Hola minya disini, gimana kabar kalian guys? Semoga baik baik aja ya, dan yang sakit cepet sembuh👋😄, yuhuuuu gimana ceritanya seru?,seperti biasa sebelum baca jangan lupa follow, vote, share dan komen ya😘, jangan jadi pembaca yang ghaib ya☺.
❤😘Happy Reading guys😘❤
.
.
.
.
.
.Janganlah berjanji jika tidak kau tepati, dan janganlah bercinta jika kau masih membuatnya menangis.
_Zahra Camelia putri_Setelah percakapan pagi itu, Zahra masih merasa cemas. Meski Fikri tampak jujur, ada sesuatu yang membuatnya ingin menyelidiki lebih lanjut. Ia tidak bisa membiarkan rasa penasaran ini berlalu begitu saja. Di saat-saat tenang, Zahra duduk di ruang kerja rumahnya, membuka laptop dan mulai mencari cara untuk melacak nomor tak dikenal yang mengirimkan pesan misterius itu.
Zahra menghubungi seorang teman lama yang bekerja di bidang teknologi informasi, berharap dia bisa membantunya melacak nomor tersebut. Setelah beberapa saat, temannya, Adi, menghubungi balik dengan informasi.
"Zahra, aku berhasil mendapatkan beberapa data tentang nomor itu. Tapi, ini agak aneh. Nomor itu terdaftar atas nama seseorang bernama Nadia. Apakah kamu kenal dengan nama itu?"
Zahra terdiam sejenak, mencoba mengingat apakah dia pernah mendengar nama itu sebelumnya. Nadia. Nama itu tak terlalu asing, tetapi Zahra tak bisa langsung mengingat siapa dia.
"Nadia?" gumam Zahra pelan. "Aku rasa... aku pernah dengar nama itu, tapi aku nggak yakin siapa dia."
Adi melanjutkan, "Nomor itu aktif di sekitar lokasi yang tidak jauh dari rumahmu, Zahra. Ini juga aneh, karena biasanya orang yang mengirim pesan anonim seperti ini akan menggunakan cara yang lebih sulit dilacak."
Hati Zahra semakin gelisah. Jika Nadia bukan orang asing dan tinggal dekat, apakah dia seseorang dari lingkaran mereka? Atau mungkin dari masa lalu Fikri? Pikiran Zahra mulai berlarian, mencoba menghubungkan berbagai kemungkinan.
Setelah menutup telepon dengan Adi, Zahra kembali duduk dengan wajah tegang. Ia tahu ada sesuatu yang harus diselesaikan, tetapi bagaimana caranya? Apakah dia harus menanyakan hal ini lagi pada Fikri? Atau mencari tahu sendiri siapa Nadia sebelum membuat konfrontasi lebih lanjut?
Zahra membuka ponselnya dan sekali lagi memandangi pesan-pesan yang sudah ia terima. Tiba-tiba, ide itu datang-Zahra memutuskan untuk mencari tahu lebih lanjut tentang Nadia melalui media sosial. Ia mulai menjelajahi akun-akun di Facebook, Instagram, dan aplikasi lain, berharap bisa menemukan petunjuk.
Setelah beberapa menit menggulirkan layar, Zahra akhirnya menemukan akun bernama Nadia yang berada di lokasi dekat dengan tempat tinggal mereka. Akun itu milik seorang wanita yang tampak seumuran dengannya. Zahra mencoba melihat lebih jauh, menggali detail tentang kehidupan wanita ini.
Saat dia melihat lebih jauh, salah satu foto yang diunggah Nadia membuat hatinya berdegup lebih cepat. Ada foto Nadia bersama seorang pria-dan pria itu adalah Fikri, diambil beberapa tahun yang lalu, sebelum mereka menikah.
Zahra merasa seakan-akan dunia sejenak berhenti berputar. Siapa sebenarnya Nadia ini dalam hidup Fikri? Apakah mereka pernah memiliki hubungan? Dan apakah pesan-pesan misterius itu datang dari seorang wanita yang punya masa lalu dengan suaminya?
Dengan hati yang diliputi oleh berbagai perasaan-cemburu, marah, dan penasaran-Zahra tahu ia harus melakukan sesuatu. Tapi langkah apa yang harus ia ambil? Menuduh Fikri secara langsung tanpa bukti kuat bisa menghancurkan hubungan mereka. Di sisi lain, membiarkan ini tanpa penyelesaian hanya akan membuat dirinya terus dihantui pertanyaan.
Zahra memutuskan untuk menghubungi Nadia secara langsung. Ia menuliskan pesan singkat: *"Hai, aku Zahra. Bisakah kita bertemu? Aku ingin bicara soal sesuatu yang penting."*
Pesan terkirim. Zahra menunggu dengan hati yang gelisah, menanti jawaban dari Nadia.
💣💣💣💣
Zahra merasa bahwa dirinya masih belum mendapatkan kepastian. Fikri mungkin tidak berbohong, tetapi ada sesuatu yang masih mengganjal di hatinya. Sambil menunggu balasan dari Nadia, ia memutuskan untuk mencari tahu sendiri apa yang sebenarnya terjadi sebelum malam romantis itu.Zahra mulai berpikir tentang setiap detail dari beberapa hari terakhir sebelum Fikri mengajaknya makan malam. Salah satu hal yang terlintas di benaknya adalah saat Fikri berada di pesantren untuk mengikuti pelatihan. Zahra tahu bahwa Fikri menghabiskan waktu cukup lama di sana sebelum mereka berbaikan, tetapi ada sesuatu yang tidak ia pahami sebuah celah yang belum jelas. Mungkin ada sesuatu yang Fikri sembunyikan selama masa itu.
Dengan hati-hati, Zahra memutuskan untuk bertanya pada teman-temannya di pondok. Ia menghubungi salah satu temannya yang juga pengurus di pondok, Cika. Mereka dulu dibilang cukup dekat, dan Zahra berharap Cika bisa memberinya informasi tanpa rasa curiga.
"Assalamu'alaikum, Cika. Aku mau tanya sesuatu," Zahra memulai percakapan dengan hati-hati, mencoba agar Siti tidak merasa aneh.
"Wa'alaikumussalam, Zahra. Tentu saja, ada apa?" jawab Cika dengan nada ramah.
"Selama Fikri di pondok untuk pelatihan kemarin, kamu sempat lihat dia ngapain aja nggak? Maksudku, dia sibuk banget ya? Soalnya dia kayaknya jarang kontak aku saat itu," Zahra berusaha terdengar seolah-olah sedang bertanya biasa.
Cika yang mendengarkan ucapan Zahra memiliki rasa ragu sejenak sebelum menjawabnya. "Iya, dia memang cukup sibuk, Zahra. Pelatihannya intens, tapi aku sempat lihat dia beberapa kali ngobrol sama salah satu peserta pelatihan perempuan... Tapi aku nggak tau siapa, mungkin kayaknya peserta baru. Atau kamu bisa tanya langsung deh ke Fikri?"
"Uu, begitu ya Cik, entar deh aku tanyakan, eh Btw makasih ya atas informasinya, assalamu'alaikum".Ucap Zahra sambil mengakhiri percakapannya ditelepon.
🤯🤯🤯🤯
Dimana Perkataan Cika tadi membuat jantung Zahra berdetak lebih cepat. Siapa perempuan itu? Mengapa Fikri tidak pernah menyebutkannya?
Ucapnya kepada dirinya sendiri
Zahra duduk sejenak dan merenungkan semua yang baru saja ia dengar. Apakah ini yang disembunyikan Fikri? Perempuan yang belum pernah ia dengar sebelumnya?Tak ingin langsung menuduh, Zahra memutuskan untuk mencari lebih banyak informasi. Ia mencoba menghubungi beberapa teman lainnya yang mungkin tahu sesuatu. Salah satu dari mereka, Ani, mengingatkan Zahra tentang insiden kecil di pondok. Ani bercerita bahwa ada beberapa kali Fikri terlihat pergi keluar pondok tanpa banyak penjelasan.
"Kamu tanya aja sama pengurus pondok, mungkin mereka tahu lebih banyak," saran Ani.
Zahra merasa ini bisa menjadi petunjuk penting. Ia kemudian memutuskan untuk berbicara dengan salah satu pengurus pondok yang sudah ia kenal lama, Ustadzah Fatimah. Setelah menjelaskan keinginannya untuk tahu lebih banyak tentang apa yang dilakukan Fikri selama masa pelatihan, Ustadzah Fatimah menghela napas dan berkata, "Fikri memang siswa yang baik, Zahra, tapi jujur saja, dia agak berbeda di hari-hari terakhir pelatihan. Dia tampak sering bertemu dengan seseorang, tapi saya tidak tahu siapa, mungkin peserta dari luar. Namun, saya tidak ingin berpikiran buruk. Barangkali hanya obrolan biasa."
Zahra semakin curiga dan penuh tanda tanya besar didalam kepalanya. Siapa Seseorang yang tidak dikenalnya? Apakah mungkin perempuan yang disebut Cika?
Saat malam mulai tiba, Zahra duduk di ruang tamu sambil memandangi ponselnya, berharap ada balasan dari Nadia muncul. Namun, belum ada kabar. Ia masih berpikir keras tentang segala hal yang baru ia ketahui. Apa yang sebenarnya Fikri lakukan sebelum kejutan romantis itu? Apakah janji manisnya hanya upaya untuk menutupi sesuatu? Perlahan, rasa takutnya bertambah.
Zahra tahu bahwa untuk menjaga hubungan mereka tetap utuh, ia harus mencari tahu kebenaran tanpa menimbulkan lebih banyak keretakan. Tapi, di sisi lain, keraguan itu semakin menggerogoti hatinya. Pesan singkat yang ia terima, fakta bahwa Fikri tampak akrab dengan seseorang di pondok, dan semua ini mulai membangun sebuah gambaran yang menakutkan.
👀👀👀👀👀
Zahra memutuskan bahwa langkah berikutnya adalah mencari lebih dalam. Ia akan terus bertanya kepada teman-teman yang lain dan mencari tahu lebih banyak. Sementara itu, ia menunggu balasan dari Nadia, berharap jawaban yang datang bisa membuka tabir misteri yang menyelimuti pikirannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
percintaan yang rumit (Ending)
Novela JuvenilFikri Andriana Putra adalah sosok pemuda yang tak hanya tampan dan mempesona, tetapi juga cerdas dan berprestasi. Lulusan pesantren dengan predikat mumtaz, dia dikenal sebagai seorang penghafal Al-Quran yang patuh dan taat. Di balik senyum manis dan...