aniversary 11 bulan 2 hari

11 11 15
                                    

Hola, minya kembali lagi 😗, gimana kabarnya semua?, semoga sehat selalu ya🥰. Gimana mau lanjut apa sudah ni?.
Seperti biasa sebelum baca jangan lupa follow, vote dan share 😘.

💣❤Happy Reading guys💣❤
.
.
.
.
.
.
.
.

في قلبي هناك شعوران فقط هم:البك و الخوف من فقداحك
Di dalam hatiku hanya ada dua rasa yaitu rasa cinta kepadamu dan rasa takut kehilanganmu.
_Fikri Andriana Putra_

Beberapa minggu telah berlalu sejak percakapan mendalam antara Zahra dan Fikri tentang Nadia. Meskipun hati Zahra sudah lebih tenang, Fikri merasa ada sesuatu yang belum tuntas. Dia ingin menunjukkan pada Zahra betapa pentingnya dirinya dan bagaimana dia benar-benar hanya mencintai Zahra.

Pada suatu malam yang cerah, saat Zahra duduk di taman kecil di belakang rumah mereka, Fikri tiba-tiba muncul dengan membawa buket bunga mawar merah dan coklat favorit Zahra. Sambil tersenyum lembut, ia berjalan perlahan menuju Zahra, membuat istrinya penasaran dan tersenyum malu-malu.

Zahra mengerutkan kening, bertanya, "Ini ada apa, sayang? Kok romantis sekali?"

Fikri menatap Zahra dengan penuh cinta dan berkata, "Aku hanya ingin bilang maaf, Zahra, dan juga sekarang hari aniversary ke 11 bulan dua hari kita, apa kamu lupa?. Dan Mungkin aku kurang terbuka selama ini. Tapi sekarang aku janji, nggak ada lagi rahasia di antara kita."

"Maaf sayang, aku lupa kalau sekarang aniversary 11 bulan kita hehehehehe". Ucap Zahra sambil menunjukkan deretan gigi putihnya.

" Tidak apa apa sayang, no bukan kamu yang salah tapi aku yang salah, jadi maafin aku ya". Ucap Fikri Sambil mengusap kepala Zahra dan menyerahkan buket bunga, setelah itu Fikri menarik napas dalam-dalam dan mulai menyanyikan lagu "I Think They Call This Love", dengan suara lembut dan penuh perasaan. Zahra terkejut dan terharu, mendengarkan setiap lirik yang Fikri nyanyikan khusus untuknya.

Ketika Fikri menyelesaikan lagu itu, ia memberi kode kepada seorang temannya di kejauhan. Dalam sekejap, langit malam di atas taman mereka dipenuhi dengan letusan kembang api yang berwarna-warni.

Di antara gemuruh kembang api yang meriah, tampak tulisan bercahaya "Sorry Zahra," menghiasi langit dengan pesan maaf yang tulus.

Air mata Zahra mulai mengalir. Ia merasa terharu dan tersentuh oleh semua usaha Fikri. Ia meraih tangan Fikri dan memandangnya penuh cinta.

"Terima kasih, sayang. Kamu benar-benar nggak perlu melakukan semua ini, tapi aku senang kamu mau berusaha untuk memperbaiki semuanya," ucap Zahra dengan suara bergetar.

Fikri tersenyum, lalu memeluk Zahra erat-erat. "Aku cuma ingin kamu tahu bahwa kamu adalah satu-satunya di hidupku. Aku nggak akan pernah membiarkan masa lalu mengganggu kebahagiaan kita lagi."

Malam itu menjadi momen yang sangat indah bagi mereka. Dengan kembang api yang terus menerangi langit dan pelukan hangat dari Fikri, Zahra merasa bahwa cinta mereka semakin kuat. Mereka pun melanjutkan malam itu dengan harapan baru, berjanji untuk saling mendukung dan menjaga kepercayaan dalam hubungan mereka.
❤❤❤❤❤
Setelah momen penuh kejutan itu, Zahra yang masih terharu memandang Fikri dengan senyum manis. Namun, rasa ingin tahunya muncul dan ia bertanya pelan, "Sayang, kenapa ya, kamu kok selalu ngasih kejutan romantis setiap kita ada masalah di pernikahan kita?"

Fikri tersenyum lembut mendengar pertanyaan Zahra. Ia menggenggam tangan istrinya, menatapnya penuh cinta, dan menjawab dengan bijaksana, "Sebab, Rasulullah SAW pun pernah melakukan hal yang sama untuk istrinya agar kembali senang dan bahagia, sayang. Beliau selalu berusaha menyenangkan hati istri-istrinya dengan kasih sayang, perhatian, dan keindahan. Maka dari itu, meskipun aku jauh dari sempurna seperti Rasulullah, aku akan berusaha meneladani hal-hal baik yang beliau lakukan."

Zahra tersenyum mendengar jawaban tulus dari suaminya.
"MasyaAllah, aku bersyukur punya suami yang punya hati seperti kamu, Fikri. Kamu mungkin nggak sempurna, tapi apa yang kamu lakukan ini sudah lebih dari cukup buat aku."

Fikri merapatkan genggamannya di tangan Zahra. "Aku selalu ingin kamu tahu, Zahra, bahwa kebahagiaan kamu adalah prioritasku. Apa pun masalah yang kita hadapi, aku ingin kita selalu bisa menyelesaikannya dengan cinta dan kasih sayang."

Zahra mengangguk penuh haru, merasa semakin yakin bahwa cinta dan perhatian yang mereka miliki satu sama lain adalah anugerah. Meskipun hidup pernikahan mereka mungkin tidak selalu mulus, mereka berdua berkomitmen untuk saling menjaga dan menghormati, mengikuti teladan cinta yang telah diwariskan oleh Rasulullah SAW.

Dalam pelukan hangat Fikri, Zahra merasa lebih kuat dan percaya diri menghadapi segala tantangan. Malam itu, mereka berdua bersyukur atas cinta yang terus tumbuh, sebuah ikatan yang semakin dalam dan kokoh, ditempa oleh ujian dan disuburkan dengan ketulusan.

Keesokan harinya, Fikri dan Zahra bersiap untuk berkunjung ke rumah orang tua mereka. Setelah hampir sebelas bulan menikah, ini adalah pertama kalinya mereka berencana untuk mengunjungi keluarga masing-masing. Namun, sebelum berangkat, mereka menikmati sarapan bersama di meja makan.

Fikri memandang Zahra dengan senyum, lalu mulai membuka percakapan, "Sayang, ada hal yang mau aku ceritain." Zahra menatapnya penuh perhatian sambil menyendokkan bubur ke dalam mulutnya.

"Ada apa, Mas?" tanyanya.

"Abuya memintaku untuk meneruskan bisnis keluarga," jawab Fikri sambil mengaduk kopi di depannya. "Katanya, setelah pernikahan kita, ini waktunya aku mulai mempertimbangkan masa depan keluarga kecil kita dengan lebih serius."

Zahra mengangguk, mendengarkan dengan penuh perhatian. Ia tahu selama ini Fikri memiliki pekerjaan yang cukup baik dan sering mendapat panggilan tugas di pondok, namun kabar ini cukup mengejutkan baginya. "Jadi, Mas, kamu bakal menerima tawaran dari Abuya?"

Fikri tersenyum kecil dan menggenggam tangan Zahra yang berada di meja, "Aku masih mempertimbangkannya. Aku ingin tahu pendapat kamu dulu, Zahra. Kalau aku terima, mungkin aku akan lebih sibuk, tapi di sisi lain, ini peluang baik buat masa depan kita."

Zahra berpikir sejenak, lalu mengangguk pelan, "Kalau menurutku, ini kesempatan yang bagus, Mas. Abuya pasti mempercayakan hal ini karena beliau tahu kamu bisa. Tapi aku juga mengerti kalau mungkin kamu merasa tanggung jawab ini berat."

Fikri menatap Zahra dengan tatapan penuh rasa terima kasih. "Kamu selalu mendukung apa pun yang terbaik buat kita, ya?"

Zahra tersenyum hangat, "Tentu, Mas. Apa pun keputusanmu, aku akan selalu di sampingmu."

Selesai sarapan, mereka berdua bersiap menuju rumah orang tua Zahra maupun orang tua fikri.

Dalam perjalanan, Zahra merasa sedikit gugup. "Mas, udah lama ya kita nggak main ke rumah orang tua kita. Kira-kira mereka gimana, ya?"

Fikri menepuk lembut tangan Zahra yang berada di kursi mobil, "Tenang saja, Sayang. Mereka pasti senang lihat kita. Lagipula, mereka sudah lama menanti kabar dari kita."

Sesampainya di rumah orang tua Zahra, mereka disambut dengan pelukan hangat dan senyum bahagia. Kehangatan keluarga itu membuat mereka merasa nyaman, dan Zahra bersyukur bisa kembali bertemu dengan orang tuanya setelah sekian lama.

Di tengah-tengah obrolan bersama keluarga, ayah Zahra bertanya kepada Fikri mengenai rencana bisnis yang dipercayakan oleh Abuya. Fikri menjawab dengan penuh keyakinan, sambil sesekali melirik Zahra yang mendampinginya dengan senyum penuh dukungan. Orang tua Zahra merasa bangga dengan kedewasaan dan komitmen Fikri, dan mereka memberikan restu penuh untuk setiap langkah yang akan diambilnya.

Hari itu, Zahra dan Fikri merasakan kehangatan yang luar biasa dari keluarga. Mereka pulang dengan hati yang penuh kebahagiaan dan semangat baru untuk menjalani masa depan bersama. Kepercayaan dari keluarga dan dukungan Zahra menjadi dorongan besar bagi Fikri untuk terus maju, baik dalam kehidupan pribadi maupun profesionalnya.

percintaan yang rumit (Ending)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang