguk seolah membenarkan apa yang Mrs Jenna sampai.

The Between Him (2) [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang