panggilan dibalik kamar

103 70 3
                                    

Jangan lupa sebelum baca vote, komen dan share ya guys see you🤍
.
.
.
.
.
.
.
..














Cinta yang rumit itu ketika berada di pesantren
_fikri Andriana putra_

Beberapa hari berlalu sejak Fikri mengungkapkan perasaannya kepada Zahra di depan gerbang Mahabbattain. Meskipun Zahra mencoba untuk menjaga jarak, hatinya sulit untuk mengabaikan apa yang Fikri katakan. Setiap kali dia melewati gerbang itu atau bertemu mata dengan Fikri di antara aktivitas harian mereka, perasaannya terus bergolak.

Suatu sore, saat matahari hampir tenggelam di ufuk barat, Zahra sedang berjalan menuju bangunan asrama setelah mengikuti kajian sore di masjid pesantren. Langkahnya pelan-pelan mengikuti jejak-jejak di atas pasir jalan setapak menuju ke arah kamar asrama. Tiba-tiba, suara keras memanggil namanya dari belakang salah satu kamar asrama.

"Zahra!"

Zahra berhenti sejenak, mengenali suara itu dengan jelas. Ini suara Fikri. Hatinya berdebar kencang, segera teringat akan panggilan Fikri beberapa hari yang lalu di depan gerbang. Dengan ragu, dia menoleh ke arah kamar tempat suara itu berasal, berusaha mencari tahu siapa yang memanggilnya.

Fikri, yang merasa gelisah karena belum bisa berbicara lebih lanjut dengan Zahra, duduk di dalam kamar dengan tatapan gelap. Dia memikirkan cara untuk bisa mengulanginya tetapi melalui pengintipan Zahra.
                     🤍🤍🤍🤍🤍🤍

Dalam kegelisahannya, Fikri duduk di dalam kamar dengan pikiran yang melayang-layang. Dia tahu panggilannya yang keras tadi bisa membuat Zahra merasa terganggu atau bahkan marah, tapi dia tidak bisa menahan diri. Perasaannya terlalu kuat untuk diabaikan begitu saja.

Sementara itu, Zahra berdiri di luar kamar dengan hati yang berdebar kencang. Dia ragu untuk melangkah lebih dekat, tapi rasa penasaran dan keingintahuannya akhirnya mengalahkan keraguannya. Dengan langkah yang ragu, dia naik ke tangga dan berusaha mengintip dari balik jendela kamarnya.

Jendela kamar terbuka sedikit, cukup untuk memungkinkan Zahra melihat Fikri yang berada dibelakang pendopo yang langsung tertuju langsung jendela kamarnya. Posisi saat ini Fikri duduk di sana, dan tampak gelisah dan penuh pikiran. Matanya yang biasanya ceria, sekarang penuh dengan kekhawatiran dan keraguan. Melihat ekspresi itu, Zahra merasa iba. Dia ingin tahu apa yang sebenarnya ingin dikatakan Fikri.

Fikri mencoba berdiri dan mendogakkan kepalanya ke Arah cela jendela, seakan-akan mencoba melihat ke arah Zahra di luar. Hatinya berdebar sangat kencang saat dia berpikir tentang kata-kata yang ingin dia sampaikan lagi pada Zahra. Dia tahu ini tidak benar, namun cinta membuatnya tak bisa berpikir jernih.

Seketika, pandangan Fikri bertemu dengan pandangan Zahra melalui celah jendela meskipun tidak seberapa jelas. Pandangan mereka saling terkunci dalam keheningan yang tegang. Tidak ada yang perlu dikatakan; ekspresi mereka sudah cukup untuk menyampaikan perasaan yang sulit diucapkan dengan kata-kata.

Tiba-tiba, suara langkah kaki mendekat dari ujung koridor. Zahra tersentak dan cepat-cepat menghilangkan diri sebelum seseorang yang lewat melihatnya di sana. Dia turun tangga dengan langkah-hatinya yang terburu-buru, berusaha memproses semua yang baru saja dia alami.

Fikri tetap duduk berada dibelakang pendopo yang langsung tertuju langsung kearah jendela kamar zahra dengan rasa kesal yang mendalam. Sebab dirinya menyadari bahwa apa yang dirinya lakukan tidak benar, dan diriny telah membuat Zahra merasa tidak nyaman. ia berjanji pada dirinya sendiri untuk menemui Zahra dengan cara yang benar, tanpa melanggar aturan lagi.

percintaan yang rumit (Ending)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang