halo guys minya kembali lagi gimana keadaan kalian?,semoga sehta sehat ya:),oh ya minya mau nyampaikan ni kekalian dengan berat hati cerita ini mau minya endingkan tapi enaknya sad ending apa happy ending ya?.coba kalian baca aja ya, gimana oke. seperti biasa sebelum baca kalian harus vote,follow dan share biar yang lain pada baca oke.
Seseorang mungkin menghadapi banyak kesulitan dan tantangan dalam hidupnya,tetapi ia harus tetap kuat dan teguh pada apa yang ia percayai bahwa semua akan baik baik saja.
_Fikri Andriana Purta_
Happy Reading guys.
Pagi harinya, Fikri bangun lebih awal, bersiap untuk kembali ke kantor setelah beberapa hari bekerja dari rumah. Sebelum pergi, ia memastikan Zahra baik-baik saja dan memberikan kecupan lembut di keningnya.
"Jaga diri kamu baik-baik, ya, Sayang. Jangan terlalu capek," pesan Fikri sambil menatap penuh perhatian.Zahra tersenyum dan mengangguk. "Tenang saja, Mas. Aku dan bayi-bayi ini akan baik-baik saja."
Setelah Fikri berangkat, Zahra dan Mbak Ute berencana membuat kue sebagai kejutan untuk Fikri. Mereka tertawa-tawa sambil mencampur bahan-bahan, dan aroma manis memenuhi dapur. Meski Zahra terlihat bahagia, Mbak Ute memperhatikan bahwa ia mulai kelelahan.
"Bu, sebaiknya ibu istirahat sebentar setelah ini," saran Mbak Ute dengan penuh perhatian.Zahra mengangguk sambil mengusap perutnya. "Iya, Mbak. Rasanya memang mulai capek juga."
Setelah selesai membuat kue, Zahra kembali ke kamar dan memutuskan untuk mandi agar tubuhnya lebih segar. Namun, di kamar mandi, ketika hendak melangkah keluar dari shower, kakinya tiba-tiba terpeleset. Zahra kehilangan keseimbangan dan jatuh, membuatnya merintih kesakitan. Seketika ia berteriak memanggil Mbak Ute.
"Mbak... Mbak Ute... tolong!" Suaranya lemah, tapi panik.
Mbak Ute yang mendengar teriakan Zahra segera bergegas menuju kamar mandi. Saat melihat Zahra terjatuh dan tampak mengalami pendarahan, ia merasa panik namun mencoba tetap tenang.
"Sabar, Bu Zahra. Saya akan panggil sopir, kita langsung ke rumah sakit," ujar Mbak Ute sambil membantu Zahra berdiri perlahan. Wajah Zahra pucat, namun ia mencoba menguatkan diri.Mbak Ute segera menghubungi sopir dan memastikan mobil siap untuk membawa Zahra ke rumah sakit.
Sepanjang perjalanan, Zahra berusaha menahan sakit sambil memegangi perutnya, berharap anak-anaknya dalam keadaan aman. Di benaknya, terbayang wajah Fikri yang pasti akan sangat khawatir jika mengetahui apa yang terjadi.
Di rumah sakit, Fikri menggenggam tangan Zahra dengan perasaan yang campur aduk antara takut, khawatir, dan penuh kasih. Melihat istrinya yang semakin lemah, hatinya mencelos mendengar perkataan Zahra.
"Mas, kalau aku nggak ada, tolong jaga anak-anak kita ya," lirih Zahra sebelum menutup matanya karena kelelahan.
Fikri tersentak, menggenggam tangan Zahra semakin erat. "Tidak, Sayang. Kamu nggak boleh ngomong seperti itu. Kita akan jaga anak-anak kita bersama-sama. Kamu harus kuat," ucap Fikri dengan panik, sambil berusaha membangkitkan semangat Zahra.
Namun, rasa takut semakin menyelimutinya. Fikri melihat Zahra dibawa masuk ke ruang darurat, dan dengan penuh kegelisahan, ia berteriak, "Cepat, Suster! Tolong selamatkan istri saya dan anak-anak saya!" Suaranya penuh kecemasan dan ketidakberdayaan.
Seorang dokter mendekatinya dan meletakkan tangan di bahu Fikri, mencoba menenangkannya. "Bapak Fikri, kami akan melakukan yang terbaik. Tolong percayakan istri dan anak-anak Anda pada kami," katanya dengan suara tenang.
KAMU SEDANG MEMBACA
percintaan yang rumit (Ending)
Novela JuvenilFikri Andriana Putra adalah sosok pemuda yang tak hanya tampan dan mempesona, tetapi juga cerdas dan berprestasi. Lulusan pesantren dengan predikat mumtaz, dia dikenal sebagai seorang penghafal Al-Quran yang patuh dan taat. Di balik senyum manis dan...